Luke masuk ke dalam mobilnya dengan rasa takut teramat sangat. Entah apa saja yang sudah terjadi pada Anna, mengingat si jalang Selena dan kekasihnya, sudah bergerak sejak 2 jam lalu.
Tangannya yang memegang kemudi mobil, bergetar dengan kuat. Jika sampai terjadi sesuatu pada Anna dan bayinya, maka dia tidak pernah memaafkan dirinya sendiri.Sudah cukup, Anna tersiksa dan menderita selama ini. Hidup dalam bayangan keegoisan, dan kebohongan yang terlalu naif untuk dia ungkapkan. Saat ini, dia hanya perlu menyelesaikan penyelidikan Robert, maka semuanya akan selesai. Dia akan mengakhiri semua sandiwara sialan ini, kemudian menendang Selena ke dalam penjara. Dan setelahnya, dia akan membuat Anna bahagia dan memberikan anaknya keluarga yang sempurna.Tapi, kenapa semuanya mendadak seperti ini? Kebrutalan Selena dan Sam, tak sesuai perkiraannya. Dia tidak pernah menyangka, Anna akan menjadi objek pembalasan dendam mereka demi menghancurkannya.Sialan!Wajah LukRobert menghentikan mobilnya di depan rumah Luke dengan tergesa. Benar dugaannya, Luke sudah lebih dulu sampai dan entah apa saja yang sudah terjadi di dalam. Dengan langkah cepat, Robert menuju pintu rumah, dan pemandangan di depannya membuatnya tak tahan sehingga,Dorrrr!!!Senjata yang siaga di tangannya, harus melepaskan satu timah panasnya, sehingga membuat pria yang menodongkan senjata ke kepala Luke harus terkapar dengan luka mengenaskan di dada.Ya ... suara tembakan itu, bukan simfoni kematian Luke. Melainkan keputusan Robert yang memilih melumpuhkan Sam dengan menembak dadanya. Tidak ada cara lain lagi. Sam pasti akan menghabisi Luke, jika dia tidak segera bertindak. Tapi beruntungnya, dia datang tepat waktu, sehingga bisa mengambil keputusan, di detik-detik terakhir kematian akan mengambil nyawa Luxander yang sedang memeluk istrinya yang mungkin ... sekarat.Selena berteriak histeris. Tawa kemenangannya tadi, berubah menjadi isakan begitu melihat Sam ter
Queen mengemudikan mobilnya sambil bersenandung riang. Kabar yang dia terima tadi pagi, membuatnya nekat kembali dari Las Vegas. Jasmine akan melahirkan, itu artinya, dia akan memiliki keponakan baru yang bisa dia usili selama beberapa minggu ke depan. Hitung-hitung Sebagai hiburan, mengingat kehidupannya beberapa minggu terakhir, hancur berantakan karena seorang polisi gila.Pertama-tama, Queen ingin mengunjungi Luke dulu. Kata Daddy Alex, hanya Luke yang belum diberi tahu tentang Jasmine yang akan melahirkan. Dia pun sangat merindukan saudara kembarnya itu. Luke pasti akan senang mendapat kejutan kedatangannya.Brrrrmmmm!!Mobil Queen berhenti. Anehnya, ada 2 mobil yang tak terparkir secara rapi di bagasi. Dia pun lantas turun dan segera melangkah menuju pintu.Deg!Langkah Queen mendadak berhenti, begitu melihat seorang wanita hamil yang tengah menodongkan senjata ke arah Luke yang sedang memeluk ... Anna?Ya Tuhan, ada apa ini? Dan Ana? Anna sedang hamil
“Luke, ikutlah denganku. Anna akan dioperasi di ruangan, Jasmine.”Luke yang duduk putus asa sambil menyandarkan tubuh lemahnya ke tembok, mendadak mendapatkan semangat hidupnya lagi. Entah angin apa yang membuat Peter mengajaknya untuk menemui Anna mengingat amukan Peter tadi yang ingin membunuhnya.Sebelum pergi, Luke sempat melihat ke arah Davio yang menatapinya tajam. Sepertinya, Davio akan menjadikannya musuh pertamanya setelah ini berakhir.Tanpa basa-basi, Luke pun segera mengikuti Peter yang sudah hilang di balik pintu. Ada seseorang di dalam sana yang harus dia yakinkan untuk tetap bertahan hidup.***Jasmine merasakan usapan lembut di wajahnya. Telapak tangan yang besar dan hangat itu sudah dia kenal betul siapa pemiliknya. Satu-satunya pria yang sangat dia cintai, sampai-sampai membuatnya lupa bagaimana senangnya hidup normal. Kebutaannya saat ini, sama sekali tak membuatnya merasa sedih atau pun merasa tak berguna. Pria itu. Selalu membuatnya merasa
Luke berlari kuat demi menyusul para dokter yang membawa bayinya tadi. Rasa bahagia, membuat dadanya kembang kempis. Anna berhasil bertahan dan melahirkan bayinya dengan selamat. Hanya saja, kondisi bayinya saat ini, membawa ketakutan tersendiri yang tidak bisa dia jelaskan bagaimana besarnya.Para dokter itu, masuk ke sebuah ruangan dan dia pun mengikutinya. Sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat medis dan beberapa perlengkapan bayi.“Tuan, tolong pakailah.” Seorang suster memberinya pakaian khusus yang di gunakan saat berada di ruangan bayi yang sterilisasi, lengkap dengan sarung tangan, dan masker.Luke segera memakainya. Tapi, langkahnya untuk masuk ke ruangan yang berada di dalam ruangan itu, di mana para dokter sedang bersama bayinya, harus tertahan di tempat.“Ada apa lagi?” kesalnya. Jika saja, dia tidak memikirkan keributan yang akan terjadi, dan berakibat para dokter itu tak konsentrasi menangani bayinya, sudah dia singkirkan beberapa perawat yang menghalan
