Setelah semua kehebohan yang terjadi, baik dari media, kerumunan orang, atau pun polisi yang langsung menjemputnya, semuanya adalah pengalaman pertama bagi Zola. Untuk seorang perempuan, pasti ini adalah hal yang menakutkan.Zola menggeleng dan berkata, “Nggak apa-apa. dibandingkan kalau aku ada di kantor atau turun sendiri, mungkin pergi bersama mereka lebih aman.Suaranya terdengar tenang tanpa ada emosi yang tersirat, tetapi mata Boris menatapnya dengan intens, seolah dalam sedetik lagi dia akan meledak. Wajahnya yang tampan pun mengeras dengan dingin sambil berkata, "Sekarang semuanya sudah beres. Mari kita pulang."Zola tidak langsung menjawab. Dia menatapnya dengan lembut, bibirnya sedikit terkatup. “Boris, aku sungguh baik-baik saja, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkanku.”Dia bisa merasakan rasa bersalah dan kegelisahan dalam diri Boris. Dalam situasi seperti ini, dia sebenarnya tidak ingin Boris kehilangan fokus. Dia seharusnya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menyelid
“Bukan aku yang membantunya, tapi menurutmu apakah Zola akan membiarkan ini begitu saja?" tanya Boris dengan dingin.Tyara terdiam dan bertanya, “Boris, kamu akan membantuku, ‘kan?”"Tyara, menurutmu bagaimana aku bisa membantumu? Karena perbuatanmu, Kakek sudah sangat nggak senang denganku. Kalau aku membantumu lagi, apakah aku masih akan memiliki suara di keluarga Morrison dan Morrison Group setelah ini?"Dia berbicara dengan nada baik-baik seolah-olah menjelaskan kepada Tyara bahwa penghentian semua pekerjaan dan konsernya adalah kehendak Kakek. Apa yang bisa dia lakukan? Tentu saja, dia hanya bisa mematuhi tanpa berani membantah.Tyara tidak bisa berkata apa-apa lagi karena Kakek sangat penting bagi Boris. Dia tidak mungkin membantah keinginan kakeknya. Akhirnya, Tyara hanya bisa menahan kekecewaannya dan mengiyakan usulan Boris.Setelah berpikir lama, dia berkata dengan suara rendah, “Baiklah, aku akan mengikuti saranmu. Aku akan meminta maaf pada Zola.”Boris menjelaskan bahwa ji
Zola sama sekali tidak peduli bahwa panggilan telepon masih terhubung. Wajahnya tetap datar dan tenang saat dia menatap Boris tanpa ada sedikit pun perubahan emosi.Mata mereka saling bertemu, dan Boris bertanya dengan suara rendah, "Kamu nggak mau memaafkannya, jadi kamu ingin menuntut pertanggungjawabannya?"“Boris ….” Tyara yang mendengar ini langsung panik, bahkan lebih panik daripada ketika Zola mengatakan akan menggugatnya. Namun, sebelum dia sempat berbicara, Zola sudah memotongnya.“Benar, aku nggak ingin memaafkannya. Kalau setiap kesalahan bisa diselesaikan dengan permintaan maaf, lalu untuk apa ada polisi dan hukum?" kata Zola dengan tenang.Namun pandangannya tidak pernah lepas dari Boris. Dia memerhatikan lelaki itu dengan saksama dan tidak ingin melewatkan ekspresi atau perubahan sedikit pun di wajahnya.Sepertinya Boris tahu apa yang ada di pikirannya, bukan?Boris membiarkan dirinya ditatap oleh Zola. Dengan suara tetap tenang dia berkata, "Apa yang harus dilakukan agar
"Telingaku sampai bisa mendengar suara tamparan, pasti sakit sekali. Sungguh konyol sekali.”"Tyara selalu mengaku sebagai dewi polos, tapi ucapannya yang katanya untuk menasihati pasangan itu jelas-jelas sengaja bikin keributan!" "Kali ini aku dukung Zola. Benar-benar jangan terlalu sombong." Tyara melihat akun sosial medianya yang dihujani komentar, penggemarnya tidak berani bersuara karena komentar orang-orang lainnya. Melihat satu demi satu komentar yang merendahkan dirinya, Tyara hampir frustasi. Dia membanting ponselnya sambil berteriak, "Zola ini benar-benar ingin menghancurkan aku, ya?"Manajernya, Kak Lily juga ikut memasang raut serius dan berkata, “Tyara, sudah kubilang jangan sembarangan bicara. Sekarang harus bagaimana?”Bagaimana? Kita lihat saja nanti. Tyara tidak akan membiarkan Zola terlalu lama merasa bangga. Karena surat permintaan maaf dan kompensasi yang harus diberikan, Tyara akhirnya menjadi bahan tertawaan. Boris berniat memberinya pelajaran, jadi dia tidak me
Boris bertanya, “Kenapa keluarga korban ingin segera menguburkan para korban? Menurutmu apa alasannya?”Jesse tertegun sejenak. Setelah berpikir dengan serius, lelaki itu menjawab, "Kalau mereka hanya ingin korban tenang, kenapa nggak bersikeras sejak awal?""Iya, sekarang situasinya makin rumit dan mereka malah makin mendesak," kata Boris sambil menyipitkan mata.Tatapannya dingin dan datar. Dia berkata, "Bilang dengan pihak kepolisian bahwa saya ingin mengajukan permohonan autopsi. Morrison Group memiliki keraguan terhadap kasus ini, dan beberapa hal hanya bisa dijawab melalui pemeriksaan forensik."Jika tidak ada masalah, dia bersedia bekerja sama dengan keluarga korban, karena korban yang sudah meninggal dan harus dihormati. Namun, jika ada hal-hal yang mencurigakan, maka dia tidak bisa mengikuti permintaan mereka begitu saja.Jesse segera menghubungi pihak kepolisian, lalu kepolisian pun memberi tahu keluarga korban. Mendengar pemberitahuan ini, keluarga korban merasa sangat tidak
Setelah Jesse melapor ke polisi, mereka segera tiba di lokasi. Situasi sempat tegang, tetapi polisi menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan para keluarga korban itu melanggar hukum. Jika tidak bekerja sama maka akan ditahan. Akhirnya, kerumunan itu pun perlahan-lahan bubar dengan tidak rela dan juga takut.Meskipun orang-orang telah membubarkan diri, masalah ini justru makin panas di internet. Zola tentu saja sudah mengetahuinya. Karena kejadian kemarin, dia tidak pergi ke kantor dan sementara bekerja dari apartemen neneknya.Dia dan Jeni duduk di sofa sambil membaca berbagai komentar di internet. Ada satu komentar dengan jumlah suka yang tidak terlalu banyak, tetapi menarik perhatian Zola. Dengan kening berkerut, perempuan itu berkata,“Kamu bilang keluarga korban nggak mau kompensasi tapi juga menolak autopsi, tapi terus menuntut keadilan. Bukankah itu sedikit bertentangan?”“Memang aneh, tapi Boris seharusnya juga memikirkan poin ini, ‘kan?”Zola tidak menjawab, tetapi ekspresinya
“Pak … Pak Boris, kamu nggak akan menyangkal bahwa adikku yang mengalami kecelakaan di proyek konstruksi Morrison Group, ‘kan?”“Sekarang dia sudah tiada, kami juga nggak membutuhkan kompensasi. Kami hanya ingin Anda mengakui bahwa kecelakaan ini memang disebabkan oleh kelalaian dari pihak perusahaan. Kalau begitu, urusan kita bisa dianggap selesai."Boris menatapnya dan menjawab, "Kecelakaan ini belum jelas penyebabnya, tetapi kamu sudah ingin Morrison Group mengakuinya? Setahu saya, kondisi keuangan keluargamu nggak begitu baik, apalagi dengan anak yang perlu dinafkahi. Kamu yakin nggak ingin kompensasi?"“Kami ingin orangnya, bukan uang. Bisakah kamu mengembalikan nyawa keluargaku? Kami memang miskin, tapi kami nggak akan menjual anggota keluarga kami,” ujar istri korban berbicara dengan sangat emosional.Boris menatap dengan dingin dan berkata, “Jadi kalian sudah yakin bahwa ini kecelakaan saja dan bukan ulah manusia?”“Tentu saja kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi karena material
Jesse merangkum apa yang terjadi di internet dengan menyebut “Para tokoh sukses dari berbagai industri” meskipun sebenarnya yang terjadi lebih besar daripada itu.Dia menyerahkan tangkapan layar yang dikirimkan dari departemen humas kepada Boris. Totalnya ada puluhan akun resmi yang mengunggah pernyataan dukungan.Di antara perusahaan dan tokoh sukses tersebut, tidak semuanya memiliki hubungan kerjasama dengan Morrison Group, bahkan beberapa tidak pernah berhubungan sama sekali, termasuk beberapa yang berasal di luar negeri, yang jelas-jelas tidak ada kaitannya.Melihat kejadian ini, Boris tenggelam dalam pikirannya. Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang mengendalikan ini semua? Lelaki itu termenung cukup lama, tetapi tidak dapat memikirkan siapa yang mungkin terlibat dalam hal ini.Dia menatap Jesse dengan serius dan bertanya, “Apakah kamu tahu siapa yang melakukannya?”“Nggak tahu, saya sudah cek satu per satu perusahaan dan tokoh yang mengeluarkan pernyataan dukungan. Tidak ada ke