Anna pergi tanpa menunggui pembicaraan itu selesai. Hatinya sudah terlanjur sakit. Kenyataan jika Luke tak mau bayi dari dirinya, membuatnya benar-benar terluka. Begitu hinanya kah dirinya, sampai-sampai Luke menganggap bayi yang dia kandung merugikan? Lalu, bagaimana dengan jalang bernama Selena? Apa Luke lebih menginginkan Selena lah yang mengandung keturunannya? Sialan! Kenapa Luke harus se berengsek ini? Jadi, selama ini, Luke membohonginya, dan dia dengan mudahnya percaya. Lantas, apa yang bisa dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin pergi. Bayi dalam kandungannya, pasti membutuhkan ayahnya. Dia tidak akan egois dan memikirkan dirinya sendiri. Ada bayinya yang harus dia pikirkan masa depannya. Dan dia akan melakukan apa pun agar bayinya lahir dengan selamat dan bisa merasakan kasih sayang ayahnya.
Di ruang tengah
Peter menyipitkan matanya. Dia perlu meluruskan pikiran Luke yang mulai gila. “Apa kau se kejam itu sampai ingin me
Luke yang refleks, entah kenapa justru membantu Selena lebih dulu di bandingkan Anna. Dan lihat akibat ulahnya sekarang. Anna pergi dengan raut wajah kecewa, dan sungguh, dia menyesal.“Tuan?”“Jangan sentuh aku!” tegas Luke, saat Selena beraninya memegang tangannya. “jangan mengharap lebih. Aku menolongmu karena sisi kemanusiaan dan aku menyesal!” ucapnya dengan tegas kemudian menyusul Anna yang lari entah ke mana.Luke pergi dari sana dengan wajah gusar. Anna pasti akan semakin murung setelah melihatnya menolong wanita lain di bandingkan Anna. Tentu saja Anna akan cemburu, karena Anna mencintainya.“Anna, berhenti!” teriak Luke begitu melihat punggung Anna yang berlarian di depan sana. “Please, dengarkan aku dulu Anna!” teriaknya lagi walaupun tak Anna hiraukan.Luke berlari se kencang mungkin. Anna tidak mungkin menghindarinya seperti ini, jika wanita itu tidak menangis.“Anna! Please!” ujarnya, begitu berhasil men
Anna memarkir mobilnya di depan pusat perbelanjaan itu. Kawasan elite yang diresmikan pada abad 20 itu memang sangat unik. Letaknya ada di bawah tanah, dan bentuknya yang seperti labirin akan membuat pengunjung seperti sedang berpetualang. Kawasannya juga sangat luas, dan pengunjung bisa menemukan apa pun di sana.“Binar, kamu mau main petak umpet ngajak aku ke sini?” canda Anna saat mereka mulai memasuki kawasan mall itu.Binar tersenyum kilas. Matanya berkedip—menggoda Anna. “Mau jalan-jalan Anna. Kalo main petak umpet di sini, yang ada, aku bisa masuk dalam daftar orang kesasar.”“Hahaha ... “ Anna kembali tertawa lebar. Binar selalu sukses membuatnya tertawa. “mau makan dulu, apa jalan-jalan dulu kita?” lanjutnya.“Jalan-jalan dulu lah, biar lapar. Ntar pas kamu traktir, aku makannya sedikit dong kalo gak lapar,” celetuk Binar.“Ish, awas anaknya r
Anna terus berlari sambil memeluk perutnya dengan erat. Semua kenyataan ini, benar-benar menghancurkannya. Luke ternyata masih berhubungan dengan wanita itu di belakangnya, dan sayangnya, dia tak mengetahuinya sehingga mempercayai Luke begitu mudah.Anna merasakan perutnya sedikit nyeri. Dia terlalu cepat dan terlalu jauh juga berlari. Seakan dengan berlari jauh, semua kenyataan itu akan hilang, dan kenyataan pahit tadi seolah hanya mimpi semu seiring jarak yang dia tempuh. Tapi bodohnya dia, karena sejauh apa pun dia mencoba untuk tak mempercayainya, kenyataan itu akan tetap terpampang jelas di depan mata.Anna duduk di pinggir jalan sambil mengusap perutnya dan mencoba mengatur perbatasannya yang tersengal. Jika kondisinya seperti ini, dia bisa membahayakan janinnya. “Maafkan, Ibu Nak. Maaf,” lirih Anna sambil terus mengusap perutnya dengan lembut.Seseorang berhasil menyusulnya, dan orang itu adalah Binar. Binar juga duduk di samping Anna dan menarik wa
Ekstra Part 1Luke tertawa sumbang. Bagaimana dia bisa se bodoh ini? Dia yang sejatinya seorang pria arogan, malah tak bisa berkutik sama sekali hanya karena sebuah fakta yang bahkan belum dia ketahui kebenarannya.Dengan sekali tarikan napas, Luke mengambil ponselnya kemudian menghubungi seseorang yang bisa dia ajak untuk menemukan jalan keluar permasalahannya.“Halo, Dad. Bisa kita bertemu?” ucap Luke begitu panggilannya di angkat.“Baiklah. Lagi pula, aku memang Ingin mengunjungi perusahaanmu.”Klik! Sambungan itu mati. Luke meletakkan ponselnya, kemudian bangkit dari kursi kebesarannya lantas dia pun melangkah ke arah lemari dan mengambil sesuatu di sana.“Maaf, aku mengecewakanmu lagi ... “ lirihnya pelan.Luke mengusap cincin berlian yang tak sengaja dia beli saat mengaja Anna ke toko emas beberapa bulan yang lalu. Cincin berwarna putih dengan satu berlian besar yang menghiasinya, membuat Luke rela mengeluarkan ua
Luke mengedarkan pandangannya. Rumah berukuran kecil itu, jauh dari kata nyaman. Entah bagaimana Selena menjalani hari-harinya dengan kondisi seperti itu?Sepatunya yang hitam mengkilat, melangkah memasuki rumah begitu pintunya terbuka. “Selena?” panggilnya begitu sampai di ruang tamu yang hanya berisikan meja dan sofa panjang.“Maaf—Tu—tuan?” Selena yang kebetulan memakai baju tidur dengan serat kain tipis, membuat perutnya menonjol karena kehamilannya. Tentu saja, pemandangan itu membuat pandangan mata Luke teralih ‘kan.Selena tidak berbohong. Sekali lagi dia melihat, jika Selena memang benar-benar hamil.“Tuan, hiks ... hiks ...” Selena tiba-tiba menangis terisak. Tangis yang dia persembahkan, karena berbahagia. Bahagia, karena ladang kemewahannya mendatanginya—lagi.Luke berdecih muak. Jika saja, dia tidak dibayangi oleh kekalutan dan menderitanya Anna saat bersama dengannya, mungkin dia sudah membuat Selena memasuk
Ke esokan harinya.Luke membuka pintu kamarnya dengan pelan. Sorot matanya yang biasanya tajam, dan penuh keangkuhan, kini menyorot sendu, bak mayat hidup yang sudah mati ratusan tahun lalu.Sangat terlihat jelas, kantung mata menghitam yang menghiasi kelopak mata bawahnya. Rambutnya yang berantakan, dan wajahnya yang sembab, menjadi tanda jika Luke tidak baik-baik saja sejak semalam. Terbukti juga, dari kemeja lusuh dengan bercak darah yang masih Luke pakai.Apa Luke akan kembali tak waras?Luke menuruni tangga dengan langkah seperti di seret. Rupanya, sandiwaranya untuk membuat Anna terluka kemudian pergi, sangat berimbas buruk kepada dirinya sendiri. Dia tak pernah menyangka, pengaruh Anna akan se hebat ini.Pandangan matanya yang terasa perih saat bola matanya bergerak, mengerjap beberapa kali saat dia melihat keheningan yang tercipta. Rumahnya sudah benar-benar kosong. Kini, hanya tinggal kesunyian dan kegelapan,
Bagian 1 – Tetap Bertahan3 bulan kemudianWanita cantik itu dengan penuh semangat menggerakkan selang air untuk menyirami bunga-bunga yang selalu dirawatnya dengan baik. Sesekali, senandung kecil terdengar dari gerak bibirnya yang mungil. Nyatanya, kebersamaannya dengan bunga-bunga itu membuat rasa sakitnya sedikit berkurang, terbukti dari senyumnya yang tak henti-hentinya mengembang.Tangannya yang lentik sesekali meremas pinggangnya yang terasa nyeri. Kehamilannya sudah menginjak usia 7 bulan. Dan kehidupannya masih tetap begitu-begitu saja. Tidak ada sedikit pun perubahan. Roda kehidupan memang terus berputar, tapi hidupnya saat ini, mungkin masih tetap berada di titik terendah.Wanita itu menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Senyuman di wajahnya kembali mengembang saat merasakan beberapa gerakan lincah yang terasa di dalam perutnya. Tentu saja kondisi bayinya di dalam sana sudah sempurna dan bergerak aktif karena usia kehamilannya yang hampir gena
Anna memasuki kamarnya dengan air mata yang tiada hentinya mengalir. Luke yang se berengsek itu, entah kenapa masih membuatnya tak ingin pergi. Dia masih ingin terus bertahan, untuk menjaga Luke dan membuat Luke mengetahui kebohongan Selena. Sayangnya, dia masih belum memiliki bukti untuk membuka semua kebusukan wanita itu.Selena adalah seorang jalang. Tidak menutup kemungkinan, jika bayi yang berada dalam kandungan Selena adalah benih pria lain. Lagi pula, saat itu Luke sudah membuang Selena dan menjalani rumah tangga bahagia bersama dengannya. Lalu, tiba-tiba saja Selena datang dengan kehamilannya dan mengatakan jika bayi dalam kandungannya adalah anak Luke. Dan Luke? Luke malah dengan bodohnya percaya begitu saja.“Eh?” suaranya menggantung dengan alis mengerut begitu melihat sebuah bungkusan yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya.Aneh. Perasaan dia tidak menaruh apa-apa di tempat itu. Lalu? Siapa yang menaruhnya?Anna mengambil bu
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga