Setelah menurunkan Wanto, Boris menyuruh Jesse mengambil jalan memutar. Dia bisa melihat banyak orang berkerumunan di depan pintu masuk dan sekitarnya. Ada wartawan, juga ada yang hanya ingin melihat keramaian.Boris melihat keluar dengan wajah acuh tak acuh melalui jendela mobilnya. Mungkinkah di antara orang-orang tersebut, ada yang terlibat dalam masalah ini?Boris menyipitkan matanya dan menarik kembali pandangannya. “Ke perusahaan Zola,” perintah Boris kepada Jesse.“Baik.”Jesse memutar balik dan melaju ke arah perusahaan Zola. Setelah sampai di sana, Boris langsung menelepon Zola. Saat ini Zola sedang menggambar draft sketsa, jadi dia mengangkat telepon dengan cepat.“Boris?”“Turun ke bawah. Aku lagi tunggu kamu di bawah.”“Kamu sudah sampai?” Zola mengernyitkan kening karena terkejut.Boris menjawab dengan suara serak, “Iya.”Zola segera memberitahu Jeni, lalu dia mengambil ponsel dan tasnya. Setelah itu, dia bergegas turun ke bawah. Zola tidak tahu mengapa Boris datang ke per
Pupil mata Zola menyusut. “Aku nggak pernah beritahu orang lain.”Masalahnya, Zola sama sekali tidak pernah memikirkan masalah CCTV tersebut. Wajahnya seketika menjadi serius. Ada kegelisahan di sorot matanya.“Boris, kamu curiga ada yang curi back-end CCTV dari aku?” tanya Zola.“Bukan curiga, sudah pasti.” Boris berkata dengan serta-merta, lalu dia menganalisis dengan sabar, “Kamu tahu lokasi CCTV, tapi kamu nggak peduli. Karena kamu nggak mengira akan terjadi hal seperti ini di masa depan. Tapi selain kamu, orang lain mungkin juga tahu. Hanya saja, itu nggak berarti bocor dari kamu. Bisa saja bocor langsung dari mulut orang yang pasang CCTV di lokasi konstruksi.”Zola berusaha mengingat kembali. Dia sungguh tidak pernah membicarakan CCTV tersebut kepada siapa pun. Bahkan kepada Jeni pun tidak. Karena Zola biasanya tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Itu sudah menjadi kebiasaan Zola selama ini, juga karena itu prinsipnya di dunia kerja.Zola meng
“Bu Tyara sangat murah hati. Apakah Bu Zola tahu tentang hubungan kalian?”“Tentu saja tahu. Aku juga berharap Boris dan Zola selalu bahagia. Aku akan selalu mendoakan mereka. Tapi kami sempat memiliki beberapa kesalahpahaman sebelumnya. Zola pernah punya rencana untuk bercerai. Tapi setelah semuanya jelas, hubungan mereka baik-baik saja. Aku harap jangan ada yang ganggu mereka.”Kata-kata Tyara langsung membuat para wartawan yang ada di sana menangkap poin terpenting.Salah satu wartawan bertanya, “Maksud Bu Tyara, Bu Zola pernah ingin bercerai?”Tyara tetap tersenyum. “Aku hanya bilang dia pernah punya rencana itu karena kesalahpahaman di antara kami. Tapi aku sudah bujuk dia. Kesalahpahaman juga sudah terselesaikan. Sekarang kami juga berteman. Aku ada urusan lain, jadi aku harus pergi dulu. Setelah semua sudah jelas, aku akan traktir kalian makan.”Tyara cepat-cepat masuk ke dalam mobil ketika para wartawan berhenti bertanya padanya. Setelah dia duduk di dalam mobil, manajer Tyra l
Boris merasakan arti kata takut untuk pertama kalinya. Dia pun segera menghubungi Jeni. Begitu panggilan tersambung, dia langsung bertanya, “Zola mana?”“Di kantor. Itu si Tyara sudah gila, ya? Sekarang semuanya maki-maki Zola. Mereka merasa Zola sengaja menjebak Morrison Group karena dia ingin dapatkan Morrison Group. Ponsel Zola hampir meledak karena dapat telepon terus. Ada banyak wartawan dan orang-orang yang menyebut dirinya relawan menunggu di bawah. Sekarang kita harus gimana?”Jeni terdengar cemas. Dia sungguh ingin mencekik Tyara sampai mati. Sementara itu, Boris sudah menduga akan terjadi hal seperti yang Jeni katakan. Makanya Boris segera menghubungi Zola untuk meminta Zola segera mematikan ponselnya.Setelah mendengar apa yang Jeni katakan, ekspresi Boris menjadi muram. “Kamu coba lihat bisa nggak bawa dia ke tempat parkir bawah tanah dan tunggu aku di sana. Aku akan segera pergi ke sana. Kalau nggak bisa, jangan keluar dari perusahaan. Sebelum aku sampai di sana, tolong ba
Tyara terdiam. Dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya tidak jadi. Karena dia tidak tahu harus berkata apa. Selain itu, Mahendra juga tidak berniat memberinya kesempatan untuk bicara. Pria itu langsung menutup telepon.Mahendra melempar ponselnya ke atas meja, lalu menyipitkan matanya. Wajahnya tertutup oleh lapisan dingin.“Begini juga bagus. Biar Zola sadar siapa yang bisa lindungi dia.” Mahendra melihat orang-orang yang berkumpul di bawah. Dia memanggil sekretarisnya dan bertanya, “Bu Zola mana?”“Ada di kantornya, Pak.”“Dia sendiri?”“Iya, Pak.”Mahendra menganggukkan kepala, lalu berdiri dan pergi ke kantor Zola. Dia mengetuk pintu dan berkata, “Zola, ini aku.”“Ada apa?” tanya Zola.“Kamu nggak apa-apa? Barusan aku hubungi wartawan yang pernah kerja sama dengan perusahaan. Aku minta dia bantu cari tahu hal-hal di internet. Wartawan itu bilang masalah mungkin agak rumit. Kalau terus begini, nggak akan baik untuk kamu. Kamu sudah pertimbangkan soal hal yang
Mata Jeni spontan melebar, lalu dia terdiam. Melihat Jeni yang diam saja, Zola tersenyum dan berkata, “Kalau bukan aku orang yang terlibat dalam masalah ini, aku juga akan spontan memikirkan rumor ini. Bagaimanapun juga, orang-orang suka bergosip. Imajinasi mereka nggak terbatas. Jadi nggak akan ada orang yang nggak akan goyah selamanya.”“Zola, jangan pikir yang macam-macam. Jangan pedulikan apa pun yang orang lain pikirkan. Aku kenal kamu. Aku tahu kamu bukan orang seperti itu. Kalau kamu ingin dapatkan Morrison Group, kamu punya banyak cara. Nggak perlu sampai kotori namamu sendiri.”Jeni memberi perintah kepada Zola dengan tegas. Dia juga menyuruh Zola untuk menepis jauh-jauh pikiran itu. Zola hanya tersenyum tipis dan tidak memberikan tanggapan lain. Seandainya Boris benar-benar percaya dengan rumor, apa yang harus Zola lakukan?Zola tidak bisa apa-apa. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa mengendalikan pikiran dan hati orang lain. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Biarkan saja semua b
Ekspresi Mahendra sedikit berubah, tapi pada akhirnya dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya menatap Jeni sebentar, lalu pergi.Sikap Mahendra membuat Caca tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Bu Jeni, Pak Mahendra suka sama Bu Zola, ya?”“Kenapa kamu tanya seperti itu?” Jeni pura-pura tidak tahu apa-apa.“Karena dia sangat baik pada Bu Zola. Dia selalu peduli dengan semua urusan yang berkaitan dengan Bu Zola. Tapi ....”“Tapi apa?”Caca terlihat ragu-ragu untuk bicara. Jeni pun berkata, “Tapi kebaikannya buat orang merasa tertekan?”Caca tidak bicara lagi. Namun, ekspresinya seolah bertanya mengapa Jeni bisa tahu. Jeni juga tidak berkata apa-apa lagi. Ternyata bukan hanya dia saja yang merasakan hal ini. Lantas, apa artinya?Artinya bukan Jeni yang salah, melainkan rasa suka Mahendra terhadap Zola yang salah. Jadi ini juga alasan mengapa dia tidak menyukai Mahendra, tidak mau bersikap baik pada pria itu.Namun, semua itu tidak penting. Sekarang Zola sudah menikah d
Pak Jodi berkata, “Sedang buat laporan. Kalau Pak Boris khawatir, saya bawa Anda ke ruang pengawas untuk melihat.”Karena orang itu adalah Boris, sehingga pihak polisi mengizinkannya karena hubungan mereka terjalin baik. Dan yang paling penting adalah Hartono dan Dimas memiliki banyak teman yang bekerja di kantor polisi. Oleh karena itu, Boris mengetahui prosedur dan peraturan di sana.Sedangkan Jodi adalah murid yang dibiayai oleh keluarga Morrison. Lelaki itu sudah bekerja cukup lama di sana. Dia bersikap cukup santun tanpa melupakan tugas dan kewajibannya.Jodi membawa lelaki itu ke ruang pengawas dan bisa melihat Zola tengah duduk di sebuah ruangan. Di depannya ada dua orang polisi perempuan yang tengah menginterogasi hubungannya dengan Boris. Dia juga bertanya pendapat Zola pada keluarga Morrison serta berbagai hal yang berhubungan dengan masalah ini.Boris menatapnya duduk di kursi dengan tenang. Bahkan jauh lebih tenang dari yang dibayangkan. Jika bukan karena saat ini ada di ka