Boris hanya menyipitkan mata dan berkata, “Aku nggak terlalu memikirkannya. Itu dua hal yang berbeda.”“Bagus, pegang omonganmu itu. Kalau sampai kamu ingkar janji, aku nggak akan maafkan kamu.”“Kakek benar-benar sayang padanya,” kata Boris tanpa daya.Hartono menghela napas. “Dia hanya punya keluarga Morrison dan seorang nenek yang sudah tua. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana sikap keluarga Leonarto terhadapnya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa memperlakukannya dengan baik?”Boris telah mendengar kata-kata itu berulang kali. Setiap kali mendengarnya, dia pun spontan berpikir. Apakah Zola orang yang begitu bisa membuat orang lain menyukainya? Sebenarnya apa pesona yang Zola miliki, sehingga membuat banyak orang bersedia baik padanya?Kemudian, Hartono bertanya lagi, “Mamamu terus ngomong soal Zola. Kamu lihat kapan bisa bawa dia pulang untuk makan bersama?”Boris dan Zola semakin jarang kembali ke rumah kakeknya. Karena semua orang sangat sibuk. Begitu ada banyak hal yang harus
Wajah Mahendra spontan menjadi kaku. “Itu urusan pribadiku. Kamu nggak perlu tahu sampai begitu detail.”“Hahaha ....” Tyara tertawa, lalu berkata, “Aku hanya asal tanya. Kalau hubungan Zola dan Boris sedang retak, kenapa aku nggak ambil kesempatan ini untuk dapatkan kembali perasaan Boris?”Ada kelicikan terpancar di mata Mahendra. “Aku juga bermaksud begitu. Tadi malam aku sudah pikirkan masalah ini baik-baik. Aku punya ide bagus, tapi aku nggak tahu kamu mau atau nggak.”“Ide apa?” tanya Tyara yang langsung goyah.Mahendra terdiam sejenak, lalu berkata, “Caranya agak berisiko. Kalau kamu bersedia, aku baru beritahu kamu.”Tyara mengerutkan kening. “Katakan saja, jangan berbelit-belit.”Mahendra melirik Tyara. Sorot matanya penuh dengan perhitungan. “Kamu cari cara untuk bertemu dengan Boris. Lakukan apa pun yang kamu bisa. Nggak peduli apa pun alasan yang kamu gunakan, yang penting kamu bisa bertemu dengannya.”“Setelah bertemu dengannya?”“Setelah bertemu dengannya, kamu masukkan b
Apalagi jika Tyara bisa mengusir Zola dari hidup Boris, maka semuanya akan sepadan. Jika dia tidak bisa mendapatkan Boris atau berada di sisi Boris, maka siapa pun juga tidak boleh berada di sisi Boris.Tyara menyipitkan matanya dan menatap Mahendra. “Kalau aku berhasil bercinta dengannya, aku harap kamu bisa tepati janjimu. Jangan sakiti dia. Aku mau dia balas aku dengan seumur hidupnya.”Mahendra tidak bicara. Dia hanya mengatupkan bibirnya dan menatap Tyara. Tatapan Mahendra terlihat seperti sedang menatap orang bodoh. Namun, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia tetap tenang dan terlihat biasa saja.Tyara yang tidak mendapat jawaban dari Mahendra spontan mengerutkan kening. “Kamu nggak dengar apa yang aku katakan?”“Masih terlalu dini untuk katakan begitu banyak hal. Tunggu kamu berhasil taklukkan Boris dulu. Selama kamu benar0benar yakin bisa dapatkan dia, maka semuanya akan jadi lebih mudah nantinya. Tapi kalau kamu nggak berhasil buat sesuatu yang bisa dipakai untuk a
