Yuaris mengedipkan mata besar hitamnya pada Yudha.Kedua kaki kecilnya berayun di kasur dengan penuh semangat.Seakan mengetahui rahasia besar yang mengejutkan.Perkataannya membuat semua orang tertawa.Sofie tertawa dan mengelus kepala Yuaris, kemudian berkata, "Anak ini pintar sekali, dia juga sangat tampan. Di masa depan nanti pasti dia akan menjadi anak dengan bakat yang nggak biasa."Yuaris sangat suka dipuji, dia mengangguk berkali-kali seperti ayam yang sedang mematuk jagung."Kakek memang pintar memilih. Nenek cantik nggak cuma cantik, tapi juga pintar memuji, aku suka Nenek cantik! Kakek, ayo cepat bangun, aku mau bantu Kakek mendapatkan Nenek cantik!"Jeri tertawa dan berjalan mendekati Yuaris, kemudian memukul pantatnya dan menggendongnya.Ada rasa kasih sayang yang tidak bisa disembunyikan dari tatapannya.Yuaris dan Yuna tidak hanya mirip secara fisik, bahkan kemampuan mengobservasi dan pemikirannya yang logis juga mirip dengan Yuna.Di usianya yang baru dua tahun, dia sud
Setelah itu Yuna pergi sambil membawa barang-barangnya.Jeri melihat dokumen-dokumen di tangan Yuna saat wanita itu naik ke mobil, lalu dia mengernyitkan keningnya."Apa kamu akan membantu kak Wendy membuat gugatan?"Yuna menjawab dengan suara berat, "Mm, kenapa?"Jeri melihat Yuna dengan perasaan yang sedikit rumit, lalu berkata, "Kamu tahu betapa rumitnya kasus itu, dan dengan Jordan yang selalu mengawasi. Pria itu akan memfitnah kak Wendy, kalau sampai masalah itu nggak ditangani dengan benar. Apa kamu yakin kamu harus melakukan ini demi mantan suamimu?""Ini bukan demi dia, tapi demi tante Shelvi. Kamu juga dengar saat di Desa Bungaria, tante Shelvi adalah ibu kandung Wano dan kak Wendy, dan dia selalu baik padaku, aku nggak mau kalau dia kehilangan putrinya."Ucapan Yuna membuat Jeri tidak bisa berkata-kata.Mata gelap Jeri terpaku pada Yuna, suaranya jadi sedikit serak."Jangan membuat dirimu dalam bahaya lagi demi Wano, Yuna.""Aku tahu batasnya."Yuna melihat keluar jendela.Ma
Hati Yuna seperti terpukul ketika memikirkan itu.Yuna memikirkan perasaan khususnya dan reaksi Yudha pada Jeri, dan sebuah dugaan luar biasa melintas di pikirannya.Dugaan itu membuat Yuna tidak bisa menahan kepalan erat di kedua tangannya.Yuna menatap ke arah mobil Jeri pergi, lalu berbisik pelan, "Apa itu kamu, Wano?"Keesokan harinya.Asisten Yuna datang untuk memberi laporan setelah wanita itu memasuki kantornya."Seseorang menunggumu Bu Yuna, dia dari keluarga Brahma."Yuna tahu siapa yang mencarinya setelah mendengar nama itu.Yuna segera berjalan menuju ruang tamu.Yuna mendorong pintu dan melihat seorang wanita sedang berdiri menghadap jendela, dia menggunakan pakaian olahraga, dengan topi bebek di kepalanya serta masker hitam di wajahnya.Yemima Brahma, wanita itu perlahan membalikkan tubuhnya, dan melepas masker di wajahnya ketika mendengar suara."Pengacara Yuna."Yuna tidak banyak bertanya, hanya dari matanya saja dia tahu Yemima tidak hanya melakukan tes DNA dengan Wilis
Shinta melihat Yuna dengan bingung lalu berkata, "Bahkan kalau dia mengganti seluruh organnya, beberapa kebiasaan nggak akan berubah, seperti dia yang suka menyentuh hidungnya ketika merasa tubuhnya akan sakit. Ada apa? Apa kamu meragukan sesuatu?"Yuna menggelengkan kepalanya dan berkata, "Cuma menebak saja. Biarkan Jeri masuk.""Oke."Lima menit kemudian Jeri mendorong pintu dan berjalan masuk.Jeri memegang sebuket bunga di tangannya dengan wajah tampannya yang tersenyum lembut."Selamat hari valentine, pacarku."Jeri menyerahkan bunga itu pada Yuna dengan tatapan penuh perasaan yang sulit disembunyikan.Yuna mengambil bunga itu lalu tersenyum kecil, "Apa tuan Jeri menggunakan cara seperti ini untuk mengejar orang sebelumnya? Aku dengar kamu bahkan menyogok resepsionis firma hukum ini."Jeri tersenyum dan berkata, "Siapa suruh kamu begitu sulit untuk dikejar, aku nggak punya cara lain selain menyogok, kalau nggak aku bahkan nggak akan bisa masuk. Sekarang seluruh orang di firma huku
