Share

Bab 44. Ulah Irawan

Penulis: Sisi Ryri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-07 20:00:22
"Kenapa di sini gelapekali?" tanya Jaka sekali lagi sembil mengucek matanya. "Ayah, dimana aku?"

"Tenang," bisik Gunawan lalu meraba mata Jaka yang masih terbuka. "Sekarang buka matamu perlahan,"

Jaka membuka matanya dan betapa kagetnya dia ketika sadar dia ada di dalam gua yang menjorok tebing yang dalam sekali. Tentu Jaka panik tapi kehadiran ayahnya dan Dumadi berhasil membuat ketakutannya itu lenyap.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Jaka lalu meraih tangan ayahnya yang masih menggenggam tangannya yang mulai berkeringat.

"Tenang, ini hanya halusinasimu saja, Jaka," bisik Dumadi menyadari ini hanya permainan orang jahat yang selama ini menghantui mereka. "Kita harus tenang agar kamu bisa segera bangun dari tempat ini."

"Jadi ini hanya mimpi?" Jaka mencoba meyakinkan dirinya.

"Ya, sama seperti kamu sedang tidur terus mimpi buruk. Dengan cara itu juga kamu bisa bangkit dari tempat ini. Bangun! Terjagalah, maka kamu akan kembali ke dunia nyata!"

Kata-kata itu dipahami Jaka dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 45. Makin Kesal

    "Ya, sepertinya dia," Jawaban Bowo ini benar-benar membuat Jaka semakin kesal saja pada saudaranya itu."Lihat saja! Akan aku balas dia sekarang. Nggak bisa lagi aku diam menghadapi pria jahat itu. Dia benar-benar membuatku marah!" Setelah Jaka mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, Bowo akhirnya menemani supir itu menyelesaikan tugasnya sebelum membantu Jaka membawa mobil untuk pulang. Bowo khawatir kalau Jaka pergi sendiri maka kejadian serupa akan kembali terjadi pada diri Jaka hingga membahayakan keselamatan pria yang baru saja dikaruniai seorang anak itu.Bowo terus menenangkan Jaka yang berulang kali mengatakan akan membalas dendam pada Irawan meski sebenarnya Bowo tau kalau pria ini tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi Irawan.Setelah tiba di rumahnya, Jaka yang masih kesal kemudian duduk di halaman rumah sambil menyalakan rokok yang masih tersisa di kotaknya dan dia simpan di saku bajunya.Dia terus mengepulkan asap ke langit sambil menunggu amarahnya reda."

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 46. Bantuan Dari Nenek Manda

    "Siapa kamu?" tanya sosok wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Jaka dengan wajahnya yang menakutkan."Nek," panggil Bowo sambil menenangkan Jaka. "Ini saya, yang kemarin bantu Nenek pindahan," Oh!Wanita tua itu lalu melangkah mendekati Jaka lalu menatap wajah pria yang masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. "Kalau kamu siapa?" tanyanya sambil terus menatap wajah Jaka yang pucat pasi."Maaf, Nek. Saya sudah lancang masuk ke dalam rumah Nenek. Saya ini adalah anaknya bapak saya," Jaka masing ngelantur karena rasa kaget yang belum hilang dari kepalanya. "Eh,""Ya, tau kalau kamu anak bapakmu. Memangnya kamu mau jadi anak siapa?" Nenek terkekeh melihat wajah Jaka yang masih saja ketakutan."Hahahaha! Mas Jaka ini lucu. Masa mau anaknya siapa. Duh," timpal Bowo lalu salim kepada Nenek yang ikut tertawa mendengar perkataannya."Maksud saya, nama saya Jaka, Nek. Warga kampung sini juga. Tadi ujan turun deres banget, mangkanya kami berteduh di halaman rumah Nenek," jelas Jaka lalu ikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 47. Setelah Tersambar Petir

    Haaaah!Jaka berteriak sekencangnya dan tubuhnya jadi panas karena sambaran petir itu. Matanya terbelalak menghadap ke langit dan urat-urat tubuhnya nampak menonjol membuat tubuhnya berwarna hijau tua.Hati Bowo sebenarnya tidak tega melihat tubuh Jaka begitu menakutkan tapi Nenek Manda masih saja membiarkan Jaka merasa kesakitan dalam waktu yang lama.Roh Jaka terikat antara leher dan tubuhnya, terbelalak karena tidak sanggup menghembus nafasnya. Cairan tubuhnya terserap ke tanah hingga rasa haus begitu kuat dia rasakan.UH! Jaka terus mengerang karena tubuhnya seperti tidak sanggup lagi bertahan meskipun hanya untuk terbaring di tanah.Meski melihat tamunya kesakitan, Manda tetap saja berdiri seakan menunggu perintah dari langit untuk mendekati pria malang itu.Blas!Gemuruh langit kembali terdengar dan suara Jaka seketika hening. Seakan tau ini saat yang tepat untuk mendekati Jaka, Manda langsung berlari mendekati tubuh Jaka yang terbaring di atas tanah dekat rumahnya."Pegang tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 48. Jaka Kemana?

    "Uh! Kenapa kamu bikin aku penasaran, sih?" tanya Bowo merasa sikap Darma pagi ini aneh sekali."Aku sebenarnya mau kasih tau Mas Bowo dari kemarin-kemarin. Tapi aku takut!" Wajah Darma tiba-tiba berubah dari wajah bingung jadi wajah ketakutan. "Kenapa kamu ini? Kalo ngomong yang jelas!" desak Bowo yang tidak mau lagi jadi penasaran dengan sikap adik ipar temannya ini. "Ngomong,""Iya, Mas. Aku ngomong deh. Ini rahasia tapi, ya,"Bowo lalu mendengarkan cerita Darma soal perginya Jaka dari kampung ini karena alasan keselamatan Rio, putranya yang masih berusia beberapa hari. Darma juga mengatakan kalau kakak iparnya itu sebenarnya ingin berpamitan kepada semua orang di kampung ini namun seseorang menahannya.Cerita Darma yang tadinya diharapkan Bowo akan menjawab semua rasa penasarannya justru membuatnya jadi bingung. Mana mungkin temannya itu tiba-tiba pergi seperti apa yang dikatakan Darma padahal dia jelas-jelas tau kalau pria tinggi besar itu sudah mendapatkan kekuatan yang dia but

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 49. Siapa Cahaya Itu

    "Mas bicara sama siapa?" tanya Bowo yang menatap heran pada Jaka berharap pemuda ini mau menjelaskan apa yang sedang membuatnya kaget.Bukannya menjawab, Jaka malah menggaruk tengkuknya lalu nyengir ke arah Bowo. "Bukan siapa-siapa," sahutnya lalu memutar wajahnya ke arah Bowo yang masih terpaku melihat kehadirannya siang hari itu. "Kenapa aneh gitu liat akunya?" tanya Jaka lalu memutar bola matanya ke arah Darma yang juga memasang wajah yang sama dengan Bowo. "Kamu juga,""Mas, aku seneng banget Mas akhrinya kembali. Pabrik sepi kalau nggak ada Mas," Bowo lalu memeluk Jaka dengan hangat.Jaka tidak menolak pelukan itu, dia justru senang dengan sambutan Bowo yang tidak dia sangka akan sehangat ini.Mereka bertiga lalu duduk di kursi di depan rumah Bowo sambil Jaka menceritakan kemana dia beberapa minggu belakangan ini. Rasa senang dirasakan bowo mendengar cerita Jaka yang terdengar begitu bersemangat seakan pria yang tadinya banyak mengeluh ini telah terlahir kembali menjadi pria yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 50. Jebakan Irawan

    "Lari!" teriak Gunawan tapi terlambat karena tubuh Jaka kini sudah tidak bisa bergerak."Siapa kamu?" teriak Jaka yang terus meronta berharap bisa lepas dari sosok merah yang sangat menakutkan ini. "Lepaskan aku!" Jaka terus menggerakkan kakinya agar bisa segera pergi tapi terlambat.Dua mobil polisi terlihat mendekati rumah milik Irawan dan berhenti tepat di depan rumah polisi muda itu.Jangan bergerak!Perintah itu membuat Jaka terbelalak. Dia benar-benar tidak menyangka jika apa yang dikatakan Gunawan barusan benar adanya.Ini jebakan!Dengan hati yang remuk Jaka akhirnya hanya bisa mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu tertelungkup sesaat setelah dua polisi mendekatinya. Tubuh Jaka kemudian digeledah sebelum akhirnya dua tangannya diborgol di belakang dan baru setelah dianggap aman polisi itu membantunya bangkit dan digiring ke atas mobil polisi berwarna dasar putih dengan garis-garis biru tua.Setelah perjalanan lebih dari sepuluh menit, Jaka akhirnya digiring masuk ke dalam k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 51. Bebaskan Aku

    "Hah! Kenapa kalian jadi kikuk?" tanya Jaka lalu berdiri dari kursinya dengan bertolak pinggang. "Kalian salah tangkap, kan?"Polisi itu lalu saling pandang kemudian salah satu dari mereka mendorong bahu Jaka kuat-kuat hingga pemuda tegap itu terjatuh dari tempatnya berdiri saat ini.Aduh!Jaka berteriak kesakitan karena dorongan polisi itu lalu menatap mata polisi yang mendorongnya dengan kesal."Ada apa ini?" tanya Irawan yang melangkah masuk ke dalam ruangan dengan seragam kebesaran yang selama ini dia sombongkan. "Kalian sedang apa? Kenapa dia ada di lantai?" tanya Irawan lalu berdiri dengan sombongnya di depan Jaka yang belum bangkit dari tempatnya terjerembab. "Dia melawan kalian, kan? Dia memang tukang bikin onari!""Jangan asal bicara kamu, Irawan. Aku tidak mungkin melawan polisi! Aku tidak begitu!" teriak Jaka dengan begitu marah."Oh! Baiklah!" Irawan lalu meraih bahu kedua polisi itu lalu berbisik-bisik seperti sedang mendiskusikan sesuatu. "Kalau begitu kita masukkan dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 52. Irawan Melanggar Perjanjian

    Red berdiri di depan Jaka dengan wajah yang menyeramkan tapi kali ini Jaka sama sekali tidak merasa takut pada sosok ini, dia yakin jika sosok ini justru akan menolongnya dan saat itulah Irawan akan kalah darinya.Keyakinan itu semakin memuncak saat Red terus saja mengungkap kalau Irawan telah melanggar perjanjian pesugihan yang mereka buat diawal hingga sosok menyeramkan ini sudah tidak mau lagi melayani Irawan yang tidak membayar janjinya untuk tumbal selanjutnya yaitu Jaka."Jadi kalau aku tidak mati maka sama saja dengan Irawan tidak membayar janjinya padamu?" tanya Jaka memastikan."Ya, itu yang aku sesalkan. Padahal selama ini kerjasama kami baik-baik saja. Tapi kenapa dia tidak berusaha membunuhmu," kesal Red sekali lagi.Jaka tersenyum sinis, dia tau Irawan tentu tidak akan mudah membunuhnya karena sepupunya itu tau kekuatannya."Sekarang aku tidak mau lagi bekerja dengannya," kesal Red lalu pamit pada Jaka karena dia merasa sudah terlalu lama berada di tempat ini.Jaka mengij

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23

Bab terbaru

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 72. Roro Kembali

    Meski tawa Dumadi begitu sinis tapi Jaka tetap harus mendengarkannya. Mereka terus berada di rumah Irawan sampai akhirnya langit perlahan gelap dan Jaka sadar kalau ini saatnya pulang.Dia bersama Bowo kemudian memasuki kembali mobil pick up tua yang berjalan begitu lambat menyusuri jalan pulang yang hari itu terlihat lebih lengang.Sesekali mata Jak terlihat sayu karena lelah dengan semua kejadian barusan dan kembali terang begitu tiba di jalan kampung yang berarti dia semakin dekat dengan rumahnya."Aku turun di sana aja," ucap Bowo sambil menepuk bahu Jaka yang tegap."Oh!" Sedetik kemudian Jaka sudah menyalakan lampu sein dan mobil perlahan bergerak ke kiri.Tangan Bowo segera membuka pintu lalu melambai begitu kedua kakinya mendarat di atas tanah yang basah, sepertinya hujan turun beberapa saat lalu. "Ah, sudah sampai," ucapnya lalu menutup pintu dengan tangan kirinya."Yok!" jawab Jaka singkat lalu kembali menginjak pedal gas sebelum Bowo menyampaikan salam perpisahan.Entah men

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 71. Irawan Kemana

    Serpihan itu perlahan terbang meninggalkan rumah mewah milik perwira polisi itu meski Jaka dan Bowo terus mengamatinya.Butiran-butiran itu terbang begitu bebas kemudian menghilang tersapu angin."Itu!" teriak Bowo menyadari ada yang salah dari diamnya mereka. "Kemana mereka?" Pertanyaan itu membuat Jaka tersadar, Irawan yang ada di kamar tiba-tiba menghilang. Entah kapan dia pergi, mungkin saat Red menghilang atau mungkin saat mereka lengah.Gila!Teriak Jaka lalu melangkah masuk ke dalam kamar milik sepupunya itu dengan wajah penuh kesedihan. "Bagaimana aku bisa melupakannya," desis Jaka lalu masuk ke dalam kamar untuk memastikan apa yang dia lihat. "Dia benar-benar hilang," ulang Jaka setelah memastikan jika kamar itu memang sudah kosong."Sudah! Sudah!" Tiba-tiba dari dinding yang bisa terlihat sesosok cahaya yang kemudian dikenali Jaka sebagai Gunawan, ayahnya. "Aku tau ini pasti terjadi. Mereka pasti punya rencana jahat hingga kamu harus hati-hati padanya.""Ayah, tapi dia meng

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 70. Balas Dendam Darma

    "Diam!" teriak Marni yang sudah sejak tadi ingin menghabisi adik ipar Jaka itu. "Kamu tidak akan bisa lari lagi. Sekarang aku akan menghabisimu!" Darma yang mendengar perkataan Marni langsung berdiri karena ternyata tadi yang melilit tubuhnya tidak berfungsi. Dia lalu menatap wajah Marni yang ketakutan kemudian menepis tangan pelayan Irawan itu kuat-kuat hingga pisau yang ada di tangannya terpetal jauh."Kee--napa kamu bisa sekuat ini?" tanya Marni tidak percaya."Mas, habisi dia. Dia ini setan. Dia akan mudah kamu taklukkan sekarang!" teriak Darma lalu memutar lehernya ke arah Jaka.Tidak perlu menunggu, Jaka langsung mendekat ke arah Marni. "Tenyata mudah mengalahkanmu!" teriak Jaka lalu meremas jemarinya untuk siap membogem wanita paruh baya itu.Plas!Tangannya melayang dan wajah sedetik kemudian wajah Marni remuk karena bogemannya itu. Ah!Marni terkapar di atas lantai lalu melirik ke arah kamar dimana Irawan sudah jadi mayat hidup yang tidak kunjung dijemput sang malaikat maut

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 69. Aku Tau Kelemahan Mereka

    "Aku tau kelemahan mereka," desis Darma lalu melirik ke arah Jaka.Hah!Jaka terbelalak mendengar perkataan adik iparnya itu merasa tidak mungkin tapi wajah Darma nampak begitu yakin dengan apa yang dikatakannya."Lalu apa yang kamu tau soal mereka?" tanya Bowo dengan wajah kebingungan. "Kalau bisa kita habisi saja sekarang,"Mendengar perkataan Bowo wajah Darma yang awalnya begitu yakin sontak berubah tertunduk. Dia lalu melirik ke arah Jaka yang masih duduk di sampingnya kemudian berkata. "Tapi aku tidak tau caranya,"Mmm!Jaka yang tadinya yakin pada Darma dengan kesal berkata. "Kamu ini kayak kentut. Tadi yakin banget, sekarang ragu. Sebenarnya mau kamu apa, sih?""Ada sosok yang terang di saat aku mau masuk ke gerbang kematian, Mas. Dia bilang kamu adalah orang yang kuat, hanya saja ketidakyakinan itu membuatmu lemah."Deg!Jantung Bowo berdegup kencang, dia teringat pada perkataan Nenek Manda soal kekuatan Jaka yang tersembunyi. Dia lalu menarik tangan Jaka kuat-kuat hingga kepa

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 68. Darma Ingin Membantu

    "Kalian harus ijinkan Darma tetap di rumah itu dan membantu Jaka dari rong-rongan Irawan," bisik Nenek Manda dengan suara yang tiba-tiba jadi lantang. Tidak cuma suaranya yang jadi lantang, mata Nenek Manda berubah jadi merah dan rambutnya seperti terkibar angin yang datang dari sekeliling rumah.Bowo yang tidak mengerti tentang perubahan diri wanita tua itu hanya terdiam memandangi sorot mata yang begitu asing baginya. Dia terus mencoba mengartikan apa gerangan maksud dari nenek sakti ini. "Apa yang kamu maksud sebenarnya?" tanya kernet baik itu berharap Manda mau menjelaskan lebih detail maksud perkataannya."Aku tau ini terdengar aneh, tepi kamu harus biarkan Darma di sana. Hanya itu tugas terakhir Darma di hidupnya,""Apa?" Bowo terbelalak. Dia kembali teringat cerita ibu warung kalau adik ipar Jaka itu saat ini sedang dalam keadaan koma dan bisa kapan saja meninggal.Bowo berusaha menenangkan diri karena kabar ini bukan kabar bagus baginya, dia terus berharap apa yang dia pikirk

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 67. Benar-Benar Jahat

    "Tidak ada!" teriak Bowo setelah memastikan dua sosok itu sudah pergi dari tempat yang mereka duga adalah tempat persembunyian mereka."Iya, tapi aku yakin dia akan kembali ke rumah ini. Mereka berdua masih mau Mas mati," tambah Darma lalu mendekat ke arah Jaka. "Mas tau kan kenapa aku tidak mau Mas jadi korban mereka?""Apa?" tanya Jaka semakin penasaran dengan keputusan adiknya yang tidak mau meninggal padahal saat ini dia sedang ada di gerbang antara hidup dan mati."Karena Rio, Mas. Anakmu masih butuh kamu dan aku lihat tenagamu semakin hari semakin tipis saja. Sepertinya ada sesuatu denganmu hingga tenaga pemberian nenak sakti itu tidak semuanya bisa kamu dapatkan!"Jaka mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Darma sore itu. Semenjak beberapa hari lalu tenaganya sudah tidak sebesar sebelumnya. Dia kembali jadi penakut seperti tidak berdaya apa lagi saat pelayan Irawan yang notabene adalah seorang wanita menyerangnya saja dia tidak bisa mengelak.Mendengar cerita Darma tentang

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 66. Lalu Siapa Yang Di Rumah

    Tentu kabar yang baru sampai di telinga Jaka bukanlah kabar baik hingga dia memutuskan untuk buru-buru pergi dari warung dan menyalakan mesin mobil untuk terlebih dulu menyelesaikan tugasnya hari ini.Sama seperti Jaka, Bowo juga tidak punya rencana lain kecuali menyelesaikan tugas hari ini dan kembali ke rumah Jaka untuk bertanya pada Darma apa yang sebenarnya terjadi.Setelah tugas selesai cepat-cepat keduanya menuju rumah kontrakan Jaka dan menemui Darma yang sore itu berada di ruang tengah sambil menikmati rokok yang dibawa Jaka dari Kediri.Wajah adik Roro itu terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Ya, kalau Jaka tidak tau ceritanya, tentu wajah Darma sore itu biasa saja, tapi setelah tau apa yang terjadi pada adik iparnya, Jaka jadi penasaran juga untuk bertanya. "Sudah makan?" tanya Jaka dengan suara bergetar sambil duduk di samping Darma yang jelas dia tau sedang dalam keadaan buruk di rumah sakit."Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Darma merasa risih dengan tata

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 65. Kenapa Dengan Darma

    Setelah perbincangan panjang pagi itu, Jaka kembali ke pabrik untuk memulai aktifitasnya. Dia melupakan sejenak masalah adik iparnya untuk fokus dengan tugas yang diberikan Danu hari ini.Tugasnya tidak berat, hanya mengantarkan dua buah peti mati ke Surabaya tepatnya di daerah Waru dekat Terminal Bungurasih. Untuk urusan antar peti ke Surabaya memang baru bagi Jaka tapi tidak untuk Bowo yang nampak begitu siap duduk di samping Jaka yang terlihat bingung akan memilih jalan yang mana mengingat jalan menuju Surabaya adalah hal asing baginya.Karena merasa Jaka tidak akan mampu menyetir hingga tujuan dan terlalu riskan memberikan tugas ini pada Jaka akhirnya Bowo sepakat untuk memengang kemudi sembari Jaka mengingat-ingat jalan ke titik tujuan.Sepakat duduk di samping kemudi, Jaka mulai terlihat nyaman dengan joknya. Dia juga mengeluarkan sekotak rokok pemberian rumah duka di Kediri agar tidak mengantuk saat mobil mulai melaju."Mas, tadi kata Mas kan mau sarapan dulu. Jadi nggak nih?"

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 64. Kenapa Harus Lari

    Jaka berlari sekencangnya dengan seluruh kekuatan yang dia miliki. Kakinya sempat beberapa kali tersandung kerikil tapi dia buru-buru menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh di saat yang genting ini.Sama seperti kakak iparnya. Darma juga berlari dibelakang Jaka tanpa mau menoleh ke belakang dan baru berhenti saat akhirnya mereka berdua tiba di depan halaman masjid."Alhamdulillah," Jaka yang terengah-engah langsung duduk di tangga masjid yang mulai dipadati para jamaah. "Kamu dengar kan tadi itu, Ma?" tanya Jaka pada Darma yang mengikutinya duduk di tangga."Iya, Mas. Jelas banget. Udah kita sholat aja. Jangan pikirin yang tadi,"Keduanya kemudian kompak berdiri dan melangkah masuk ke dalam masjid. Setelah mendapat posisi sholat yang mereka rasa paling tepat, Jaka dan Darma perlahan khusuk dalam ibadah pagi mereka.Selama sholat hingga melantunkan doa, Jaka dan Darma terlihat tidak sedikitpun menoleh ke belakang. Mereka masih takut kalau sosok asing itu akan mendekati mereka meski me

DMCA.com Protection Status