Share

Bab 39. Mengelak

Penulis: Sisi Ryri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 12:09:03
"Kenapa diam?!" teriak Roro seakan sudah tau isi kepala suaminya. "Kamu masih berurusan dengan pria jahat itu, kan? Jawab?!" desak Roro semakin menyeramkan.

Jaka yang dasarnya pria penakut itu langsung terdiam menyadari jika wanita hamil yang berdiri di depannya ini sudah tau apa yang dia perbuat selama dia tidak di rumah. Roro langsung berdiri dan bertolak pinggang di depan Jaka dengan mulut yang terus berucap dengan deras seperti hujan badai yang entah kapan redanya.

Melihat putranya diomeli istri, Gunawan iba juga pada Jaka. Di benak Gunawan, susah payah dia mendidik putranya tapi malah dapat omelan dari istri untuk hal yang dia perintahkan. Tangannya sesekali mengepal seakan siap untuk meremas bibir Roro yang begitu lancang memarahi Jaka tapi dia tau kemarahannya tidak akan berguna di saat ini.

Gunawanpun hanya bisa diam sambil menunggu kapan kiranya Roro akan berhenti bicara sampai akhirnya....

"Kamu ini suamiku bukan, sih? Kalau suamiku, nurutlah sama kata-kata istri! Paham!" te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 40. Kelahiran Rio

    "Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Gunawan melihat kegalauan di wajah putra tunggalnya yang semakin tebal."Entahlah." Helaan nafas keluar dari hidung Jaka dan kepalanya miring ke kiri mencoba untuk lebih rilex sesaat. "Huftt!" Nafasnya terdengar berat dan Gunawan tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Jaka yang masih tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang.Saat mata Jaka menyipit tiba-tiba suara motor Bowo terdengar mendekat. Meski masih jauh, Jaka bisa mengenali suara mesin butut itu sebagai motor milik kernet yang selama ini bekerja bersamanya di pabrik peti mati."Mas!" teriak Bowo lalu melangkah masuk ke dalam ruangan yang lampunya belum sempat dinyalakan oleh empunya rumah."Apa," jawab Jaka yang malas berdiri meski tangan Bowo begitu kuat menariknya."Kita harus ke puskesmas," jelas Bowo masih menarik tangan suami Roro itu. "Hah!" Jaka berdiri lalu menegakkan tubuhnya. "Apa maksudmu?"Bowo tidak menjawab. Dia hanya menarik tangan Jaka kuat agar mau beranja

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 41. Rio Yang Kuat

    "Terima kasih untuk nama yang indah itu, Jaka. Aku harap dia akan jadi anak kita yang kuat dan pemberani," tutur Roro selepas Jaka meresmikan nama putranya.Jaka tersenyum senang, bukan karena Roro yang tersenyum padanya tapi karena senyum bayi tampan ini begitu menenangkan hati ayahnya.Dari kejauhan Gunawan, kakek dari si bayi yang baru lahir ini tersenyum senang, dia seakan tau kalau ini adalah awal yang indah untuk kehidupan putranya dan keluarga kecilnya.Tapi meski Jaka, Roro dan Gunawan menyambut senang kehadiran Rio, dari sisi lain dunia mereka nampak Irawan yang tersenyum sinis menyambut keponakan barunya.Bagi pria berprofesi sebagai polisi itu kehadiran Rio adalah masalah baru baginya dan dia harus memutar otak untuk menyelamatkan rencananya yang akan jadi rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 42. Rio Punya Rejekinya Sendiri

    "Kalau gitu tunggu di sini," Danu lalu meraih ponselnya kemudian melangkah keluar untuk menghubungi HRD seperti yang dia janjikan pada Jaka.Benar saja, tidak lama kemudian dia nampak mendekati Jaka."Gimana, Pak?" tanya Jaka mencoba memastikan nasib biaya perawatan istri dan anaknya."Aman, besok aku ambilkan uangnya. Sekarang kita ke bagian pembayaran puskesmas untuk memastikan biaya yang harus aku tagihkan ke pabrik,"Jaka lalu mengangguk dan tanpa banyak tanya lagi langsung menuju loket Puskesmas seperti yang dikatakan Pak Danu sebelumnya.Pak Danu kemudian mengatakan maksudnya dan Puskesmas segera memberikan rincian biaya yang harus dibayar.Tanpa menunggu lama semua urusan r

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 43. Rio Pulang

    Kelegaan Roro terus berlanjut hingga keesokan harinya. Dia begitu yakin jika hidupnya dan Jaka yang dulu begitu kacau akan membaik setelah kelahiran putranya.Merekapun terus diluputi rasa bahagia hingga tiga hari paska kelahiran Rio yaitu saat Roro sudah diperbolehkan pulang."Jadi kita pulang hari ini?" tanya Jaka dari panggilan telepon Roro sesaat setelah tiba di pabrik peti mati."Ya, dokter bilang aku sudah boleh pulang hari ini. Susul aku sore ini, ya," pinta Roro pada suaminya."Baiklah, aku akan bilang Pak Danu soal kepulanganmu. Aku harap setelah bilang, ada lah dia kasih aku uang untuk tambah-tambah uang jajan Rio,"Perkataan Jaka itu terdengar Pak Danu yang pagi itu sedang sibuk mempersiapkan kiriman mereka hari ini. Atasan Jaka itu lalu mendekat dan menepuk bahu supir muda itu setelah mematikan panggilan telepon istrinya."Istrimu sudah bisa pulang?" tanya Danu mengagetkan Jaka."Eh, Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 44. Ulah Irawan

    "Kenapa di sini gelapekali?" tanya Jaka sekali lagi sembil mengucek matanya. "Ayah, dimana aku?""Tenang," bisik Gunawan lalu meraba mata Jaka yang masih terbuka. "Sekarang buka matamu perlahan,"Jaka membuka matanya dan betapa kagetnya dia ketika sadar dia ada di dalam gua yang menjorok tebing yang dalam sekali. Tentu Jaka panik tapi kehadiran ayahnya dan Dumadi berhasil membuat ketakutannya itu lenyap."Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Jaka lalu meraih tangan ayahnya yang masih menggenggam tangannya yang mulai berkeringat."Tenang, ini hanya halusinasimu saja, Jaka," bisik Dumadi menyadari ini hanya permainan orang jahat yang selama ini menghantui mereka. "Kita harus tenang agar kamu bisa segera bangun dari tempat ini.""Jadi ini hanya mimpi?" Jaka mencoba meyakinkan dirinya."Ya, sama seperti kamu sedang tidur terus mimpi buruk. Dengan cara itu juga kamu bisa bangkit dari tempat ini. Bangun! Terjagalah, maka kamu akan kembali ke dunia nyata!"Kata-kata itu dipahami Jaka dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 45. Makin Kesal

    "Ya, sepertinya dia," Jawaban Bowo ini benar-benar membuat Jaka semakin kesal saja pada saudaranya itu."Lihat saja! Akan aku balas dia sekarang. Nggak bisa lagi aku diam menghadapi pria jahat itu. Dia benar-benar membuatku marah!" Setelah Jaka mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, Bowo akhirnya menemani supir itu menyelesaikan tugasnya sebelum membantu Jaka membawa mobil untuk pulang. Bowo khawatir kalau Jaka pergi sendiri maka kejadian serupa akan kembali terjadi pada diri Jaka hingga membahayakan keselamatan pria yang baru saja dikaruniai seorang anak itu.Bowo terus menenangkan Jaka yang berulang kali mengatakan akan membalas dendam pada Irawan meski sebenarnya Bowo tau kalau pria ini tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi Irawan.Setelah tiba di rumahnya, Jaka yang masih kesal kemudian duduk di halaman rumah sambil menyalakan rokok yang masih tersisa di kotaknya dan dia simpan di saku bajunya.Dia terus mengepulkan asap ke langit sambil menunggu amarahnya reda."

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 46. Bantuan Dari Nenek Manda

    "Siapa kamu?" tanya sosok wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Jaka dengan wajahnya yang menakutkan."Nek," panggil Bowo sambil menenangkan Jaka. "Ini saya, yang kemarin bantu Nenek pindahan," Oh!Wanita tua itu lalu melangkah mendekati Jaka lalu menatap wajah pria yang masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. "Kalau kamu siapa?" tanyanya sambil terus menatap wajah Jaka yang pucat pasi."Maaf, Nek. Saya sudah lancang masuk ke dalam rumah Nenek. Saya ini adalah anaknya bapak saya," Jaka masing ngelantur karena rasa kaget yang belum hilang dari kepalanya. "Eh,""Ya, tau kalau kamu anak bapakmu. Memangnya kamu mau jadi anak siapa?" Nenek terkekeh melihat wajah Jaka yang masih saja ketakutan."Hahahaha! Mas Jaka ini lucu. Masa mau anaknya siapa. Duh," timpal Bowo lalu salim kepada Nenek yang ikut tertawa mendengar perkataannya."Maksud saya, nama saya Jaka, Nek. Warga kampung sini juga. Tadi ujan turun deres banget, mangkanya kami berteduh di halaman rumah Nenek," jelas Jaka lalu ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 47. Setelah Tersambar Petir

