Yuaris menangkup pipi Yuna dengan tangan mungilnya saat mengatakannya.Tampang serius dan bijaknya membuat Yuna tak tahan lagi.Wajahnya seketika dibanjiri air mata.Suaranya tersendat karena menangis, "Apa aku benar-benar boleh memperlakukanmu seperti anakku?"Yuaris mengangguk dengan mantap, "Tentu saja boleh. Tante, kamu nggak perlu takut kalau Ibu Maggie akan marah. Aku sudah mendapatkan izinnya, dia bahkan sangat senang dengan yang kulakukan ini."Semua rasa khawatirnya seketika lenyap. Dia bahkan tak bisa menahan diri untuk memeluk Yuaris dengan eratnya.Suaranya diwarnai gemetar dan rasa pedih, "Apa kamu bisa menyebutnya lagi?"Yuaris bersandar di dekat telinganya. Suaranya terdengar lirih namun penuh kehangatan, "Ibu."Yuna akhirnya tak bisa menahannya lebih lama lagi ketika mendengar panggilan itu.Ini adalah adegan yang muncul berkali-kali dalam mimpinya.Hampir setiap hari, dia selalu bermimpi bahwa anaknya memanggilnya dengan sebutan ibu.Namun, setiap kali terbangun, banta
Dia melihatnya lembar demi lembar. Setiap foto yang dilihatnya membuat hatinya terasa sakit.Alasan pertama karena dia bisa melihat anaknya tumbuh besar. Sedangkan alasan kedua karena dia melihat Yuaris begitu akrab dengan Yuna.Hal itulah yang menjadi sakit hatinya.Yuaris menepuk tangan besar Jeri dan berkata sambil tersenyum. "Lihat-lihat saja dulu, aku mau temani ibu di dapur."Selesai berbicara, dia melangkahkan kaki mungilnya ke dapur, kemudian mengambil bangku kecil dan duduk di samping Yuna sambil menatap wanita itu dengan mendongakkan wajah mungilnya.Hati Yuna luluh saat melihatnya, dia lantas menyanyikan lagu anak-anak untuk Yuaris.Mereka berdua bermain dengan asyik di dapur.Jeri duduk sendiri di sofa sambil tersenyum bahagia.Dia membuka laci dan ingin meletakkan album foto yang dipegangnya, kemudian pergi ke dapur untuk membantu Yuna.Pada saat yang bersamaan, dia melihat sebotol obat.Paroksetin.Tidak salah, itu adalah obat anti depresi.Apa depresi Yuna kambuh lagi?S
Saat melihat wajah yang selalu dia pikirkan setiap saat, Shelvi mengira dirinya sedang bermimpi.Dia menatap Wano dengan air mata berlinang sembari berkata, "Apa kamu Wano? Apa kamu benar-benar Wano anakku?"Mata Wano juga memerah.Ini adalah pertama kalinya Wano mengenali Shelvi setelah tahu bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya.Wano meletakkan tangannya di wajah Shelvi, kemudian menyeka air matanya dan berkata, "Ibu, ini aku, Wano Lasegaf, anak kandungmu."Setelah Wano mengkonfirmasi kebenarannya, Shelvi tidak bisa menahan luapan emosinya lagi.Air matanya mengalir dengan deras.Shelvi menangis sambil berkata dengan suara terisak. "Anakku, anakku yang baik. Ibu sudah meninggalkanmu selama bertahun-tahun, Ibu sudah membuatmu kehilangan keluargamu, Ibu sudah membuat istri dan anakmu nggak saling mengenal. Ibu benar-benar minta maaf."Dia memeluk Wano sambil menangis keras.Seluruh tubuhnya gemetaran.Wano juga tidak bisa menahan air matanya.Setelah bertahun-tahun, akhirnya Wano bisa
"Aku pikir benda ini sangat penting bagi Jordan. Kalau nggak, mungkin dia sudah membunuh kakek."Saat mendengar bahwa ayahnya berada dalam bahaya, Shelvi menggertakkan giginya karena marah."Dasar penjahat, dia sudah merugikan keluarga kita, dia harus menerima balasan yang setimpal.""Jangan khawatir, aku nggak akan membiarkannya begitu saja. Dia sudah membuat Ibu dan Yuna menderita, aku akan membalasnya berkali lipat."Hans tiba-tiba memikirkan sesuatu saat melihat beberapa batu mulia yang tergeletak di atas meja.Dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa sesuatu.Dia akhirnya menemukan foto dari sebuah berita.Hans menyerahkan ponselnya pada Wano dan berkata, "Coba lihat, apa menurutmu batu mulia ini mirip dengan batu mulia di dalam foto ini?"Wano mengambil ponsel itu dan melihat foto ratu dari Mandapura, Ratu Isha yang sedang melakukan kunjungan ke suatu tempat.Dia mengenakan cincin berwarna hijau zamrud, bentuk batu mulia di cincin yang melingkar di jari Ratu Isha meman
Jeri memberikan sebuket bunga segar pada Yuna, tatapan matanya yang memesona tidak bisa menyembunyikan rasa kasih sayangnya yang begitu mendalam pada wanita yang dicintainya itu.Hal ini membuat Yuna merasa tidak nyaman.Yuna menerima bunga itu dan berkata dengan nada suara datar. "Kita cuma berpura-pura menjadi pasangan, Pak Jeri nggak perlu terlalu serius. Kita cuma perlu berpura-pura saat diperlukan."Jeri masuk ke rumah Yuna sambil tersenyum, kemudian meletakkan sarapan di atas meja makan.Dia lantas memeluk Yuaris yang baru saja bangun dari tidur, kemudian dengan tenang berkata, "Berpura-pura juga harus terlihat realistis. Kalau nggak terus berlatih, bagaimana bisa terlihat nyata saat dibutuhkan. Benar kan, Sayang?"Yuaris berbaring dengan lembut di pundak Jeri, dia sambil tersenyum berkata, "Aku khawatir Paman terlalu mendalami peran dan nggak bisa melepasku."Mendengar hal itu, Jeri menepuk pantat Yuaris."Hei, bocah! Jangan pilih kasih begitu! Kemarin aku sudah menemanimu sehar
Sofie melihat ke arah Yuna dan berkata, "Apa dia anakmu? Dia punya hubungan yang bagus dengan kakeknya, sepertinya dulu Pak Yudha selalu menjaganya."Mendengar hal itu, ekspresi Yuna terlihat sedih.Yudha memang sangat menjaga calon cucunya, dia juga memenuhi kebutuhan gizi Yuna saat sedang mengandung.Tapi sayang sekali anak Yuna tidak bisa diselamatkan.Dia mengerutkan bibirnya dan berkata dengan sedih. "Dia anak kakak sepupuku."Sofie terkejut dan berkata, "Oh, begitu? Anak ini begitu akrab dengan kakeknya, aku kira dia anakmu."Yuna juga tidak tahu kenapa Yuaris bisa akrab dengan ayahnya.Bahkan Yudha juga begitu peduli dengan Yuaris.Yudha juga menunjukkan reaksi saat pertama bertemu dengan anak itu.Begitu bertemu dengan Yuaris, tangan Yudha bergerak. Saat bertemu dengan Jeri, ayahnya itu juga menggerakkan bola matanya.Menurut logika, Yudha tidak pernah bertemu dengan Jeri atau Yuaris sebelumnya, tapi kenapa Yudha memberi respons saat mereka berdua datang menjenguknya?Yuna bena
Yuaris mengedipkan mata besar hitamnya pada Yudha.Kedua kaki kecilnya berayun di kasur dengan penuh semangat.Seakan mengetahui rahasia besar yang mengejutkan.Perkataannya membuat semua orang tertawa.Sofie tertawa dan mengelus kepala Yuaris, kemudian berkata, "Anak ini pintar sekali, dia juga sangat tampan. Di masa depan nanti pasti dia akan menjadi anak dengan bakat yang nggak biasa."Yuaris sangat suka dipuji, dia mengangguk berkali-kali seperti ayam yang sedang mematuk jagung."Kakek memang pintar memilih. Nenek cantik nggak cuma cantik, tapi juga pintar memuji, aku suka Nenek cantik! Kakek, ayo cepat bangun, aku mau bantu Kakek mendapatkan Nenek cantik!"Jeri tertawa dan berjalan mendekati Yuaris, kemudian memukul pantatnya dan menggendongnya.Ada rasa kasih sayang yang tidak bisa disembunyikan dari tatapannya.Yuaris dan Yuna tidak hanya mirip secara fisik, bahkan kemampuan mengobservasi dan pemikirannya yang logis juga mirip dengan Yuna.Di usianya yang baru dua tahun, dia sud
Setelah itu Yuna pergi sambil membawa barang-barangnya.Jeri melihat dokumen-dokumen di tangan Yuna saat wanita itu naik ke mobil, lalu dia mengernyitkan keningnya."Apa kamu akan membantu kak Wendy membuat gugatan?"Yuna menjawab dengan suara berat, "Mm, kenapa?"Jeri melihat Yuna dengan perasaan yang sedikit rumit, lalu berkata, "Kamu tahu betapa rumitnya kasus itu, dan dengan Jordan yang selalu mengawasi. Pria itu akan memfitnah kak Wendy, kalau sampai masalah itu nggak ditangani dengan benar. Apa kamu yakin kamu harus melakukan ini demi mantan suamimu?""Ini bukan demi dia, tapi demi tante Shelvi. Kamu juga dengar saat di Desa Bungaria, tante Shelvi adalah ibu kandung Wano dan kak Wendy, dan dia selalu baik padaku, aku nggak mau kalau dia kehilangan putrinya."Ucapan Yuna membuat Jeri tidak bisa berkata-kata.Mata gelap Jeri terpaku pada Yuna, suaranya jadi sedikit serak."Jangan membuat dirimu dalam bahaya lagi demi Wano, Yuna.""Aku tahu batasnya."Yuna melihat keluar jendela.Ma
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper