Share

Bab 316

Author: Jus Pir
“Boris, memangnya ada yang salah dengan kata-kataku? Kamu sendiri yang bilang. Aku yang terlalu ingin tahu situasi Jeni, makanya aku terus desak kamu. Sekarang kalau dipikir-pikir, aku memang terlalu egois. Semua yang kamu katakan memang benar.”

“Zola, dengarkan sendiri nada bicaramu. Kamu rasa kamu katakan yang sebenarnya? Kamu nggak merasa kamu sangat munafik? Kamu jelas-jelas salahkan aku, tapi kamu terus menyangkal. Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kamu benar-benar katakan isi hatimu?”

“Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Terserah kamu percaya atau nggak.”

Zola mengerutkan bibirnya. Apakah dia marah? Sepertinya tidak. Karena tidak ada yang perlu dimarahi. Jeni sudah ditemukan dalam kondisi baik-baik saja. Jadi apa yang membuat Zola marah?

Namun, kalau harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa, sepertinya Zola tidak semurah hati itu. Kalau diibaratkan, ini seperti tulang ikan yang tertancap di tenggorokan. Tidak bisa ditelan, juga tidak bisa dikeluarkan.

Suasana di antara kedua
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Zuriana Hamzah
akhirnya boris tahu .. lanjut
goodnovel comment avatar
Ahmadfirdaus
akhirnya setelah ratusan bab,baru ketsuan boris klo zola hamil
goodnovel comment avatar
Viena Edelweis
yuk bisa yukkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 317

    Kata-kata dokter membuat Boris spontan tercengang. Waktu seakan berhenti. Sekelilingnya menjadi sunyi senyap. Dia menatap dokter dengan wajah kaku. Sesaat kemudian, dia baru bisa mengeluarkan suara dan bertanya, “Ka-kamu bilang ... dia hamil?”“Pak Boris nggak tahu? Bu Zola sedang hamil hampir empat bulan. Karena bentuk fisiknya jadi nggak terlalu kelihatan.”Dokter juga terlihat tidak percaya. Seketika dia merasa seperti baru saja mengetahui sesuatu yang tidak sepatutnya dia ketahui. Istri hamil, tapi suaminya tidak tahu.Boris hanya memasang wajah muram tanpa berkata apa-apa lagi. Jesse juga menatapnya dengan serius. Kemudian, Jesse mengucapkan terima kasih kepada dokter dengan suara pelan lalu meminta dokter pergi dulu.Boris berdiri mematung di tempat, sama sekali tidak bergerak. Dia terus menatap Zola yang baring di tempat tidur, seolah ingin membaca apa yang ada di dalam pikiran perempuan itu. Zola sudah hamil hampir empat bulan?Boris terus tercengang. Dia bahkan mengira dirinya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 318

    Ekspresi Zola datar, tidak ada emosi di matanya. Terutama ketika dia menyadari kalau dia sedang baring di ranjang rumah sakit. Kedua tangannya di bawah selimut tanpa sadar mengepal erat. Dia menatap wajah Boris, mencoba membaca ekspresi pria itu. Namun, dia menyadari kalau Boris pandai menyembunyikan perasaannya. Jadi, Zola tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran pria itu.Boris membantu Zola duduk dan berkata dengan suara yang masih lembut, “Jesse pergi beli makanan untuk kamu. Sudah lapar, kan?”Zola mengerutkan kening sambil menatap Boris. Setelah saling menatap sejenak, Boris bertanya, “Kenapa kamu tatap aku seperti itu?”Bulu mata Zola sedikit bergetar. Reaksi Boris seolah-olah pria itu tidak tahu apa-apa. Apakah Boris sungguh tidak tahu apa-apa?Zola mengatupkan bibirnya. Kemudian, Boris bertanya lagi, “Zola, ada yang ingin kamu katakan padaku?”Hati Zola seketika mencelos. Samar-samar dia sudah mendapatkan jawabannya. Sepertinya Boris sudah tahu semuanya. Kalau tidak, Boris t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 319

    Usai berkata, Boris langsung menyantap sisa sup dan sedikit nasi langsung dari mangkuk yang baru saja Zola gunakan. Bukankah Boris memiliki misofobia?Zola spontan mengerutkan kening. “Kamu ... apa yang kamu lakukan?”“Kenapa? Aku lapar. Masa nggak boleh makan sedikit untuk ganjal lapar?” balas Boris dengan suara yang seperti sedang mengeluh.Zola tanpa sadar membuang muka dan mengalihkan pandangan dari Boris. Namun, pipinya tiba-tiba terasa panas.Setelah makan, Zola tidur lagi. Boris tidak pernah meninggalkannya. Namun, saat Zola tidur, dia menelepon kakeknya.“Kakek, Zola hamil. Keinginan Kakek terkabul,” kata Boris kepada kakeknya.“Kenapa kamu bisa tahu?” Hartono terdengar sangat terkejut.Boris menyadari sesuatu dari ucapan kakeknya barusan. Dia pun bertanya, “Jadi, sejak awal Kakek sudah tahu?”Hartono mendengus sinis. “Kenapa Zola beritahu aku tapi nggak mau beritahu kamu? Kamu pikirkan saja sendiri. Karena sekarang kamu sudah tahu, kamu harus perlakukan Zola dengan baik. Janga

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 320

    Zola tidak bicara, Boris menganggap itu sebagai jawaban iya. Boris hanya berkata, “Zola, kamu kira di mataku hanya ada anak?”Zola tercengang. Apa yang ingin Boris katakan? Kalau bukan hanya karena anak, lantas ada hal lain? Zola enggan untuk terus berpikir. Dia hanya menatap Boris dalam diam.Sikap Boris pelan-pelan menjadi lembut. Dia berkata dengan suara pelan, “Zola, bisa nggak kita nggak usah cerai? Memangnya kamu nggak mau anak kita punya keluarga yang utuh?”Zola sangat terkejut. Matanya juga dipenuhi keterkejutan. Untuk sesaat, dia kebingungan. Tidak tahu harus berkata apa. Namun, dia tahu betul kalau Boris berkata seperti itu hanya karena mereka punya anak. Makanya Boris mau mengalah.Bukan ini yang Zola inginkan. Zola ragu-ragu. Pada saat yang sama, dia juga merasa sangat kecewa. Seandainya Boris mengucapkan kata-kata itu sebelum Boris mengajukan cerai, saat Zola masih memiliki harapan terhadap pernikahan mereka ini, Zola mungkin akan sangat senang.Namun, sekarang tidak lagi

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 321

    Anak di dalam kandung mana perlu dijaga? Zola hanya bisa mengerutkan kening, tidak bisa membujuk Boris sama sekali. Pada akhirnya, dia memilih diam saja. Boris pun lanjut bekerja.Sekitar pukul sebelas malam, TV masih menyala, tapi Zola sudah tertidur. Setelah Boris selesai bekerja, dia segera pergi ke kamar mandi dan mandi sebentar. Kemudian, dia berjalan ke samping tempat tidur dan melihat Zola yang sedang tidur pulas. Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, Boris mengangkat selimut dan langsung baring sembari menarik Zola ke dalam pelukannya.Terakhir kali Boris memeluk Zola adalah saat dia demam. Sudah beberapa hari yang lalu. Zola tidak membiarkan Boris menyentuhnya, bahkan tidak mau memberinya kesempatan untuk mendekat. Setiap kali Boris harus menggunakan cara paksa baru bisa menyentuh Zola.Saat ini, Boris memeluk Zola. Jakunnya bergerak naik turun. Tubuhnya juga secara tidak sadar mulai bereaksi. Boris meletakkan telapak tangannya di perut Zola, merasakan ada sedikit tonjolan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 322

    Jeni mengerutkan kening dan bertanya, “Anak itu?”“Anak ini milikku. Tentu saja aku nggak akan lukai anakku dengan alasan apa pun.”Kata-kata Zola membuat hati Jeni mencelos. Zola tidak menyadari wajah Jeni yang sedikit tegang. Dia hanya melanjutkan kata-kata yang belum dia selesai ucapkan. “Dia nggak mencintai aku. Dia juga nggak akan tiba-tiba jadi suka aku hanya karena anak. Sekalipun apa yang dia lakukan seakan-akan dia suka sama aku, itu juga hanya karena kehadiran anak. Aku nggak akan sebodoh itu sampai mengira itu cinta. Aku sudah gunakan waktu selama setahun tetap saja nggak bisa menarik perhatiannya. Itu berarti di antara kami nggak akan pernah ada cinta.”Rasionalisme dan ketenangan Zola juga membuat Jeni memiliki pemahaman dan keputusan yang jelas terhadap beberapa hal di dalam hatinya.Jeni tersenyum tipis lalu mengangguk setuju. “Kamu benar. Zola tetap Zola yang membanggakan, nggak akan mengubah batasan dirinya karena siapa pun.”“Aku curiga kamu sedang tertawakan aku. Tap

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 323

    Namun, ucapan Zola terdengar agak kasar di telinga Boris. Karena dia telah melewatkan tiga bulan pertama baru tahu kalau Zola hamil. Jadi selama tiga bulan pertama, apakah Zola kesulitan bergerak atau merasa tidak enak badan?Boris mengerutkan kening. Wajahnya sedikit muram. Pada akhirnya, dia hanya berkata, “Aku pergi setelah lihat kamu naik ke atas.”Zola tidak menolak. Dia mengangguk pelan, lalu masuk ke gedung apartemen. Di dalam mobil, Boris berkata dengan acuh tak acuh, “Ke perusahaan.”Jesse menganggukkan kepala lalu menginjak pedal gas. Boris tiba-tiba bertanya, “Kakek kapan baru boleh keluar dari rumah sakit.”“Seharusnya besok pagi sudah bisa keluar. Pak Hartono sudah nggak apa-apa. Pak Dimas yang bersikeras minta Pak Hartono diopname satu hari lagi.”“Hmm. Besok kamu pergi jemput Kakek. Habis itu bawa mamaku ke apartemen Zola.”Jesse sedikit terkejut, tapi dia tidak bertanya lagi. Dia hanya menganggukkan kepala. Tidak lama setelah Boris pergi, Tedy menghentikan mobilnya di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 324

    Boris menatap Zola dengan lekat dan berkata dengan lembut, “Aku telepon kamu, tapi kamu nggak angkat. Jadi aku langsung ke sini.”Boris sudah berada di sini selama hampir satu jam. Setelah mengetahui Zola sedang mengawasi pengerjaan di lokasi, dia pun menahan diri untuk tidak masuk dan menunggunya di sini.Saat Zola tidak mengangkat telepon darinya, Boris mengira Zola sedang marah. Karena awalnya Zola sendiri yang mengantarkan sketsa desain, tapi tadi malah asisten Zola yang mengantarkan sketsa desain ke Morrison Group.Setelah mendengar jawaban Boris, Zola segera mengeluarkan ponselnya dan memeriksanya sebentar. Dia mendapati memang ada dua panggilan tidak terjawab. Dua-duanya dari Boris. Zola melihat ponselnya dan menyadari sesuatu.“Maaf, aku nggak tahu sejak kapan jadi mode diam. Aku nggak tahu ada telepon masuk.”Boris terus memperhatikan Zola, tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah perempuan itu. Kemudian, dia membuka pintu mobil dan berkata pada Zola, “Masuk ke dalam mobil d

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status