    Haaaah!Jaka berteriak sekencangnya dan tubuhnya jadi panas karena sambaran petir itu. Matanya terbelalak menghadap ke langit dan urat-urat tubuhnya nampak menonjol membuat tubuhnya berwarna hijau tua.Hati Bowo sebenarnya tidak tega melihat tubuh Jaka begitu menakutkan tapi Nenek Manda masih saja membiarkan Jaka merasa kesakitan dalam waktu yang lama.Roh Jaka terikat antara leher dan tubuhnya, terbelalak karena tidak sanggup menghembus nafasnya. Cairan tubuhnya terserap ke tanah hingga rasa haus begitu kuat dia rasakan.UH! Jaka terus mengerang karena tubuhnya seperti tidak sanggup lagi bertahan meskipun hanya untuk terbaring di tanah.Meski melihat tamunya kesakitan, Manda tetap saja berdiri seakan menunggu perintah dari langit untuk mendekati pria malang itu.Blas!Gemuruh langit kembali terdengar dan suara Jaka seketika hening. Seakan tau ini saat yang tepat untuk mendekati Jaka, Manda langsung berlari mendekati tubuh Jaka yang terbaring di atas tanah dekat rumahnya."Pegang tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19

Bab terbaru

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 72. Roro Kembali

    Meski tawa Dumadi begitu sinis tapi Jaka tetap harus mendengarkannya. Mereka terus berada di rumah Irawan sampai akhirnya langit perlahan gelap dan Jaka sadar kalau ini saatnya pulang.Dia bersama Bowo kemudian memasuki kembali mobil pick up tua yang berjalan begitu lambat menyusuri jalan pulang yang hari itu terlihat lebih lengang.Sesekali mata Jak terlihat sayu karena lelah dengan semua kejadian barusan dan kembali terang begitu tiba di jalan kampung yang berarti dia semakin dekat dengan rumahnya."Aku turun di sana aja," ucap Bowo sambil menepuk bahu Jaka yang tegap."Oh!" Sedetik kemudian Jaka sudah menyalakan lampu sein dan mobil perlahan bergerak ke kiri.Tangan Bowo segera membuka pintu lalu melambai begitu kedua kakinya mendarat di atas tanah yang basah, sepertinya hujan turun beberapa saat lalu. "Ah, sudah sampai," ucapnya lalu menutup pintu dengan tangan kirinya."Yok!" jawab Jaka singkat lalu kembali menginjak pedal gas sebelum Bowo menyampaikan salam perpisahan.Entah men

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 71. Irawan Kemana

    Serpihan itu perlahan terbang meninggalkan rumah mewah milik perwira polisi itu meski Jaka dan Bowo terus mengamatinya.Butiran-butiran itu terbang begitu bebas kemudian menghilang tersapu angin."Itu!" teriak Bowo menyadari ada yang salah dari diamnya mereka. "Kemana mereka?" Pertanyaan itu membuat Jaka tersadar, Irawan yang ada di kamar tiba-tiba menghilang. Entah kapan dia pergi, mungkin saat Red menghilang atau mungkin saat mereka lengah.Gila!Teriak Jaka lalu melangkah masuk ke dalam kamar milik sepupunya itu dengan wajah penuh kesedihan. "Bagaimana aku bisa melupakannya," desis Jaka lalu masuk ke dalam kamar untuk memastikan apa yang dia lihat. "Dia benar-benar hilang," ulang Jaka setelah memastikan jika kamar itu memang sudah kosong."Sudah! Sudah!" Tiba-tiba dari dinding yang bisa terlihat sesosok cahaya yang kemudian dikenali Jaka sebagai Gunawan, ayahnya. "Aku tau ini pasti terjadi. Mereka pasti punya rencana jahat hingga kamu harus hati-hati padanya.""Ayah, tapi dia meng

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 70. Balas Dendam Darma

    "Diam!" teriak Marni yang sudah sejak tadi ingin menghabisi adik ipar Jaka itu. "Kamu tidak akan bisa lari lagi. Sekarang aku akan menghabisimu!" Darma yang mendengar perkataan Marni langsung berdiri karena ternyata tadi yang melilit tubuhnya tidak berfungsi. Dia lalu menatap wajah Marni yang ketakutan kemudian menepis tangan pelayan Irawan itu kuat-kuat hingga pisau yang ada di tangannya terpetal jauh."Kee--napa kamu bisa sekuat ini?" tanya Marni tidak percaya."Mas, habisi dia. Dia ini setan. Dia akan mudah kamu taklukkan sekarang!" teriak Darma lalu memutar lehernya ke arah Jaka.Tidak perlu menunggu, Jaka langsung mendekat ke arah Marni. "Tenyata mudah mengalahkanmu!" teriak Jaka lalu meremas jemarinya untuk siap membogem wanita paruh baya itu.Plas!Tangannya melayang dan wajah sedetik kemudian wajah Marni remuk karena bogemannya itu. Ah!Marni terkapar di atas lantai lalu melirik ke arah kamar dimana Irawan sudah jadi mayat hidup yang tidak kunjung dijemput sang malaikat maut

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 69. Aku Tau Kelemahan Mereka

    "Aku tau kelemahan mereka," desis Darma lalu melirik ke arah Jaka.Hah!Jaka terbelalak mendengar perkataan adik iparnya itu merasa tidak mungkin tapi wajah Darma nampak begitu yakin dengan apa yang dikatakannya."Lalu apa yang kamu tau soal mereka?" tanya Bowo dengan wajah kebingungan. "Kalau bisa kita habisi saja sekarang,"Mendengar perkataan Bowo wajah Darma yang awalnya begitu yakin sontak berubah tertunduk. Dia lalu melirik ke arah Jaka yang masih duduk di sampingnya kemudian berkata. "Tapi aku tidak tau caranya,"Mmm!Jaka yang tadinya yakin pada Darma dengan kesal berkata. "Kamu ini kayak kentut. Tadi yakin banget, sekarang ragu. Sebenarnya mau kamu apa, sih?""Ada sosok yang terang di saat aku mau masuk ke gerbang kematian, Mas. Dia bilang kamu adalah orang yang kuat, hanya saja ketidakyakinan itu membuatmu lemah."Deg!Jantung Bowo berdegup kencang, dia teringat pada perkataan Nenek Manda soal kekuatan Jaka yang tersembunyi. Dia lalu menarik tangan Jaka kuat-kuat hingga kepa

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 68. Darma Ingin Membantu

    "Kalian harus ijinkan Darma tetap di rumah itu dan membantu Jaka dari rong-rongan Irawan," bisik Nenek Manda dengan suara yang tiba-tiba jadi lantang. Tidak cuma suaranya yang jadi lantang, mata Nenek Manda berubah jadi merah dan rambutnya seperti terkibar angin yang datang dari sekeliling rumah.Bowo yang tidak mengerti tentang perubahan diri wanita tua itu hanya terdiam memandangi sorot mata yang begitu asing baginya. Dia terus mencoba mengartikan apa gerangan maksud dari nenek sakti ini. "Apa yang kamu maksud sebenarnya?" tanya kernet baik itu berharap Manda mau menjelaskan lebih detail maksud perkataannya."Aku tau ini terdengar aneh, tepi kamu harus biarkan Darma di sana. Hanya itu tugas terakhir Darma di hidupnya,""Apa?" Bowo terbelalak. Dia kembali teringat cerita ibu warung kalau adik ipar Jaka itu saat ini sedang dalam keadaan koma dan bisa kapan saja meninggal.Bowo berusaha menenangkan diri karena kabar ini bukan kabar bagus baginya, dia terus berharap apa yang dia pikirk

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 67. Benar-Benar Jahat

    "Tidak ada!" teriak Bowo setelah memastikan dua sosok itu sudah pergi dari tempat yang mereka duga adalah tempat persembunyian mereka."Iya, tapi aku yakin dia akan kembali ke rumah ini. Mereka berdua masih mau Mas mati," tambah Darma lalu mendekat ke arah Jaka. "Mas tau kan kenapa aku tidak mau Mas jadi korban mereka?""Apa?" tanya Jaka semakin penasaran dengan keputusan adiknya yang tidak mau meninggal padahal saat ini dia sedang ada di gerbang antara hidup dan mati."Karena Rio, Mas. Anakmu masih butuh kamu dan aku lihat tenagamu semakin hari semakin tipis saja. Sepertinya ada sesuatu denganmu hingga tenaga pemberian nenak sakti itu tidak semuanya bisa kamu dapatkan!"Jaka mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Darma sore itu. Semenjak beberapa hari lalu tenaganya sudah tidak sebesar sebelumnya. Dia kembali jadi penakut seperti tidak berdaya apa lagi saat pelayan Irawan yang notabene adalah seorang wanita menyerangnya saja dia tidak bisa mengelak.Mendengar cerita Darma tentang

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 66. Lalu Siapa Yang Di Rumah

    Tentu kabar yang baru sampai di telinga Jaka bukanlah kabar baik hingga dia memutuskan untuk buru-buru pergi dari warung dan menyalakan mesin mobil untuk terlebih dulu menyelesaikan tugasnya hari ini.Sama seperti Jaka, Bowo juga tidak punya rencana lain kecuali menyelesaikan tugas hari ini dan kembali ke rumah Jaka untuk bertanya pada Darma apa yang sebenarnya terjadi.Setelah tugas selesai cepat-cepat keduanya menuju rumah kontrakan Jaka dan menemui Darma yang sore itu berada di ruang tengah sambil menikmati rokok yang dibawa Jaka dari Kediri.Wajah adik Roro itu terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Ya, kalau Jaka tidak tau ceritanya, tentu wajah Darma sore itu biasa saja, tapi setelah tau apa yang terjadi pada adik iparnya, Jaka jadi penasaran juga untuk bertanya. "Sudah makan?" tanya Jaka dengan suara bergetar sambil duduk di samping Darma yang jelas dia tau sedang dalam keadaan buruk di rumah sakit."Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Darma merasa risih dengan tata

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 65. Kenapa Dengan Darma

    Setelah perbincangan panjang pagi itu, Jaka kembali ke pabrik untuk memulai aktifitasnya. Dia melupakan sejenak masalah adik iparnya untuk fokus dengan tugas yang diberikan Danu hari ini.Tugasnya tidak berat, hanya mengantarkan dua buah peti mati ke Surabaya tepatnya di daerah Waru dekat Terminal Bungurasih. Untuk urusan antar peti ke Surabaya memang baru bagi Jaka tapi tidak untuk Bowo yang nampak begitu siap duduk di samping Jaka yang terlihat bingung akan memilih jalan yang mana mengingat jalan menuju Surabaya adalah hal asing baginya.Karena merasa Jaka tidak akan mampu menyetir hingga tujuan dan terlalu riskan memberikan tugas ini pada Jaka akhirnya Bowo sepakat untuk memengang kemudi sembari Jaka mengingat-ingat jalan ke titik tujuan.Sepakat duduk di samping kemudi, Jaka mulai terlihat nyaman dengan joknya. Dia juga mengeluarkan sekotak rokok pemberian rumah duka di Kediri agar tidak mengantuk saat mobil mulai melaju."Mas, tadi kata Mas kan mau sarapan dulu. Jadi nggak nih?"

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 64. Kenapa Harus Lari

    Jaka berlari sekencangnya dengan seluruh kekuatan yang dia miliki. Kakinya sempat beberapa kali tersandung kerikil tapi dia buru-buru menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh di saat yang genting ini.Sama seperti kakak iparnya. Darma juga berlari dibelakang Jaka tanpa mau menoleh ke belakang dan baru berhenti saat akhirnya mereka berdua tiba di depan halaman masjid."Alhamdulillah," Jaka yang terengah-engah langsung duduk di tangga masjid yang mulai dipadati para jamaah. "Kamu dengar kan tadi itu, Ma?" tanya Jaka pada Darma yang mengikutinya duduk di tangga."Iya, Mas. Jelas banget. Udah kita sholat aja. Jangan pikirin yang tadi,"Keduanya kemudian kompak berdiri dan melangkah masuk ke dalam masjid. Setelah mendapat posisi sholat yang mereka rasa paling tepat, Jaka dan Darma perlahan khusuk dalam ibadah pagi mereka.Selama sholat hingga melantunkan doa, Jaka dan Darma terlihat tidak sedikitpun menoleh ke belakang. Mereka masih takut kalau sosok asing itu akan mendekati mereka meski me

DMCA.com Protection Status