Jesse tertegun sejenak. Dia spontan menatap Boris, lalu bertanya dengan bingung, “Maksud Pak Boris ….”Boris hanya melirik Jesse sebentar. Tanpa menunggu Jesse menyelesaikan kalimatnya, dia langsung memotong, “Hmm, kamu atur saja.”Jesse menganggukkan kepala. Kemudian, dia menjauhkan diri dari Boris dan segera menghubungi seseorang. Setelah orang itu mengangkat telepon, Jesse menjelaskan secara singkat. Usai mengatur semuanya, dia pun segera kembali dan masuk ke dalam lift bersama Boris.Boris tinggal di lantai 29 Binru International Hotel. Di lantai itu ada suite eksklusif untuk Boris di hotel. Bibi yang bantu masak di apartemen juga datang untuk menyiapkan makan malam untuk Boris.Boris makan malam bersama Jesse. Banyak hal yang terjadi selama dua hari ini. Jesse juga tinggal di hotel bersama Boris. Saat mereka tengah makan, ponsel Jesse berdering. Begitu dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya, tanpa sadar dia mengerutkan kening dan menatap Boris yang duduk di depannya.Set
Si bibi menghibur dengan suara pelan. Zola hanya menganggukkan kepala. Bibi segera berkata, “Jangan bilang saya cerewet atau banyak mulut ya, Bu.”“Nggak, Bi. Sebenarnya yang Bibi bilang memang benar. Mungkin semua akan baik-baik saja setelah emosinya mereda.”Zola menjawab dengan nada datar. Senyum di wajahnya semakin lebar. Namun, tidak ada senyuman di matanya.Benar, Zola yang membujuk si bibi untuk menelepon Jesse, tapi ternyata gagal. Dia memberitahu si bibi kalau dia dan Boris sedang berselisih pendapat. Boris juga salah paham padanya karena seorang teman. Jadi Boris mengurungnya di sini dan tidak mengizinkannya keluar. Setelah mendengar perkataan Zola, si bibi pun merasa tidak tega. Karena Zola sedang hamil pula, akhirnya si bibi setuju untuk membantu Zola.Pada awalnya Zola berencana, jika si bibi bisa meyakinkan Jesse, maka si bibi akan pergi ke apartemen untuk belajar memasak. Dengan begitu, si bibi bisa membantunya menghubungi Jeni. Asalkan Jeni tahu kalau Zola ditahan di si
Tyara sudah tiba di lantai bawah hotel. Dia langsung bertanya pada Jesse, “Aku ingin bertemu Boris. Dia lagi sempat, nggak? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya. Ada hubungannya dengan kejadian setahun yang lalu.”Jesse melihat ke arah Boris. Boris sedang menyipitkan matanya. Ekspresi wajahnya tidak terbaca. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Boris hanya menganggukkan kepala. Kemudian, Jesse segera memberikan jawaban kepada Tyara.“Bu Tyara, nanti Pak Boris masih ada rapat. Jadi waktunya mungkin ....”“Aku hanya sebentar saja. Selesai bicara dengannya, aku langsung pergi. Kamu bisa bawa aku bertemu dengannya? Tolong, oke?”Tyara takut Jesse menolak. Jadi dia segera memohon. Jesse bersikap seolah merasa serba salah.“Bu Tyara, saya tahu posisi Bu Tyara di hati Pak Boris. Jadi saya buat pengecualian untuk Bu Tyara. Tapi nanti jangan bilang kalau saya yang izinkan. Bagaimanapun juga, sekarang saat-saat yang riskan. Kalau sampai ada yang ambil foto, nanti akan muncul berita yang
“Mau bicara apa? Katakan saja,” kata Boris.Tyara duduk di sofa kosong di seberang Boris. Kemudian, dia berkata dengan suara pelan, “Boris, kamu benar-benar bertengkar dengan Zola? Apa karena Mahendra? Kamu salah paham, ya? Sebenarnya mereka nggak ada hubungan apa-apa. Apalagi sekarang Zola lagi hamil. Kamu jangan terlalu marah.”Boris tidak bicara. Dia hanya melirik Tyara sebentar. Tatapan matanya seolah sedang bertanya pada Tyara, apakah Tyara datang hanya untuk membicarakan hal ini?Tyara takut ketika melihat tatapan Boris. Dia segera mengalihkan topik pembicaraan. “Boris, kamu nggak ingin bertemu denganku, ya?”“Kamu bela-belain datang ke sini hanya untuk tanyakan pertanyaan ini padaku?”“Bukan, aku ....”“Sebentar lagi aku ada rapat. Jadi ada apa langsung katakan saja.”Boris tidak sabaran, bahkan seperti ada rasa muak di tatapan matanya. Tyara menggigit bibirnya dan berpikir sejenak. Kemudian, dia berkata, “Boris, kalau kamu sedang terburu-buru, kamu bisa kerja dulu. Aku akan tun
Saat Tyara kembali setelah membuka pintu, Boris telah menutup telepon dan duduk di sofa tanpa bergerak. Air minum yang dia letakkan di atas meja juga sudah habis. Tyara spontan tersenyum ketika melihat gelas kosong di atas meja.Tyara duduk kembali di tempat semula. Kemudian, dia berkata kepada Boris, “Pelayan hotel, katanya mau mengingatkan kamu untuk makan malam. Boris, sampai sekarang kamu belum makan?”Boris mengerutkan alisnya. “Beberapa hari ini banyak urusan, jadi sering lupa makan.”“Nggak bisa begitu. Gimana kalau kau pesankan makanan untukmu?”“Nggak perlu, aku akan pesan sendiri. Kamu duduk dulu sebentar,” ujar Boris dengan lembut.Tyara segera menganggukkan kepala. Boris berjalan ke depan jendela sambil membawa ponselnya. Sedangkan Tyara yang duduk di sofa selalu memperhatikan Boris. Tatapannya tidak pernah lepas dari Boris barang sedetik pun. Agar tidak terlihat begitu disengaja, Tyara pun mengambil gelas air di depannya dan meminumnya.Sepuluh menit kemudian, Boris baru s
Boris menatap Sandra dengan wajah tanpa ekspresi. “Kompetisinya belum di mulai, kan? Kamu sangat peduli padanya?”Sandra mengerutkan kening. “Boris, aku perempuan, nggak suka sama perempuan.”Boris hanya mendengus sinis, seolah sedang berkata pada Sandra kalau di matanya pria atau perempuan sama saja.Sandra benar-benar tak berdaya. Tiba-tiba dia merasa tidak ingin mengatakan apa pun lagi. Sepertinya Boris sudah terlalu terobsesi.Untung saja, Boris juga tidak mengatakan apa-apa lagi. keduanya hanya mengobrol tentang peraturan babak kedua. Kali ini banyak peraturan baru yang ditambahkan, salah satunya sangat mengejutkan Sandra.Siapa pun yang diduga melakukan plagiarisme, konsekuensinya bukan hanya harus mengundurkan diri dari kompetisi, tapi juga harus memberikan kompensasi kepada penyelenggara serta desainer yang karyanya diplagiat, bahkan harus keluar dari dunia desain.Itu sama saja dengan memberitahu semua desainer yang ikut kompetisi. Jika mereka ingin melakukan plagiarisme, lebi
Boris memasang raut wajah dingin, sekali lagi mempertegas pendiriannya. Zola hanya tertawa tak berdaya.“Kenapa nggak bisa dibandingkan? Bukannya ini hal yang sama? Atau ada sesuatu di antara kamu dan Tyara yang bisa kamu beritahukan padaku?”“Zola!” Boris berkata dengan tegas, “Semakin kamu bersikap seperti ini, artinya kamu memang masih mencintai mantan pacarmu itu, kan?”“Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintai Tyara?”Zola meniru nada bicara dan sikap Boris, lalu terus mendesak pria itu. Boris tertawa sinis. “Aku sudah beritahu kamu. Aku nggak punya perasaan seperti itu pada Tyara.”“Kalau nggak ada, kenapa kalian bermalam bareng di hotel?” tanya Zola dengan suara pelan.Sejauh ini, Zola hanya tahu kalau “Tyara” keluar dari hotel bersama Boris. Dia tidak tahu kalau perempuan itu bukanlah Tyara. Dia juga tidak tahu kalau Tyara sudah mengklarifikasi dia tidak bermalam dengan Boris di hotel. Oleh karena itu, dia hanya tahu Tyara dan Boris menghabiskan satu malam bersama d
Zola mengerutkan kening dan menatap pria di depannya. Boris jelas begitu dekat, tapi Zola merasa pria itu sangat jauh darinya. Zola memasang wajah tenang, karena dia tidak tahu apa yang terjadi di luar.Oleh karena itu, dia sedikit meragukan kata-kata Boris. Akan tetapi, sikap dan ekspresi yang Boris tunjukkan seolah sedang memberitahu Zola, kalau masalah benar-benar seperti itu.Sikap diam Zola membuat Boris tertawa pelan. “Kamu khawatir sesuatu akan terjadi padanya?”Zola tidak bicara. Boris berkata dengan nada mengejek, “Orang seperti Mahendra nggak akan mati begitu saja. Bagaimanapun juga, dia orang yang bisa lakukan apa saja untuk melarikan diri. Dia pasti berusaha keras untuk memastikan keselamatannya sendiri.”Bibir tipis Boris mengatup rapat. Sorot matanya menjadi begitu dalam, bagai sebuah lubang tak berdasar. Senyum mengejek merekah di bibirnya. Tidak ada kehangatan di ekspresi wajahnya.Wajah Zola penuh dengan kebingungan. Karena sikap ketus Boris membuatnya tidak bisa menah
Zola menatapnya dengan bingung. “Kenapa diam saja? Ayo ngomong. Kalau kamu memang ingin bersama Tyara, ngomong langsung saja sama aku. Aku nggak akan paksa orang lain, juga nggak akan menyulitkan siapa pun. Jadi bisa nggak kamu nggak usah perlakukan aku dengan cara seperti ini?”Boris tetap diam saja. Ini membuat Zola sangat gusar. Dia mengerutkan bibirnya dan menundukkan kepala. Kemudian, dia bertanya, “Apakah kamu marah karena aku sembunyikan soal Mahendra?”Lagi-lagi Boris tetap bungkam. Kali ini, Zola menganggapnya sebagai jawaban positif dari pertanyaannya barusan. Zola menghela napas dalam hati dan berusaha menenangkan diri.“Kalau memang karena itu, aku bisa jelaskan. Aku akui, aku memang tahu lebih dulu. Aku juga akui aku pernah ragu, aku pernah bimbang. Tapi hati nurani buat aku sadar kalau ini bukan perkara sepele. Bukan hanya dengan sebuah kebohongan bisa membuat segalanya seolah-olah nggak pernah terjadi.”“Jadi aku nggak pernah berpikir untuk nggak beritahu kamu. Aku juga
Boris membuka matanya dan memandang ke luar jendela. Di luar sudah gelap gulita. Dia menyipitkan mata, lalu berkata, “Bukan aku yang tentukan dia bisa hidup atau nggak, tapi apa yang dia rencanakan.”Jesse memacu mobil menuju tempat kejadian. Tim penyelamat sudah berkumpul dan melakukan pencarian.Begitu melihat Boris datang, Jodi segera menghampirinya dan menjelaskan situasi secara singkat.“Sekarang sudah malam, jadi pencarian agak sulit untuk dilakukan. Tapi bagaimanapun juga, ini sudah menyangkut nyawa orang. Pencarian tetap harus dilakukan. Kalau soal masih hidup atau nggak, masih belum tahu,” jelas Jodi.Boris menatap Jodi dengan wajah tanpa ekspresi. Kemudian, dia tertawa pelan. “Seharusnya kamu bilang belum tahu apakah orangnya bisa ditemukan atau nggak.”Jodi tidak mengerti maksud perkataan Boris. Namun, Boris sudah berbalik dan masuk ke dalam mobilnya tanpa memberi Jodi kesempatan untuk bertanya. Setelah duduk di dalam mobil, Boris menyuruh Jesse untuk menjalankan mobil. Urus
Kata-kata Boris membuat emosi Mahendra seketika meledak. Meskipun dia sedang terbaring di tanah, dia tetap berteriak keras, “Boris, kamu dan seluruh keluarga Morrison akan dapat ganjarannya. Kamu kira kamu sudah menang? Persetan, kamu belum menang, Boris. Ini baru permulaan. Kalian pasti akan bayar harga mahal!”Kutukan Mahendra membuat Boris tiba-tiba mengerutkan alis. Samar-samar dia merasakan sedikit perasaan gelisah ketika mendengar kata-kata itu. Boris sendiri tidak tahu dari mana datangnya rasa gelisah itu.Ekspresi di wajah Boris semakin dingin. Dia menyipitkan matanya dan bertanya, “Apa maksudmu?”Mahendra tidak bicara, hanya tertawa. Suara tawanya membuat emosi Boris perlahan-lahan berubah. Namun, Boris segera kembali tenang. Mungkin saja Mahendra mengatakannya hanya untuk membuatnya bingung.Boris menatap Mahendra dengan wajah tanpa ekspresi. Sesaat kemudian, polisi datang. Begitu melihat mobil polisi datang, Jesse langsung berjalan mendekat ke Boris dan berkata, “Pak Boris,
Senyum licik merekah di wajah Mahendra. “Boris, kamu tahu kenapa dia nggak langsung beritahu kamu saat Zola tahu dia hamil? Kamu nggak pernah pikirkan kenapa dia nggak beritahu kamu? Kamu sangat yakin anak di perutnya adalah anakmu, bukan anak orang lain? Kami selalu habiskan waktu bersama setiap hari. Lama-kelamaan akan tumbuh perasaan juga. Kamu nggak mungkin nggak mengerti, kan?”“Lagi pula, kenapa dia nggak lakukan apa pun setelah tahu aku yang jebak kamu dan Morrison Group? Dia juga nggak pernah berpikir mau beritahu kamu. Kamu nggak pernah pikirkan apa alasannya? Kalau dia benar-benar nggak peduli padaku sama sekali, dia bisa saja langsung ceritakan semuanya padamu begitu dia tahu. Jadi kenapa harus tunggu sampai kamu tahu?”Boris tidak bergerak juga tidak memberikan reaksi apa pun. Wajahnya sangat muram. Sorot matanya gelap, seolah-olah tertutup lapisan tinta hitam yang tebal. Ekspresi itu membuat Mahendra sangat puas. Dia mengucapkan kata-kata yang semakin keterlaluan, semakin
Permusuhan di antara keduanya benar-benar telah pecah. Tentu saja, Mahendra tidak akan membiarkan Boris pergi begitu saja.Mahendra tertawa sinis dan berkata dengan nada mengejek, “Memangnya kenapa kalau aku andalkan perempuan? Mereka juga melakukannya dengan sukarela. Dibandingkan denganmu, kamu lebih kasihan, Boris. Bagaimanapun juga, Zola nggak mencintai kamu. Di hatinya hanya ada mantan pacarnya. Dia nggak ada perasaan sama sekali padamu. Kalau bukan karena kamu yang terus bersikeras nggak mau cerai, kamu kira kalian berdua masih bisa jadi pasangan suami istri sekarang?”Kata-kata Mahendra membuat wajah Boris menjadi dingin. Amarah yang terpancar di matanya terlihat sangat jelas. Meskipun dia tahu Mahendra sengaja membuatnya kesal, Boris tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir ke arah situ. Apakah Zola sendiri yang memberitahu Mahendra?Karena Boris tahu Zola punya mantan pacar. Zola menikah dengannya karena Zola ingin menjauhkan diri sepenuhnya dari mantan pacarnya
Tyara mengedipkan matanya pelan, agak linglung dan bingung. Namun, dia tidak tahan karena dimarahi oleh Mahendra seperti itu.Tyara mendengus sinis dan berkata, “Kamu nggak berhak marah aku. Siapa suruh kamu jebak aku? Seharusnya kamu beritahu aku lebih awal apa yang ingin kamu lakukan. Bukan dengan lakukan hal-hal yang merugikan aku tanpa sepengetahuan aku seperti sekarang.”Mahendra tidak ingin bicara omong kosong dengan Tyara. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. “Dari semalam kamu sudah di rumah sakit?” tanya Mahendra.“Iya, dia sudah tahu.”Wajah Mahendra menjadi muram. Jadi apa maksud Boris dengan sengaja membuat keributan seperti itu? Tiba-tiba, Mahendra mengerti sepenuhnya. Boris sedang memaksanya untuk muncul.Ekspresi wajah Mahendra semakin tidak bersahabat. Dia pun menunjuk Tyara dan berkata, “Kamu akan bayar harga atas keputusanmu hari ini. Kamu kira kalau Boris tangkap aku, dia akan lepaskan kamu? Kamu salah, Tyara. Karena dia tahu kamu ingin jebak dia pakai obat, dia pasti sud