Pakaian wanita itu memang sederhana, namun tidak bisa menyembunyikan keanggunan dalam fitur wajahnya yang halus.Terlebih lagi, tahi lalat merah di sudut matanya, itu memberikan kesan yang kuat bagi Yuna.Dalam sekali lihat, Yuna yakin bahwa dirinya pasti pernah bertemu dengan orang ini di suatu tempat.Yuna berusaha tenang dan mendekat, lalu tersenyum seraya berkata, "Dokter Sofie, kami ke sini untuk memintamu menyembuhkan ayahku."Sofie tersenyum ramah, "Silakan masuk dan minum air dulu. Aku akan segera siap-siap. Kita bisa segera berangkat sebentar lagi."Beberapa orang itu mengikuti Sofie untuk memasuki halaman lagi.Sofie bertanya selagi merapikan barang-barangnya, "Di antara kalian, mana yang temannya Grace?"Roger yang biasanya berjiwa bebas dan liar buru-buru berdiri, kemudian berkata dengan sopan kepada Sofie, "Itu aku, kami bertemu di Awanpura."Sofie menatap Roger dari atas hingga ke bawah, sorot matanya tampak gembira."Pemuda ini kelihatannya benar-benar berbakat dan sanga
Ruangan itu mendadak hening, mereka bahkan mampu mendengar helaan napas masing-masing.Sofie menitikkan air mata seraya menatap Yudha dalam beberapa saat.Kemudian, dia berjalan mendekati ranjang itu dengan langkah tertatih.Dia meletakkan ujung jarinya perlahan di pergelangan tangan Yudha.Air matanya pun menetes pada saat itu.Dia kemudian mencekal erat lengan Yudha.Melihat reaksi anehnya, Yuna akhirnya teringat di mana dia pernah melihat wanita ini.Ada foto sosok wanita yang selalu disembunyikan sang ayah dalam album pribadinya.Jika tak salah menebak, Sofie-lah sosok wanita itu.Yang satu selalu menyimpan fotonya secara diam-diam, sedangkan satunya lagi menangis setelah melihat ayahnya.Hal semacam ini biasanya terjadi di antara sepasang kekasih.Setelah memikirkannya dengan jelas, Yuna pun memahami segalanya.Sofie adalah kekasih ayahnya bertahun-tahun yang lalu.Namun, sepasang kekasih yang tak beruntung ini akhirnya berpisah dengan menyedihkan, karena tipuan Yuli.Yuna mendeka
Melihat adegan itu, Yuna langsung mengambil tisu dan menyeka air mata ayahnya.Yuna berkata dengan lembut, "Ayah, aku tahu ada banyak hal yang mau Ayah katakan ke Tante Sofie, jadi cepatlah bangun. Kami semua akan menunggumu."Bulu mata Yudha sedikit bergetar, seakan menjanjikan hal tersebut.Sofie mengeluarkan jarum perak dari tasnya, kemudian mulai menusuk titik akupunktur di kepala Yudha.Satu jam kemudian.Akupunktur pertama akhirnya selesai.Yuna bertanya dengan gelisah, "Tante Sofie, bagaimana respons ayahku?"Sofie menjawab sambil berbenah kembali, "Ini bekerja lebih baik dari perkiraanku. Kalau terus begini, pasti ada reaksi nyata dalam seminggu."Yuna seketika memandangnya dengan penuh semangat saat mendengarnya, "Benarkah? Ini luar biasa, ayahku akhirnya bisa selamat. Tante Sofie, Tante sudah bekerja keras seharian, sekarang aku mau mengajakmu makan dulu, baru istirahat ke hotel."Namun, begitu kata-kata itu terucap, Yudha menggenggam tangan Sofie.Mata Yuna terbelalak tak pe
Setiap kata yang Liana utarakan seakan-akan mencerminkan kepercayaan Wano padanya dan rasa jijiknya kepada Yuna.Dia bahkan enggan datang sendiri untuk menjenguk ayahnya.Bagaimana mungkin Yuna tak memahami pikiran licik Liana?Yuna seketika mencibir sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya, kemudian berkata sambil menatap Liana, "Begitu, ya? Kalau begitu, aku harus meneleponnya dan berterima kasih secara langsung. Aku harus berterima kasih padanya karena masih mengingat kebaikan ayahku padanya."Selanjutnya, Yuna berlagak hendak menelepon.Liana pun buru-buru menghentikannya, "Pak Wano sangat sibuk. Dia sedang rapat, jadi jangan mengganggunya.""Dia yang sibuk, atau kamu yang nggak mau dia tahu kalau kamu mengunjungi ayahku tanpa izinnya?"Niat Liana sudah ketahuan, jadi dia tak ingin berpura-pura lagi.Sudut mulutnya membentuk cemoohan tipis, "Yuna, dulu kamu nggak peduli dengan hidup atau matinya dan merampas banyak harta miliknya. Kekejamanmu ini nggak akan pernah bisa membuat kalian
Ucapan itu dengan penuh kasih sayang dan sedikit godaan, membuat Yuna sejenak merasa bahwa orang di hadapannya adalah Wano.Begitu melihat wajah pria itu dengan jelas, pikiran itu seketika lenyap tanpa jejak.Tepat pada saat itu, ponsel Yuna berdering.Yuna langsung mengangkatnya saat tahu bahwa panggilan itu dari Yuaris.Wajah yang awalnya dingin itu segera menampilkan senyuman yang lembut.Suaranya bahkan ikut menjadi lebih lembut, "Sayang."Mendengar Yuna memanggilnya "Sayang", Yuaris merasa begitu gembira. Dia berbaring di tempat tidur sambil menendang-nendangkan kaki mungilnya.Yuaris berkata seraya tersenyum lebar, "Tante, jangan lupa, besok hari ulang tahunku. Aku mau kamu yang pertama merayakannya buatku."Yuna tersenyum dibuatnya, "Tentu saja Tante ingat. Besok, aku akan datang pagi-pagi sekali. Kamu mau hadiah apa?"Yuaris menggerak-gerakkan matanya yang besar dan hitam beberapa kali, lalu berkata, "Aku juga mau Tante mengajak Paman tampan ke sini, boleh, 'kan?"Yuna langsung
Yuna menatapnya dengan sedikit curiga, "Tapi kenapa kamu sepertinya harus selalu mendahuluiku, seolah-olah takut aku tahu. Aku juga sudah tanya ke Kak Maggie dan dia nggak bilang kalau kamu yang melakukannya. Aku sangat senang karena kalian ikut mengunjungi bayiku, tapi kenapa membuatnya kelihatan misterius begini?"Xena tak berani bertindak gegabah ketika menghadapi ketajaman pemikiran Yuna.Dia pun tersenyum tipis, "Kami cuma khawatir nanti kamu memikirkannya terlalu jauh. Kamu dan Wano sudah bertengkar hebat. Kalau sampai tahu aku melakukan ini buat dia, takutnya kamu nanti marah padaku. Karena itu aku nggak pernah bilang."Mendengar ucapannya, Yuna merasa itu bukanlah alasan yang sesungguhnya.Samar-samar, dia merasa bahwa kakak seperguruannya dan Maggie pasti menyembunyikan sesuatu darinya.Namun, dia tak bertanya lebih lanjut.Dia hanya menganggung pelan, "Aku nggak mungkin berpikiran sesempit itu, aku dan dia juga nggak sampai ke titik bermusuhan."Setelah mengatakannya, Yuna pe
Mengapa ucapan Jeri tadi persis dengan yang Wano ucapkan dua tahun lalu?Yuna mengingatnya dengan jelas. Wano selalu bersandar di perutnya untuk mengajari sang bayi setiap harinya.Wano bilang bahwa setelah bayinya lahir, dia akan memukul pantatnya karena sudah menguasai istrinya begitu lama.Namun, waktu Yuaris masih di perut kakaknya, mereka sama sekali tidak mengenal Jeri.Semua teka-teki ini seketika menghampiri Yuna.Dia merasa bahwa matanya seakan-akan tertutup sesuatu. Alhasil, dia tak bisa memahami kejadian ini dengan jelas.Dia kemudian menghampiri Jeri, "Apa kamu pernah bertemu Kak Maggie sebelumnya?"Jeri yang sedang asyik bermain dengan Yuaris, langsung menghentikan gerakannya begitu mendengar pertanyaan itu.Senyumannya membeku detik itu juga.Dia terlalu sibuk membahagiakan Yuaris hingga mengatakan kejujuran tanpa sadar.Jeri pun terkekeh sejenak, "Di tempatku, itu kata-kata yang biasanya dipakai kalau orang dewasa mau menghukum anak-anak."Yuna menatapnya dengan perasaan
Si kecil Yuaris seakan-akan bisa mengerti dengan apa yang Yuna pikirkan. Mungkinkah ini benar-benar ikatan batin antara ibu dan anak?Jeri membawa Yuaris berjalan ke arah sang penjual seraya berkata, "Ingat ucapanmu, ya. Cuma membelikan tantemu, kamu nggak boleh diam-diam memakannya.""Aku tahu."Yuna tengah duduk sambil mengobrol dengan Maggie, saat Jeri tiba-tiba berjalan ke arahnya dengan menggandeng Yuaris dan membawa permen kapas merah muda.Wajah Jeri menyunggingkan senyuman lembut, membuat hati Yuna menghangat seperti paparan sinar matahari.Jeri kemudian berkata dengan lirih, "Yuna, ini buat kamu."Yuna mengambil permen kapas itu dan tersenyum tipis, "Kok kamu bisa tahu kalau aku suka makan ini?"Yuaris memandangnya sambil tersenyum, "Tentu saja karena aku yang memberitahunya. Tante, aku tahu Tante sangat suka dengan permen kapas. Jadi, Tante harus janji sama Yuaris agar nggak sedih lagi. Kalau sedang merindukan kakak, anggap saja Yuaris sebagai dia. Aku akan menyayangimu seper
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper