Beberapa patah kata itu membuat Yuna memiliki pemikiran membunuh yang sedikit tidak masuk akal."Cari tahu dengan siapa kedua orang itu berhubungan dengannya akhir-akhir ini, dan juga lingkungan pertemanan mereka. Aku yakin akan ada jawaban yang kita cari."Yanuar segera mengangkat ponselnya, dan membuat pengaturan lain setelah mendengar ucapan Yuna.Sore harinya Yuna memesankan hotel di dekat rumah sakit untuk Ibu Zanny menginap, lalu dia menyetir pulang sendirian.Sesampainya Yuna di rumah, dia melihat Yuaris sedang duduk di sofa dan bermain dengan mainannya.Ketika Yuaris melihat kedatangan Yuna, dia segera turun dari sofa dan berlari menghampiri Yuna dengan kaki kecilnya."Tante."Yuaris melompat ke arah kaki Yuna dan memeluknya, lalu wajah kecilnya mendongak untuk melihat wanita itu.Yuna agak terkejut dengan kedatangan Yuaris yang tiba-tiba.Yuna membungkuk untuk menggendong Yuaris, lalu bertanya sambil tersenyum, "Siapa yang membawamu ke sini?"Yuaris menunjuk ke arah dapur dan
Yuna menatap kosong pada Jeri.Jeri sepertinya pernah mengatakan itu pada Yuna.Jeri bilang akan membawa Yuna pulang setelah semuanya selesai.Kenapa Jeri mengatakan hal yang sama pada Yuaris?Seperti Yuaris juga anggota keluarga Jeri.Jeri melihat Yuna yang sepertinya curiga, jadi dia langsung berjalan menghampiri dan memeluk pundak wanita itu, dan menuntunnya ke ruang makan.Jeri berkata sambil berjalan, "Kalau semuanya selesai dan kamu nggak mau punya anak lagi, kita bisa membawa Yuaris main bersama. Lagipula Keluarga Saradan sudah punya banyak anak, nggak apa berkurang satu."Yuaris mengangguk-angguk bahagia ketika mendengar ucapan Jeri."Itu bagus, ibu pernah bilang kami bertiga terlalu berisik dan dia mau menjual kami di jalan. Tante bisa membeliku, jadi kita bisa bersama setiap hari."Semua kecurigaan Yuna sirna karena ucapan Yuaris.Yuna tersenyum lalu mencubit wajah kecil Yuaris, "Serigala kecil, Ibumu pasti sedih kalau tahu ucapanmu barusan."Yuaris melihat senyum Yuna, lalu
Jemari Yuna ikut bergetar.Yuna terlalu mengenal panggilan dan pria itu.Itu membuat Yuna mengingat potongan-potongan masa lalu.Meskipun Yuna tahu itu hanya sebuah permainan, dan Jeri juga menggunakan permainan itu untuk sedikit lebih dekat dengannya.Tapi sepertinya Yuna tidak menolak dan terlihat menantikan permainan itu dimulai.Yuna mengangguk pelan lalu berkata dengan suara berat, "Aku mengerti."Yuaris langsung tersenyum dan berkata, "Ibu jangan khawatir, aku dan ayah akan melindungimu."Setelah itu Jeri segera menekan tombol mulai.Dalam permainan itu ada tokoh ayah, ibu dan anak.Yuna begitu terkejut dengan baju yang dikenakan oleh karakternya di dalam permainan.Yuna segera bertanya, "Bajunya jelek sekali, apa kita bisa menggantinya?"Yuaris tersenyum lalu menyipitkan matanya dan berkata, "Nanti kita akan mendapatkan koin emas dengan mengalahkan monster. Ayah dan aku akan bekerja keras melawan monster lebih banyak, lalu membelikanmu gaun yang bagus ya?"Yuaris terlihat begitu
Mendengar perkataan itu, Jeri pun tertegun.Dia menatap Yuaris dengan tatapan kosong dan tidak tahu harus berkata apa.Yuaris mengedipkan mata hitam besarnya kepada Jeri, pupil matanya yang hitam menatapnya dengan penuh harap.Tangan kecilnya yang gemuk membelai wajah Jeri dengan lembut.Dia dengan serius berkata, "Paman mengubah wajah untuk melawan monster itu, 'kan? Paman juga meminta Ibu Maggie untuk merawatku biar aku nggak disakiti oleh monster, 'kan?"Jeri merasa tenggorokannya tersendat saat Yuaris mencercanya dengan pertanyaan itu.Kemampuan berpikir Yuaris sama dengan ibunya.Dia tidak tahu bagaimana Yuaris mengetahui rahasia itu.Jeri membelai lembut wajah Yuaris dengan tangannya yang besar, kemudian berkata dengan tenang. "Dari siapa kamu mendengar semua itu?"Yuaris dengan nada bicara serius berkata, "Ibu Maggie sering cerita samaku kalau Paman dan Tante saling mencintai, tapi sayang sekali kalian harus berpisah karena suatu alasan. Ibu Maggie juga sering menyuruhku sering-