Yuna menatap pada area 3cm di sebelah kanan dari pusar Jeri.Yuna ingat Wano tertembak di perang Awanpura dan bekas lukanya ada di area itu.Yuna melihat dengan hati-hati untuk waktu yang cukup lama, namun tidak menemukan tanda apa pun.Yuna hanya bisa melihat otot perut Jeri yang kuat dan kulitnya yang putih serta mulus.Yuna merasa bingung untuk sesaat.Apa tebakan Yuna salah?Tepat di saat itu Yuna mendengar tawa nakal Jeri, "Pengacara Yuna sengaja mengotori bajuku cuma untuk melihat otot perutku? Sebenarnya kamu nggak perlu sampai seperti itu, cukup bilang saja padaku."Setelah itu Jeri melepaskan semua kancing dari kemejanya.Membuat otot perut dan dadanya yang sempurna terbuka begitu saja.Pipi Yuna berubah merah dan suaranya jadi sedikit serak."Maaf, tanganku licin barusan, aku akan minta seseorang membelikanmu kemeja baru."Setelah itu Yuna mengambil ponselnya di meja dan menelepon asistennya."Pergilah ke mal terdekat dan belikan kemeja putih merek Levis terbaru ukuran XL."S
Kemudian Jeri tersenyum dan berkata, "Malam ini aku akan mengajakmu makan malam."Jeri dan Yuna berkendara pergi ke Restoran Parisia.Yuna melihat sosok yang begitu familier baginya begitu dia hendak turun dari mobil.Sejenak, dia merasa bingung.Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya ke Jeri.Dia sungguh tidak tahu perasaan apa yang sedang dialaminya saat ini.Sepertinya selama sesaat, ketika dia melihat Wano semua keraguan yang ada di hatinya menghilang begitu saja.Kebetulan saja, Wano dan Liana juga hendak turun dari mobil.Wano menatap Yuna dengan sorot mata yang dalam.Yuna tak bisa menahan kedua tangannya untuk mengepal dengan erat.Kalau Jeri adalah Wano, lalu apa yang terjadi dengan Wano yang sekarang ini.Jelas-jelas dua orang yang sama tidak akan mungkin dapat muncul di satu waktu dan tempat yang sama secara bersamaan.Jeri menurunkan pandangannya dan menatap wajah Yuna yang tampak pucat. Dia tersenyum sambil merangkul bahu Yuna."Kenapa? Apa kamu cemburu melihat mant
Setelah hidangan disajikan, para pelayan itu akhirnya pelan-pelan mulai pergi.Jeri mengambil sebotol anggur dan menuangkan di gelas untuk diberikan pada Yuna. Bibirnya tampak tersenyum bahagia.Dia dan Yuna sudah berpisah selama dua tahun. Namun, setiap malam dia selalu mengingat kenangan-kenangan waktu itu saat dirinya masih bersama dengan Yuna.Rasanya seperti ada seseorang yang menancapkan pisau ke dalam hati Jeri saat dia mengingat hal itu.Begitu nyeri di dada.Setiap kali ada perayaan penting, dia hanya berdiri di tepian pantai dan melihat ke seberang.Rasanya dia ingin terbang ke sisi Yuna dan memeluknya erat-erat.Dia begitu ingin mengatakan pada Yuna bahwa anak mereka masih ada.Namun, begitu memikirkan setiap luka yang diderita Yuna karena dia, semua pikiran-pikiran itu tenggelam ke dalam dasar lautan.Anggur merah itu perlahan mengalir ke dalam gelas dengan aroma yang kuat.Sama seperti suasana hatinya saat ini yang begitu penuh kerinduan pada Yuna.Dia hanya ingin duduk di
Wano terpaku sesaat setelah mendengar ucapan Yuna.Wano menatap kosong ke arah wajah kecil Yuna yang penuh air mata, lalu bertanya, "Kamu sengaja melakukannya?""Kalau nggak, kamu akan terus menipuku seperti orang bodoh dengan identitasmu yang sudah berganti 'kan?""Obat tradisionalmu itu asli atau palsu?"Mata Yuna memerah ketika melihat Wano, suaranya sedikit serak, "Aku tahu ada obat di dalam anggur dan aku masih meminumnya. Aku cuma ingin tahu siapa kamu sebenarnya.""Kamu minta Hans untuk berpura-pura menjadi dirimu demi menyingkirkan kecurigaanku. Kamu bisa menipu Liana, tapi nggak denganku.""Hans selalu memegang rokoknya dengan tangan kiri, sementara kamu menggunakan tangan kanan. Karena itu aku menduga dia bukanlah kamu.""Itu artinya kamu minta dia datang kesini untuk membingungkan penglihatanku.""Apa menarik bermain-main denganku Wano?"Wano tidak tahu harus merasa senang atau sedih setelah mendengar ucapan Yuna.Pengamatan Yuna yang tajam benar-benar tidak ada saingannya.
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper