Share

Bab 233

Penulis: Jus Pir
Suaranya begitu tajam tanpa sedikit pun nada untuk bernegosiasi. Bahkan Hartono sampai terbatuk-batuk. Dimas mengulurkan segelas air dan berkata, “Pa, marahnya pelan-pelan saja. Karena dia sudah kembali, Papa marah sampai puas.”

Zola yang berdiri di ambang pintu ruang makan langsung tertegun. Wajahnya tampak kebingungan karena tidak tahu apakah dia harus maju atau mundur. Dia hanya bisa berdiri di sana tanpa bergerak. Dengan pelan dia berkata, “Kakek, Papa, Mama….”

Lydia yang lebih dulu melihat Zola. Matanya membesar dan langsung bangkit berdiri menggandeng tangan perempuan itu.

“Pa, Zola pulang,” ujarnya. Kemudian dia lanjut menjelaskan, “Zola, Kakek pikir Boris yang pulang. Kakek nggak memarahimu, kamu jangan memasukkannya ke hati.”

Zola mengangguk pelan dan tersenyum sambil menjawab, “Bagaimana mungkin.”

Hartono juga ikut tertegun, tetapi begitu melihat Zola dia langsung merasa iba. Lelaki tua itu melambaikan tangannya dan meminta Zola duduk di sisinya. Setelah itu dengan pelan dia
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 234

    Waktu sudah pukul sebelas malam lewat. Wajahnya yang tampan memancarkan aura dingin dan membuat Zola bisa merasakannya dengan jelas. Kedua pasang bola mata itu saling berpandangan.Boris menyipitkan matanya dan bertanya, “Kenapa? Sekarang aku bahkan nggak diizinkan masuk?”Zola juga menjawab dengan nada yang sama, “Waktu sudah larut, kamu istirahat lebih awal saja.”“Jadi benar-benar nggak berencana membiarkanku masuk? Zola, jangan lupa kalau sekarang kita masih suami istri.”“Boris, pagi tadi kamu bilang nggak mau berurusan terlalu banyak denganku dan nggak mau melihatku. Sekarang kamu mau menarik ucapanmu sendiri?”“Zola, aku tanya sekali lagi. Kamu nggak mau membiarkanku masuk?”Boris berdiri tegak di depan pintu. Suaranya terdengar dingin dan penuh kemarahan, Zola menatapnya dan berkata, “Kalau aku nggak membiarkanmu masuk, apakah kamu akan membuat perusahaanku menghilang dari Kota Binru besok pagi?”“Bagaimana mungkin? Masih ada Kakek dan orang tuaku yang membelamu. Jadi apa yang

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 235

    “Sebenarnya Boris nggak mencintai Zola. Pernikahan mereka hanya paksaan dari keluarga masing-masing. Sekarang di hadapan cinta sejatinya, dia sudah nggak peduli pada yang lainnya lagi.”“Kenapa nggak ada tanggapan? Apakah mereka mengakui perceraiannya?”“Pasti iya. Morrison Group nggak mengeluarkan pernyataan apa pun.”Berbagai komentar terus bermunculan. Baik Boris atau pun Morrison Group serta keluarga Morrison tidak memberikan respons apa pun. Zola menutup halaman tersebut dan dalam hatinya terus bertanya dengan maksud dari sikap Boris yang diam ini.Namun, sebelum dia mengerti maksud Boris, keluarga Leonarto sudah meledak. Belakangan ini mereka baru saja menikmati puncak popularitasnya. Namun tiba-tiba jatuh ke dalam krisis setelah berita perceraian tersebut tersebar. Perusahaan yang sebelumnya mendukung Leonarto Group kini berbalik mengecam dan membatalkan kerja sama.Orang tua Zola langsung menghubunginya dan meminta dia segera pulang ke rumah. Sebenarnya Zola tidak ingin pulang.

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 236

    Tatapan mereka saling bertemu. Sorot lelaki itu tidak ada emosi sama sekali. Setelah itu, dia menoleh ke arah Dimas dan bertanya, “Ini sedang apa?”Dimas segera maju dan mempersilakannya duduk. Setelah itu dia menuangkan teh dan bersikap ramah.“Boris, memanggilmu di jam seperti ini seharusnya nggak mengganggumu, ‘kan?” tanya Dimas sambil tersenyum.Lelaki itu hanya berdeham dan Dimas mengangguk mendengar itu. Dia melanjutkan ucapannya, “Baguslah. Memanggilmu ke sini sebenarnya agar Zola minta maaf denganmu. Kejadian kali ini, kamu nggak pernah kasih jawaban. Papa rasa, sepertinya Zola berbuat salah dan membuatmu marah.”Boris tidak berbicara dan hanya menatap Zola. Pemandangan tersebut tentu saja membuat ayah dan ibu Zola merasa perempuan itu yang bersalah. Lydia berjalan ke sisi Zola dan berkata,“Zola, cepat minta maaf dengan Boris. kamu dan Boris itu suami istri. Kamu bersikap baik dan minta maaf, Boris nggak akan perhitungan denganmu.”Zola menatap orang tuanya dengan ekspresi dat

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 237

    Lydia ikut berkata, “Zola, Papa dan Mama yang salah paham denganmu. Jangan dipikirkan, kami hanya terlalu khawatir denganmu makanya seperti ini.”Karena khawatir, mereka menyalahkan semuanya di diri Zola. Karena khawatir juga sehingga dia memaksa Zola meminta maaf dengan Boris. semua ini karena mereka terlalu khawatir.Apa pun yang dia lakukan dan katakan, pada akhirnya semua tanggung jawab diserahkan padanya dan menjadi kesalahannya. Zola hanya ingin tertawa saja, tetapi dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.Dia hanya tertawa dingin dalam hati dan berkata dengan datar, “Karena ini bukan urusanku, apakah aku bisa pergi sekarang?”Kedua orang tuanya menatap Boris secara bersamaan, tetapi lelaki itu tidak memberikan respons apa pun. Zola hanya bungkam dan berbalik pergi.Boris memicingkan matanya dan ikut bangkit. Jerico mencoba menahannya dan ingin membicarakan urusan perusahaan, tetapi lelaki itu tidak memberikannya kesempatan dan langsung berjalan keluar.Ketika Boris keluar,

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 238

    Sesungguhnya dia ingin mendengar Boris membantahnya. Meski terdengar berlebihan, bukankah semua orang akan menjadi egois jika menyangkut cinta?Zola menatapnya datar dan tidak menjawab pertanyaan itu. Perempuan itu justru balik bertanya, “Apa yang diperlukan agar proyek yang dihentikan bisa berjalan? Jangan melibatkan Stonerise yang nggak bersalah dalam masalah kita, oke?”Boris terlihat tenang seperti air sungai yang dingin dan menusuk tulang. Nada bicaranya juga terdengar datar tetapi sorot matanya tersirat kilatan dingin dan tajam.“Selama kita nggak cerai, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau.”“Apa pun?”“Tentu saja, karena kamu adalah Nyonya Morrison.” Zola tertawa.Dia berkata, “Boris, kamu masih nggak mengenalku. Aku nggak suka urusan pribadi dan pekerjaan dijadikan satu dan hanya bisa mengancamku dengan cara seperti ini. Meski aku merasa sayang dengan hubungan pernikahan ini, aku juga akan tetap cerai karena ancamanmu.”Boris menyipitkan matanya dan berkata dengan nada pe

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 239

    “Secantik apa?” tanya Zola sambil tersenyum. Dia menatap Caca yang terlihat ingin tahu sambil tersenyum.Caca juga berpikir dengan serius dan berkata, “Nggak kelihatan muka dan pakai masker serta topi. Tapi aku melihat matanya. Seharusnya dia lumayan cantik. Tapi aku merasa suaranya sedikit familier. Sepertinya pernah dengar di suatu tempat. Apakah dia mungkin penanggung jawab dari salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan kita?”“Kamu ingin tahu?”“Bu Zola tahu rahasianya? Boleh beri tahu aku? Aku janji nggak akan bilang sama orang lain. Aku pasti akan jaga rahasia,” ujar Caca sambil melebarkan mata antusias.“Kalau kamu begitu penasaran, kamu tanya saja langsung pada Pak Mahendra ketika dia kembali.”“Sepertinya itu nggak baik,” ujar Caca.Zola tersenyum tak berdaya dan berkata, “Cukup, cepat pergi kerja. Kalau masih gosip saya akan memotong gajimu.”Mendengar ancaman itu membuat Caca langsung merapatkan bibirnya dan kembali bekerja. Zola menahan senyum ketika melihat punggung p

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 240

    Mahendra tersenyum tipis dan bertanya, “Benaran ingin tahu? Apakah kamu berharap aku segera mendapatkan kekasih?”“Tentu saja nggak,” jawab Zola karena khawatir lelaki itu salah paham. Dia bergegas menjelaskan, “Hanya perhatian denganmu. Kalau kamu merasa sekarang nggak berkenan, maka jangan membahasnya.”Zola tidak bertanya lagi karena bagaimana pun setiap orang membutuhkan privasi yang tidak ingin dibahas. Dia yang sudah melanggar batas. Mendadak suasana di sekitar mereka menjadi tenang.Mahendra terus menatap Zola dan berkata, “Zola, aku bukan nggak mau memberitahumu. Kamu seharusnya pernah bertemu dengannya tapi nggak familier. Tapi aku dan dia juga nggak ada kemungkinan, makanya aku merasa nggak perlu cerita.”“Oke, aku tahu.”Zola mengangguk dan mereka saling tersenyum. Mahendra bergegas mengalihkan pembicaraan dan berkata,“Stonerise sudah menghubungiku beberapa kali di pagi ini. Mereka terus menanyakan kapan proyek akan dilanjutkan. Zola, apa pendapatmu terkait perkembangan sek

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 241

    Zola hanya tersenyum dan tidak berkata apa pun. Perempuan itu terlihat patuh, tetapi dalam dirinya tersimpan sifat nakal dan pemberontak.Setibanya di restoran, keduanya duduk di meja yang ada di samping jendela. Setelah duduk, Jeni berkata, “Satu tahun lebih nggak bertemu, kenapa aku merasa kamu berubah berbeda?”“Apa yang berbeda?”“Sulit dijelaskan, hanya perasaanku saja ketika melihatmu berbeda. Mungkin karena sudah terlalu lama nggak bertemu. Belakangan ini aku akan bersamamu dan menghabiskan waktu untuk mempererat hubungan kita.”Zola tersenyum dan berkata, “Boleh, asalkan kamu jangan kabur saja.”“Cih! Kamu meremehkan siapa?”Keduanya berpandangan dan tertawa. Sesaat kemudian, makanan mereka datang dan mulai makan. Mereka mulai makan sambil membicarakan tentang berbagai makanan lezat dan berbagai kejadian dalam kehidupan mereka. Meski selama setahun tidak bertemu, mereka kerap saling berkomunikasi.“Aku bisa tinggal di rumahmu? Bagaimana pun kamu sekarang sudah menikah.”Zola me

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status