Mata Jeni spontan melebar, lalu dia terdiam. Melihat Jeni yang diam saja, Zola tersenyum dan berkata, “Kalau bukan aku orang yang terlibat dalam masalah ini, aku juga akan spontan memikirkan rumor ini. Bagaimanapun juga, orang-orang suka bergosip. Imajinasi mereka nggak terbatas. Jadi nggak akan ada orang yang nggak akan goyah selamanya.”“Zola, jangan pikir yang macam-macam. Jangan pedulikan apa pun yang orang lain pikirkan. Aku kenal kamu. Aku tahu kamu bukan orang seperti itu. Kalau kamu ingin dapatkan Morrison Group, kamu punya banyak cara. Nggak perlu sampai kotori namamu sendiri.”Jeni memberi perintah kepada Zola dengan tegas. Dia juga menyuruh Zola untuk menepis jauh-jauh pikiran itu. Zola hanya tersenyum tipis dan tidak memberikan tanggapan lain. Seandainya Boris benar-benar percaya dengan rumor, apa yang harus Zola lakukan?Zola tidak bisa apa-apa. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa mengendalikan pikiran dan hati orang lain. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Biarkan saja semua b
Ekspresi Mahendra sedikit berubah, tapi pada akhirnya dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya menatap Jeni sebentar, lalu pergi.Sikap Mahendra membuat Caca tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Bu Jeni, Pak Mahendra suka sama Bu Zola, ya?”“Kenapa kamu tanya seperti itu?” Jeni pura-pura tidak tahu apa-apa.“Karena dia sangat baik pada Bu Zola. Dia selalu peduli dengan semua urusan yang berkaitan dengan Bu Zola. Tapi ....”“Tapi apa?”Caca terlihat ragu-ragu untuk bicara. Jeni pun berkata, “Tapi kebaikannya buat orang merasa tertekan?”Caca tidak bicara lagi. Namun, ekspresinya seolah bertanya mengapa Jeni bisa tahu. Jeni juga tidak berkata apa-apa lagi. Ternyata bukan hanya dia saja yang merasakan hal ini. Lantas, apa artinya?Artinya bukan Jeni yang salah, melainkan rasa suka Mahendra terhadap Zola yang salah. Jadi ini juga alasan mengapa dia tidak menyukai Mahendra, tidak mau bersikap baik pada pria itu.Namun, semua itu tidak penting. Sekarang Zola sudah menikah d
Pak Jodi berkata, “Sedang buat laporan. Kalau Pak Boris khawatir, saya bawa Anda ke ruang pengawas untuk melihat.”Karena orang itu adalah Boris, sehingga pihak polisi mengizinkannya karena hubungan mereka terjalin baik. Dan yang paling penting adalah Hartono dan Dimas memiliki banyak teman yang bekerja di kantor polisi. Oleh karena itu, Boris mengetahui prosedur dan peraturan di sana.Sedangkan Jodi adalah murid yang dibiayai oleh keluarga Morrison. Lelaki itu sudah bekerja cukup lama di sana. Dia bersikap cukup santun tanpa melupakan tugas dan kewajibannya.Jodi membawa lelaki itu ke ruang pengawas dan bisa melihat Zola tengah duduk di sebuah ruangan. Di depannya ada dua orang polisi perempuan yang tengah menginterogasi hubungannya dengan Boris. Dia juga bertanya pendapat Zola pada keluarga Morrison serta berbagai hal yang berhubungan dengan masalah ini.Boris menatapnya duduk di kursi dengan tenang. Bahkan jauh lebih tenang dari yang dibayangkan. Jika bukan karena saat ini ada di ka
Orang itu adalah Yandi. Lelaki itu mengenakan setelan jas hitam dan mengenakan kacamata bingkai emas. Dia terlihat lembut, elegan dan sopan. Yandi menganggukkan kepalanya pada Boris sebagai bentuk salam dan bertanya, “Bagaimana situasinya sekarang?”Boris berkata, “Pihak kepolisian memutuskan menahan Zola karena tekanan dari media dan berbagai pihak. Karena opini publik di media membuat polisi menganggap Zola sebagai tersangka utama.”Yandi mengangguk tanda mengerti. Dia langsung meminta untuk bertemu dengan pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini. Boris melayangkan lirikan pada Jesse yang segera pergi mencari Jodi dan atasannya.Yandi berkata, “Saya adalah pengacaranya Zola. Saya ingin tahu kenapa klien saya harus ditahan. Saat ini, nggak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa klien saya terlibat dalam kejadian ini.”Jawaban dari pihak kepolisian tidak beda jauh dengan apa yang diberi tahu oleh Boris. Yandi menunjukkan beberapa tangkapan layar dari internet yang memperlihatkan
Setelah semua kehebohan yang terjadi, baik dari media, kerumunan orang, atau pun polisi yang langsung menjemputnya, semuanya adalah pengalaman pertama bagi Zola. Untuk seorang perempuan, pasti ini adalah hal yang menakutkan.Zola menggeleng dan berkata, “Nggak apa-apa. dibandingkan kalau aku ada di kantor atau turun sendiri, mungkin pergi bersama mereka lebih aman.Suaranya terdengar tenang tanpa ada emosi yang tersirat, tetapi mata Boris menatapnya dengan intens, seolah dalam sedetik lagi dia akan meledak. Wajahnya yang tampan pun mengeras dengan dingin sambil berkata, "Sekarang semuanya sudah beres. Mari kita pulang."Zola tidak langsung menjawab. Dia menatapnya dengan lembut, bibirnya sedikit terkatup. “Boris, aku sungguh baik-baik saja, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkanku.”Dia bisa merasakan rasa bersalah dan kegelisahan dalam diri Boris. Dalam situasi seperti ini, dia sebenarnya tidak ingin Boris kehilangan fokus. Dia seharusnya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menyelid
“Bukan aku yang membantunya, tapi menurutmu apakah Zola akan membiarkan ini begitu saja?" tanya Boris dengan dingin.Tyara terdiam dan bertanya, “Boris, kamu akan membantuku, ‘kan?”"Tyara, menurutmu bagaimana aku bisa membantumu? Karena perbuatanmu, Kakek sudah sangat nggak senang denganku. Kalau aku membantumu lagi, apakah aku masih akan memiliki suara di keluarga Morrison dan Morrison Group setelah ini?"Dia berbicara dengan nada baik-baik seolah-olah menjelaskan kepada Tyara bahwa penghentian semua pekerjaan dan konsernya adalah kehendak Kakek. Apa yang bisa dia lakukan? Tentu saja, dia hanya bisa mematuhi tanpa berani membantah.Tyara tidak bisa berkata apa-apa lagi karena Kakek sangat penting bagi Boris. Dia tidak mungkin membantah keinginan kakeknya. Akhirnya, Tyara hanya bisa menahan kekecewaannya dan mengiyakan usulan Boris.Setelah berpikir lama, dia berkata dengan suara rendah, “Baiklah, aku akan mengikuti saranmu. Aku akan meminta maaf pada Zola.”Boris menjelaskan bahwa ji
Zola sama sekali tidak peduli bahwa panggilan telepon masih terhubung. Wajahnya tetap datar dan tenang saat dia menatap Boris tanpa ada sedikit pun perubahan emosi.Mata mereka saling bertemu, dan Boris bertanya dengan suara rendah, "Kamu nggak mau memaafkannya, jadi kamu ingin menuntut pertanggungjawabannya?"“Boris ….” Tyara yang mendengar ini langsung panik, bahkan lebih panik daripada ketika Zola mengatakan akan menggugatnya. Namun, sebelum dia sempat berbicara, Zola sudah memotongnya.“Benar, aku nggak ingin memaafkannya. Kalau setiap kesalahan bisa diselesaikan dengan permintaan maaf, lalu untuk apa ada polisi dan hukum?" kata Zola dengan tenang.Namun pandangannya tidak pernah lepas dari Boris. Dia memerhatikan lelaki itu dengan saksama dan tidak ingin melewatkan ekspresi atau perubahan sedikit pun di wajahnya.Sepertinya Boris tahu apa yang ada di pikirannya, bukan?Boris membiarkan dirinya ditatap oleh Zola. Dengan suara tetap tenang dia berkata, "Apa yang harus dilakukan agar
"Telingaku sampai bisa mendengar suara tamparan, pasti sakit sekali. Sungguh konyol sekali.”"Tyara selalu mengaku sebagai dewi polos, tapi ucapannya yang katanya untuk menasihati pasangan itu jelas-jelas sengaja bikin keributan!" "Kali ini aku dukung Zola. Benar-benar jangan terlalu sombong." Tyara melihat akun sosial medianya yang dihujani komentar, penggemarnya tidak berani bersuara karena komentar orang-orang lainnya. Melihat satu demi satu komentar yang merendahkan dirinya, Tyara hampir frustasi. Dia membanting ponselnya sambil berteriak, "Zola ini benar-benar ingin menghancurkan aku, ya?"Manajernya, Kak Lily juga ikut memasang raut serius dan berkata, “Tyara, sudah kubilang jangan sembarangan bicara. Sekarang harus bagaimana?”Bagaimana? Kita lihat saja nanti. Tyara tidak akan membiarkan Zola terlalu lama merasa bangga. Karena surat permintaan maaf dan kompensasi yang harus diberikan, Tyara akhirnya menjadi bahan tertawaan. Boris berniat memberinya pelajaran, jadi dia tidak me