Luke memutar tubuhnya berulang kali. Tebalnya asap putih, membuatnya tak mengenali tempat apa ini. Tempatnya, sangat asing. Bahkan, tak terdengar suara apa pun di sana. Sunyi, sepi, dan sangat menakutkan. Entah, bagaimana dia bisa tersesat di sana. Sendirian pula.“Luke, kamu di sana?”Suara itu. Suara familier yang selalu membuat Luke merasa menjadi pria paling berengsek se dunia, menyapa indra pendengarannya.Luke melihat ke sana ke mari. Tapi jarak pandangannya terhalangi oleh asap putih yang tak kunjung menipis. Dia pun mengambil tindakan dengan mengayunkan tangannya beberapa kali demi menghilangkan asap putih tebal yang mengelilingi.“Anna? Kamu di mana? Jawab aku!” Luke berteriak dengan gusar. Dia tidak sendirian di tempat ini. Tapi ada Anna juga, meski tidak dia ketahui di mana keberadaannya.“Aku di sini.”Tiba-tiba, asap putih tebal itu sirna begitu saja. Dia pun bisa melihat Anna yang saat ini berdiri cantik di depannya dengan
Tempat yang biasanya sunyi dan sepi, kini riuh oleh beberapa isakan kecil yang terdengar. Pemakaman itu, tak banyak yang menghadiri. Terjadi secara tertutup dan hanya keluarga saja yang menemani Anna untuk berbaring di tempat istirahat terakhirnya.Semua merasakan dukanya, bahkan Davio yang coba mereka sembunyikan, akhirnya lolos dari penjagaan dan melihat bagaimana pemakaman bibinya terjadi di depan mata kecilnya yang penuh oleh air mata.“Bibi Anna ... Jangan pergi. Hiks ... hiks.” Isakan Davio saat melihat tubuh Anna mulai ditimbuni oleh tanah, membuat semua yang berada di sana semakin merasakan kehilangan.“Daddy ... tolong, selamatkan bibi, hiks ... hiks. Jangan timbun bibi seperti itu. Biarkan bibi naik ke atas.”Peter mengangkat Davio yang terus memaksa untuk mendekati Anna. Mendekap erat putera semata wayangnya itu dalam pelukannya. Merasakan bagaimana terlukanya Davio melihat semua ini. Davio mengerti dengan apa yang sedang terjadi di depannya kini.
Ruangan ber cat putih dengan beberapa alat penunjang kehidupan yang sesekali berbunyi di sana, setia menemani seorang pria yang terbaring lemah dengan beberapa luka memar di wajahnya. Beberapa jam yang lalu, pria itu sempat tersadar sebelum waktunya, sehingga membuat tubuhnya kejang-kejang, dan dokter harus memberinya suntikan obat bius lagi demi suksesnya pencangkokan ginjal yang baru saja selesai.Luke mengerjap pelan. Dia tau, dia berada di ruangan rumah sakit ketika netra matanya terbuka. Entah apa saja yang terjadi saat dia tak sadarkan diri? Dia hanya mengingat saat Peter memukulinya membabi buta sampai seperti ini.Rasa sakit yang mendera kepalanya, juga bagian perutnya membuatnya meringis tertahan. Sepertinya, sudah terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui. Entah hanya mimpi atau memang sebuah kenyataan? Ingatan saat Peter berdiri di dalam ruangan asing itu, dengan beberapa dokter dan perawat, juga Anna yang terbaring lemah di atas brankar berputar begitu saj
“Luke, bangun ... kamu tuh betah sekali kalo tidur. Jim tuh, temenin dulu. Aku mau siap-siap, sebentar.”Beberapa tepukan di bahu Luke, tidak berhasil membuat pria yang ber status sebagai ayah itu terbangun. Justru, Luke semakin erat memeluk bantal guling empuknya.“Luke, aku hitung sampek tiga ya? Jika kamu tetep nggak mau bangun, terpaksa aku siram!”Brughh!Luke menarik tangan wanita tadi, hingga wanita itu jatuh dalam pelukannya. “Mamanya Jim, kok tambah galak sih? Nanti, cantiknya ilang,” goda Luke sambil menciumi rambut wanita yang paling dia cintai karena sudah melahirkan seorang putra mungil bernama Jim yang melengkapi hidupnya.“Lepasin Luke, kamu bau!” sungut wanita itu yang tak lain adalah, Anna, “mandi sana. Jangan lupa hari ini kita mau ke mana!” lanjutnya dengan kesal membuat mata terpejam Luke akhirnya terbuka.“Memangnya kita mau ke mana?” tanya Luke tanpa dosa hingga mendapat pukulan dari Anna.“Anaknya masih se biji doang, udah pikunan. G
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga