Bayangan itu memegang obor yang samar, seolah-olah sedang mencari sesuatu.Mulutnya terus berteriak, "Milo, Milo, kamu di mana?"Tiba-tiba sebuah benda kecil muncul dari semak-semak dan menyentuh paha Yuna saat benda itu melintas.Karena ketakutan, Yuna langsung berteriak dan tersentak ke belakang, menjatuhkan diri ke dalam pelukan Jeri.Jeri cukup sigap untuk melindunginya dari belakang dan berkata dengan suara yang dalam, "Jangan takut, cuma anak kucing."Baru pada saat itulah Yuna berani membuka matanya, melihat bayangan di seberang jalan sambil berjongkok dan menggendong anak kucing itu.Bayangan itu terlihat menyadari beberapa dari mereka dan melambaikan obor.Dia bertanya, "Kalian datang untuk mencari Dokter Grace, 'kan?"Mendengar ini, Roger langsung berlari mendekat, "Maaf, Dokter Grace tinggal di mana?"Baru setelah berada dalam jarak dekat, Roger melihat bayangan itu adalah seorang gadis berusia 20-an.Dengan gaun kain kasar sederhana, rambutnya tergerai acak-acakan di bahuny
Cukup tidak asing untuk menciptakan sebuah kesan yang mendalam dalam benaknya.Setelah berpikir, Yuna membuka matanya dan nama seseorang tiba-tiba muncul di benaknya.Vina.Mata dan hidung gadis ini mirip dengan Vina.Mungkinkah ada sesuatu di antara keduanya?Yuna mencoba meronta untuk berdiri dari lantai dan mencari Roger serta Jeri, tetapi dia tidak bisa bergerak karena tangan dan kakinya terikat.Dia memanggil pelan, "Roger ... Pak Jeri."Tidak ada yang menjawab, hanya ada dia.Yuna berteriak lagi sebelum mendengar suara serak yang rendah dari kejauhan."Yuna, aku ada di sini."Suara pria itu terdengar cemas dan khawatir.Suara inilah yang sekali lagi membuat Yuna salah mengira itu adalah Wano yang berada di dalam kegelapan.Dia menjawab, "Pak Jeri, mana Roger?"Jeri menatap Roger di sampingnya dan berkata, "Dia ada di sampingku, pingsan karena terkena obat biusnya lebih banyak. Jangan takut, aku akan segera pergi ke sana."Setelah mengatakan itu, Jeri merangkak di lantai dan sampa
Orang tua ini tidak lain adalah kakek Wano, Wilis Pratama.Akan tetapi, bukankah Wilis dikurung di Mandapura oleh Jordan?Dia juga sudah dalam keadaan koma karena terkena racun.Orang tua di depan mereka ini duduk di depan meja catur sambil bermain catur dengan santai dan nyaman.Yuna tidak sempat berpikir terlalu banyak dan menekan tombol di sebelahnya untuk membuka pintu sebelum bergegas masuk.Tepat saat mereka masuk, pintu kaca secara otomatis tertutup.Seluruh ruangan mulai turun perlahan.Arah turunannya tepat ke arah persnelingnya berputar.Yuna langsung menatap Jeri dengan panik, "Sepertinya kita telah ditipu."Jeri menatap konsol tengah di dalam ruangan dan berkata, "Jangan khawatir, ini adalah konsol pengendali. Selama kita menemukan tombol untuk menghentikan persneling, kita nggak akan mati."Setelah mengatakan itu, Jeri menatap konsol tengah dan mencermatinya secara saksama.Saat ini tawa gadis itu terdengar lagi dari dalam ruangan, "Yuna, ada begitu banyak tombol di konsol
Persneling itu seperti hiu raksasa yang menerkam mereka dengan mulut terbuka.Jeri tiba-tiba menarik Yuna ke dalam pelukannya.Suaranya rendah dan parau karena menahan emosi, "Yuna."Dia memanggilnya dengan lembut.Kemudian memeluk Yuna dengan erat.Seolah-olah dia ingin menggosokkannya ke perutnya sekuat yang dia bisa.Pada saat yang sama, tangannya yang lain menekan sebuah tombol berwarna kuning.Mata semua orang terbelalak ngeri.Menatap tajam ke arah roda gigi itu berputar.Jika mereka menekan tombol yang salah dengan menekan tombol ini, tidak hanya roda gigi tidak akan berhenti, akan ada penyergapan lain di dalam ruangan yang mengarah ke mereka.Bahaya ganda, mereka dalam masalah.Tepat pada saat ini.Suara gemuruh roda gigi yang berputar berangsur-angsur menjadi pelan hingga akhirnya menghilang.Roda gigi itu berhenti kurang dari satu meter dari mereka.Mata Yuna membelalak ngeri saat menoleh untuk melihat Jeri dan suaranya bergetar."Jeri, kita selamat."Jeri tersenyum dan mengu
Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya setelah mendengar kata-kata ini, "Mustahil, kamu berbicara omong kosong. Sejak awal ayahku dibunuh oleh Yogi dan orang yang membunuhnya bukan Tuan."Yuna tersenyum tenang, "Dia bisa dianggap melindungimu, tapi pada kenyataannya, dia telah menggunakanmu sebagai alat tawar-menawar untuk mengendalikan Vina. Kalau nggak, ibumu nggak akan begitu ceroboh dengan hidup dan matinya sendiri untuk menjual nyawanya untuknya. Aku nggak pernah tahu kenapa Vina dengan sukarela mendengarkan manipulasi seseorang. Baru setelah aku melihatmu, aku bisa memahami semuanya.""Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa ibumu sangat mirip dengan Vina? Pria itu pasti nggak memberitahumu kalau mereka adalah saudara kembar.""Putri kandung dari kakek tua yang kamu kurung ini, orang itu sudah mengetahui rahasia ini sejak lama, tapi nggak pernah memberi tahu Vina karena dia ingin memiliki kendali penuh atas dirinya.""Baik itu ayahmu atau ibumu, kehidupan mereka yan
Yuna melangkah mendekat dan berkata, "Mereka selalu mencarimu dan mencoba segala cara untuk menyelamatkanmu."Wilis menggeleng seraya berkata, "Kalau aku ikut pergi, si berengsek itu akan tahu kalau kalian sudah menemukan rahasianya. Semua rencana kalian setelah ini akan gagal.""Aku tetap di sini aja. Dia nggak akan berbuat macam-macam padaku. Aku juga masih harus memberinya pelajaran. Kalau nggak, menurutmu buat apa aku bertahan hidup sampai sekarang?""Kalian pergi saja, anggap seolah-olah nggak ada yang terjadi. Biar aku dan cucuku sendiri yang menghadapi orang berengsek ini sendiri.""Kakek Pratama."Yuna ingin mengatakan sesuatu, namun Jeri yang ada di belakang langsung menahannya.Dia mengerutkan kening sambil menatap Wilis, "Yuna, Kakek benar. Kalau dia pergi, rencana Wano akan gagal. Tenang saja, aku akan mengirim orang untuk mengawasi tempat ini agar Kakek selalu aman."Yuna begitu ingin menyelamatkan Wilis. Dengan begitu, dia harap Wano dapat mengerahkan segala kekuatannya d
Pakaian wanita itu memang sederhana, namun tidak bisa menyembunyikan keanggunan dalam fitur wajahnya yang halus.Terlebih lagi, tahi lalat merah di sudut matanya, itu memberikan kesan yang kuat bagi Yuna.Dalam sekali lihat, Yuna yakin bahwa dirinya pasti pernah bertemu dengan orang ini di suatu tempat.Yuna berusaha tenang dan mendekat, lalu tersenyum seraya berkata, "Dokter Sofie, kami ke sini untuk memintamu menyembuhkan ayahku."Sofie tersenyum ramah, "Silakan masuk dan minum air dulu. Aku akan segera siap-siap. Kita bisa segera berangkat sebentar lagi."Beberapa orang itu mengikuti Sofie untuk memasuki halaman lagi.Sofie bertanya selagi merapikan barang-barangnya, "Di antara kalian, mana yang temannya Grace?"Roger yang biasanya berjiwa bebas dan liar buru-buru berdiri, kemudian berkata dengan sopan kepada Sofie, "Itu aku, kami bertemu di Awanpura."Sofie menatap Roger dari atas hingga ke bawah, sorot matanya tampak gembira."Pemuda ini kelihatannya benar-benar berbakat dan sanga
Ruangan itu mendadak hening, mereka bahkan mampu mendengar helaan napas masing-masing.Sofie menitikkan air mata seraya menatap Yudha dalam beberapa saat.Kemudian, dia berjalan mendekati ranjang itu dengan langkah tertatih.Dia meletakkan ujung jarinya perlahan di pergelangan tangan Yudha.Air matanya pun menetes pada saat itu.Dia kemudian mencekal erat lengan Yudha.Melihat reaksi anehnya, Yuna akhirnya teringat di mana dia pernah melihat wanita ini.Ada foto sosok wanita yang selalu disembunyikan sang ayah dalam album pribadinya.Jika tak salah menebak, Sofie-lah sosok wanita itu.Yang satu selalu menyimpan fotonya secara diam-diam, sedangkan satunya lagi menangis setelah melihat ayahnya.Hal semacam ini biasanya terjadi di antara sepasang kekasih.Setelah memikirkannya dengan jelas, Yuna pun memahami segalanya.Sofie adalah kekasih ayahnya bertahun-tahun yang lalu.Namun, sepasang kekasih yang tak beruntung ini akhirnya berpisah dengan menyedihkan, karena tipuan Yuli.Yuna mendeka
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper