Share

Jeratan Mantan Suami
Jeratan Mantan Suami
Author: Jus Pir

Bab 1

Bansan Mansion.

Mansion ini adalah bangunan terindah di Kota Binru. Di kamar tidur utama, seorang pria turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi dengan wajah tanpa ekspresi. Sedetik yang lalu, pria itu masih memadu kasih dengannya. Pada detik berikutnya, raut wajah pria itu sudah berubah total. Namun, Zola sudah lama terbiasa dengan hal itu.

Zola berdiri dan memakai kembali pakaiannya. Wajah di balik rambut panjangnya masih memerah. Dia memiliki wajah yang cantik, tubuh yang seksi dan menggoda. Terlebih lagi di saat seperti ini.

Selesai mandi, pria itu keluar dari kamar mandi. Dia menatap Zola dengan raut wajah datar, lalu berkata dengan dingin, “Tanda tangani ini.”

Usai berkata, pria itu mengeluarkan lembaran kertas dokumen dari dalam laci meja nakas, lalu melemparkannya ke tempat tidur.

Zola menunduk dan melihat kertas itu. Di bagian paling atas kertas, tercetak jelas kata-kata “Surat Cerai” yang menusuk mata. Zola spontan menatap pria itu dan bertanya dengan tidak percaya, “Kamu mau cerai?”

“Tyara sudah sadar, aku ingin penuhi janjiku padanya.” Pria itu menyalakan rokok. Wajah tampannya penuh dengan sikap cuek.

Wajah Zola memucat, tatapannya kosong. Dia mengerutkan bibir sambil mengumpulkan lebih banyak keberanian untuk bertanya lagi, “Harus cerai? Nggak ada pilihan lain?”

“Zola, kamu harus tahu tujuan kita menikah. Aku sudah mengecewakan Tyara satu kali, aku nggak mau sakiti dia untuk kedua kalinya.”

Pria itu berkata dengan begitu blak-blakan, tanpa bermaksud memberi Zola kesempatan untuk berdiskusi. Yang berarti perceraian mereka tidak bisa dihindari lagi.

Zola melihat ada kelembutan yang terpancar dari mata pria itu ketika dia mengucapkan nama Tyara. Zola merasa sangat iri, pada saat yang sama dia juga sepenuhnya mengerti kalau di hati pria itu hanya ada Tyara yang hampir mengorbankan nyawa untuknya. Jika dibandingkan dengan Tyara, Zola bukanlah siapa-siapa.

Sorot mata Zola tetap hangat dan tenang. Setelah berpikir selama beberapa detik, dia baru mengucapkan satu kata dengan jelas, “Oke.”

Suara Zola yang lembut membuat pria itu spontan mengerutkan kening. Namun, hanya sepersekian detik.

“Kamu boleh minta apa saja, asalkan jangan keterlaluan. Aku akan penuhi semuanya,” kata pria itu.

Nova mengangkat kepalanya, raut wajahnya dingin, tapi sorot matanya masih lembut, “Aku hanya punya satu permintaan.”

“Katakan saja.”

“Setelah cerai, jangan pernah bertemu lagi.”

Mata Zola penuh tekad. Pria itu menatapnya dengan lekat, lalu bertanya dengan suara berat, “Zola, kamu marah padaku?”

Zola tertawa pelan, “Tentu saja nggak. Kenapa kamu beranggapan begitu?”

Zola mengatakan yang sebenarnya. Dia sama sekali tidak marah. Namun, Boris jelas tidak memercayainya. Dia mengerutkan alis, sorot matanya menjadi tajam.

“Aku suruh kamu buat permintaan, bukan suruh kamu lampiaskan amarahmu. Jangan pernah bertemu lagi? Kamu nggak merasa itu agak kekanak-kanakan?”

“Kekanak-kanakan?” Zola sama sekali tidak beranggapan begitu. Dia berkata dengan dingin, “Itu permintaanku. Yang lain aku nggak butuh.”

Zola khawatir dia tidak bisa mengendalikan emosinya dan menangis. Dia tidak boleh menangis, apalagi di saat ini dan di depan pria itu. Dia segera berbalik dan mengambil surat cerai di atas tempat tidur. Kemudian, dia mengambil pena di atas meja nakas dan menandatanganinya bahkan tanpa membaca isi surat itu terlebih dahulu.

Begitu serta-merta, tanpa keraguan sedikit pun. Sesungguhnya, hati Zola sangat sakit. Tidak ada yang tahu kalau dia telah mencintai pria itu selama sepuluh tahun.

Zola mengatupkan bibirnya erat-erat untuk mencegah dirinya menangis. Dia mengingat kembali pernikahannya selama setahun ini. Boris selalu menurutinya dan memberikan perhatian dari seorang suami kepada istrinya. Semua itu membuat Zola jatuh ke dalam ilusinya sendiri sehingga dia lupa, sejak awal sudah ada orang lain di dalam hati pria itu. Kini saatnya mengembalikan pria itu kepada pemilik aslinya.

Zola menarik napas dalam diam, lalu menoleh ke arah Boris dan bertanya, “Kapan prosesnya selesai?”

Boris seketika mengerutkan kening ketika mendengar pertanyaan perempuan yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Mereka telah menjadi pasangan suami istri selama setahun. Boris bahkan tidak tahu perempuan yang selalu bersikap lembut itu ternyata sudah tidak sabar ingin mengakhiri hubungan dengannya.

Boris menyipitkan matanya dan berkata dengan tenang, “Kamu sangat buru-buru? Selain itu, kamu jelas tahu kita nggak mungkin nggak pernah bertemu lagi. Kakek dan keluargaku yang lain begitu sayang sama kamu. Kamu tega putus hubungan dengan mereka juga?”

“Boris, kamu yang minta cerai.” Zola tampak tak berdaya, tapi dia tetap membalas perkataan pria itu, “Selain itu, kita akan segera bercerai. Kamu masih mau atur-atur urusanku?”

Hati Zola seperti tersayat-sayat, tapi dia tetap pura-pura tersenyum dan bersikap tenang. Apakah Boris tidak tahu sikapnya itu akan membuat Zola salah paham, kalau Boris enggan berpisah dengannya?

Zola tidak berani menatap mata pria itu. Dia hanya bertanya sambil tersenyum, “Atau kamu nggak mencintai Tyara lagi dan jatuh cinta padaku?”
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Kenmaret Sukenah
cinta sepihak sangat menyskitkan
goodnovel comment avatar
Yuni Dian
saya setuju dg penilaian Hermin kamil, terlalu sering alur cerita yg begitu. semoga kali ini cerita yg berbeda yaitu wanita yg tdk lg mengais cinta kpd ex suami.
goodnovel comment avatar
jess
sama, GN krisis cerita realistis.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status