Yuaris mengelus wajah Wano dengan tangannya yang kecil dan gemuk.Dia lantas berkata dengan suara yang sedikit tersendat."Ayah."Mata Wano memerah karena merasa terharu dan bahagia, sudah lama sekali dia menantikan saat-saat di mana anak kandungnya sendiri memanggilnya dengan sebutan ayah.Dia memeluk Yuaris dan berkata dengan suara serak. "Anakku, panggil ayah sekali lagi.""Ayah.""Sayang, Ayah mencintaimu, sangat mencintaimu."Mereka berdua berpelukan dengan erat, ada rasa bahagia yang tidak terlukiskan di dalam hati mereka.Setelah agak lama, Wano pun melepaskan pelukannya."Ayo mandi sama Ayah," ajak Wano sambil tersenyum.Yuaris mendongakkan wajah mungilnya dan menatap Wano, kemudian berkata, "Aku suka wajah ini, ini baru wajah ayahku!"Wano menunduk dan mencium wajah Yuaris, lalu tersenyum dan berkata, "Untuk selanjutnya, Ayah akan melepas topeng kalau nggak ada orang lain yang melihat, tapi kamu nggak boleh bilang siapa-siapa, nanti ibu dan Ayah bisa celaka. Mengerti?""Menger
Mereka bertiga berpelukan dengan hangat dalam waktu yang cukup lama.Setelah itu Wano pergi ke kamar mandi untuk mengambil pengering rambut, kemudian membantu Yuaris mengeringkan rambutnya.Angin panas dari pengering rambut itu meniup rambut dan tubuh telanjang Yuaris sampai kering.Yuaris tertawa cekikikan."Rasanya enak sekali, setelah ini Ayah juga bantu Ibu mengeringkan rambut, ya!"Wano tersenyum dan mengangguk setuju. Dia berkata, "Oke, kamu ikut Ayah ke kamar, biar Ibu mandi dulu."Dia menggendong Yuaris ke kamar, memakaikan pakaian tidur dan membacakan dongeng sebelum tidur untuknya.Wano belum selesai membacakan cerita, tapi Yuaris sudah tertidur lelap.Saat melihat Yuaris yang begitu menggemaskan, Wano pun mencium kening anak itu.Dia dengan tenang berkata, "Ayah mencintaimu."Yuna baru saja selesai mandi, dia berdiri di depan pintu kamar mandi dan melihat adegan itu secara kebetulan.Dia bisa melihat tatapan Wano yang seolah mengungkapkan bahwa laki-laki itu sangat mencintai
Mendengar perkataan Yuaris, hati Yuna terketuk.Dia memeluk Yuaris dengan erat, kemudian berkata dengan suara serak. "Ibu berharap kamu hadir di kehidupan kami."Sama seperti anak yang tiba-tiba muncul di kehidupannya.Meski hal itu di luar dugaan, tapi Yuna tetap merasa senang.Saat melihat Yuna yang kembali mengingat masa lalunya, Yuaris memeluk leher dan mencium wajah Yuna dengan penuh pengertian. Anak itu lantas mengedipkan mata besarnya dan berkata, "Aku anak Ibu, apa Ibu belum tahu?"Yuna mengira Yuaris hanya ingin menghiburnya, dia mengelus kepala Yuaris sambil tersenyum dan berkata, "Iya, Ibu tahu. Ibu buatkan sarapan dulu, ya! Kamu mau makan apa?"Yuaris memiringkan kepalanya, kemudian berpikir sejenak dan berkata, "Aku mau makan pangsit buatan Ibu!""Oke, Ibu akan buatkan pangsit untukmu. Setelah sarapan, kita pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Tante Zanny."Yuaris segera menghibur Yuna dan berkata, "Ibu jangan khawatir, Tante Zanny pasti segera sadar, perkataan anak kecil
Mendengar hal itu, Yanuar segera berkata, "Obat-obat ini bisa membantu penyerapan gumpalan darah, bagaimana mungkin area pendarahannya meluas?""Tapi menurut hasil laporan, gumpalan darah di bagian otak pasien menjadi semakin besar. Ada obat yang bisa membantu menyebarkan gumpalan darah tersebut. Tapi obat semacam ini hanya bisa digunakan untuk luka di daerah lain kecuali otak. Kalau pasien mengonsumsi obat ini, hal inilah yang akan terjadi."Yanuar dengan tidak percaya berkata, "Tapi aku sendiri yang memeriksa penggunaan obat-obat ini kemarin, aku yakin nggak ada kesalahan."Dokter ahli itu menatap Yanuar dengan curiga, dia berkata, "Kalau begitu ini aneh, sekarang aku akan meresepkan obat baru dan lihat bagaimana reaksinya. Kalau masih belum berhasil, kita harus melakukan operasi kraniotomi."Yanuar adalah seorang dokter, bagaimana mungkin dia tidak tahu bahaya dari operasi tulang tengkorak itu.Dia merasa dunia ini runtuh.Dia lantas mengangguk dengan kuat dan berkata, "Baik, aku ak
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper