Share

Bab 4

Jawaban Zola membuat Boris seketika bungkam. Namun, mata pria yang dalam dan diselimuti rasa tidak senang itu terus menatapnya. Zola tidak ingin menghadapi Boris lagi. Oleh karena itu, dia melangkahkan kakinya naik ke lantai atas. Akan tetapi, saat dia melewati Boris, tangan Zola dicekal dengan erat.

“Zola, kamu lagi atur-atur aku?” tanya pria itu dengan suara serak.

“Aku hanya berharap kamu bisa bersikap adil.”

“Demi dia, kamu jadi berlidah tajam begini? Biasanya kamu selalu bersikap lembut, penurut dan pengertian terhadap aku. Jadi semua itu hanya dibuat-buat?”

Zola mengerahkan tenaga untuk menarik tangannya. Namun, Boris begitu kuat, Zola sama sekali tidak berdaya untuk melawannya.

Melihat Zola yang terus meronta, Boris pun langsung menarik perempuan itu dengan kuat ke dalam pelukannya. Napas pria yang menyejukkan menerpa wajah Zola, membuat Zola spontan tidak berani bergerak lagi.

“Zola, jawab pertanyaanku, oke? Demi dia?” tanya Boris lagi.

Zola mengerutkan bibirnya. Mereka terlalu dekat, ditambah lagi postur mereka saat ini sangat ambigu. Itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Namun, diam saja bukan solusinya. Pria itu tidak akan menyerah sebelum mencapai tujuannya.

Oleh karena itu, Zola hanya bisa menjawab dengan suara pelan, “Bukan, nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan dia hanya berteman.”

“Benar-benar hanya sebatas teman?”

“Kalau kamu nggak percaya, kenapa masih tanya padaku?”

“Zola, Mahendra dan kamu bukan orang dari dunia yang sama. Jadi kamu harus jaga jarak dengannya, oke?” Boris mengungkapkan pandangannya dari sudut pandang seorang pria.

Namun, Zola justru merasa kesal. Dia tersenyum sinis dan berkata, “Kita sebentar lagi akan bercerai. Kamu bisa suruh aku jaga jarak dengannya sekarang. Tapi setelah kita cerai, itu urusanku sendiri. Nggak peduli aku berteman dengan siapa, mau berhubungan dengan siapa, itu nggak ada hubungannya denganmu lagi. Kamu tahu itu ....”

“Uhk ....”

Setelah melihat bibir merah muda Zola yang terus komat-kamit berbicara tanpa henti, Boris hanya ingin segera menutup bibir yang sangat mengganggu itu. Oleh karena itu, tanpa berpikir dia langsung membungkuk dan menutup bibir itu dengan bibirnya.

Mata Zola seketika melebar. Seluruh tubuhnya menjadi kaku, dia bisa merasakan dengan jelas bibir tipis pria itu menempel di bibirnya. Selama setahun pernikahan mereka, tak terhitung lagi berapa kali mereka telah melakukan hubungan intim. Akan tetapi, mereka tidak pernah berciuman seperti ini.

Hal ini terasa begitu asing bagi Zola, membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Dia segera mengangkat tangannya untuk mendorong Boris menjauh darinya. Namun, dia tidak tahu kalau dalam situasi seperti itu, tindakannya hanya akan membangkitkan hasrat pria itu.

Boris terus mencium Zola dengan agresif. Napas hangat keduanya terjalin satu sama lain. Sikap Boris yang kuat dan mendominasi membuat mata Zola basah. Selain itu, dia juga kehilangan kekuatannya karena dicium dengan semena-mena sehingga dia hanya bisa membiarkan tubuhnya bersandar di dalam pelukan Boris.

Tepat ketika ciuman itu berangsur-angsur menjadi kian tak terkendali, ponsel di saku Boris tiba-tiba berdering. Pada detik itu juga, Boris berhenti. Dia melepaskan tautan bibirnya, napas berat seperti sedang menahan sesuatu. Dia menempelkan keningnya di kening Zola, matanya yang dalam menatap langsung mata Zola. Sampai suara dering ponsel hampir berakhir, Boris baru mengeluarkan ponselnya dari saku lalu mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

“Halo.”

“Boris, aku takut ....”

Jarak mereka begitu dekat. Zola bisa mendengar suara perempuan yang lemah lembut dengan jelas. Saat itu juga dia menyadari apa yang baru saja Boris lakukan padanya. Dia telah menandatangani surat cerai, tidak lama lagi mereka akan bercerai. Bagaimana Boris bisa melakukan hal seperti itu?

Raut wajah Zola menjadi dingin. Saat pria itu sedang menelepon, dia pun mengambil kesempatan untuk mendorong pria itu menjauh. Kemudian, dia langsung berlari ke lantai atas. Boris menyadari wajah Zola yang sedikit memucat. Dia menatap punggung ramping yang semakin menjauh itu dengan sorot mata gelap. Wajahnya juga tampak sangat tegang.

Boris mengernyitkan kening dan berkata dengan tenang, “Ada apa, Ra? Perawat nggak temani kamu?”

“Boris, aku takut. Aku merasa seperti ada orang yang mondar-mandir di luar. Jangan-jangan ada yang mau lukai aku lagi? Kamu bisa datang ke sini dan temani aku, nggak?”

Boris diam seribu bahasa. Tyara menjadi panik, “Boris, sepertinya aku tiba-tiba ingat kejadian malam itu. Sepertinya aku ingat penampilan pria itu ....”
Komen (2)
goodnovel comment avatar
PNsalsyabila
Yaah pasti perempuan korban nih
goodnovel comment avatar
Rhizna Wati Sikang
iiihh ganggu banget sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status