Mendengar panggilan yang selalu terbayang dalam mimpinya, membuat Yuna tak bisa menahan lagi.Dia bersandar dalam dekapan Yudi seraya terisak begitu hebatnya.Segala kerinduan akan buah hatinya kembali menderanya.Dalam dua tahun terakhir, dia terus berusaha menekan emosinya agar dirinya tak memikirkan anak itu lagi.Dia memusatkan seluruh energinya demi pekerjaan semata.Dia mengira bahwa dirinya telah melupakannya.Namun, begitu mendengar panggilan kekanak-kanakan Yuaris, hatinya terasa hancur seketika.Yuna tahu bahwa Yuaris berkata demikian hanya untuk menghiburnya. Dia juga tahu bahwa Yuaris bukanlah anaknya yang hilang.Akan tetapi, saat ini, dia ingin mengalihkan semua angan-angan tentang anaknya kepada Yuaris.Mata Yudi seketika merebak saat melihat pemandangan ini.Dia mengusap kepala Yuna seraya berkata, "Sudahlah, jangan menangis lagi. Sekarang kamu pasti tahu kalau ada banyak orang yang menyayangimu. Kamu harus bahagia. Biarkan Paman Yudha pergi tanpa ada penyesalan."Yuna
Bahkan, dia selalu ditemani Zakri setiap kali menghadiri berbagai acara.Ini adalah pertama kalinya Wano mengajak Liana.Itu sebabnya dia perlu bersiap sebaik mungkin.Begitu keluar dari kantor, Liana segera melaporkan kejadian itu kepada seseorang.Jordan menyeringai seketika saat mendengar laporannya.Sosok asisten di belakangnya pun berkata, "Suruh Hans mengirim surat undangan buat Yuna. Aku ingin lihat apakah mereka berdua masih saling punya perasaan atau nggak."Di sisi lain.Yuna tetap menemani Yudha, sedangkan Zanny yang kembali setelah membeli makanan kebetulan saja melihat Luna dan Yanuar keluar kantor bersama.Zanny pun menggertakkan giginya. Dia berpura-pura tak melihat apa pun dan langsung melewatinya.Begitu melihatnya, Luna seketika berhenti dan berinisiatif untuk menyapanya."Nona Zanny, apa kamu mau menemui Paman Yudha?"Zanny berbalik perlahan dan menatap Luna dengan ekspresi datar, "Dokter Luna, ada apa, ya?"Luna berkata seraya tersenyum, "Nggak ada apa-apa, kok. Aku
Wano berpakaian serba hitam. Dia juga mengenakan topi bisbol dan masker berwarna hitam.Dia melangkah perlahan-lahan menuju Yuna.Dia menatap wajah letih Yuna cukup lama hingga akhirnya tak bisa menahan lagi.Melihat wajah ini lagi, membuat hati Wano merasakan sakit yang mendalam.Matanya seketika merebak, dengan tenggorokan yang terasa perih, seolah-olah tertusuk oleh sesuatu.Dia berkata dengan lirih, "Yuna, maafkan aku."Dia tak mengerti harus berkata apa untuk sekarang, kecuali meminta maaf.Dia pernah berjanji kepada Yuna, bahwa dirinya akan menemukan sosok ahli pengobatan tradisional untuk membangunkan Yudha. Namun, dia tak kunjung menemukan orang itu setelah mencarinya selama dua tahun.Dia juga berjanji pada Yuna, bahwa dirinya akan membantu Yudha menemukan putrinya. Akan tetapi, masih belum ada kabar hingga saat ini.Semua janjinya kepada Yuna tak ada yang terpenuhi sama sekali.Termasuk perasaan di antara keduanya.Wano memegang tangan mungil Yuna yang terasa lembut dalam tel
Suster itu melihat Yuna berjalan menghampirinya tepat di saat dirinya berada dalam situasi sulit.Suster itu segera melihat Yuna dan berkata, "Coba lihat Bu Yuna, wanita tua ini memaksa ingin membawa pergi pak Yudha."Wajah Yuna terlihat tenang dengan tatapannya yang dingin saat melihat Nuria."Ayahku sudah melewati 2 operasi besar, tapi 1 kali pun kamu nggak pernah datang menjenguknya. Kamu bekerja sama dengan orang lain untuk memprovokasi ayah, dan membuatnya hampir kehilangan nyawa setelah dia pulih dari operasinya.""Ayah nggak sadar selama 2 tahun dan nggak ada seorangpun dari Keluarga Qalif datang menjenguknya.""Kamu pikir aku nggak tahu apa tujuanmu datang, setelah melihat kondisinya yang kritis sekarang?"Nuria memarahi Yuna ketika mendengar ucapannya, "Kamu nggak punya hubungan darah dengan Yudha, seluruh aset miliknya seharusnya jadi milikku, ibunya. Jangan mencoba mengambil keuntungan sedikitpun dariku."Yuna mencibir, "Ternyata benar karena aset milik ayah. Jangan lupa aku
Pergerakan kecil Yudha masih bisa terlihat oleh Yuna.Yuna segara berlari menghampiri dan menatap tangan Yudha, lalu berkata, "Coba bicara pada kakek lagi, Yuaris."Yuaris melihat Yuna begitu terkejut, hatinya seperti menduga sesuatu.Yuaris naik ke ranjang Yudha menggunakan kursi.Lalu Yuaris berbaring di samping Yudha dan memeluk lehernya, "Kakek, aku sangat merindukanmu, cepatlah bangun dan main denganku ya?"Setelah itu Yuaris mengecup wajah Yudha.Hal itu semakin menstimulasi Yudha sehingga jarinya kembali bergerak.Kalau sebelumnya adalah kebetulan, lalu kali ini apa?Sekali lagi muncul harapan bagi Yuna.Yuna segera menekan bel.Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, dan berkata, "Reaksi pak Yudha menunjukkan anak itu adalah orang yang paling dia sayang. Biarkan anak itu sering datang kesini untuk menstimulasi pak Yudha, dan mungkin akan terjadi keajaiban."Yuna begitu senang setelah mendengar ucapan dokter.Yuna tidak akan menyerah meskipun hanya ada secuil harapan.Yuna la
Keesokan harinya.Yuna dan Jeri bertemu di kantor presdir Grup Zero.Yuna mengetuk pintu kantor, lalu melihat sesosok tubuh tinggi dan tegap berdiri di depan jendela.Pria itu mengenakan kemeja putih dan celana abu, sambil menghisap rokok di tangannya dengan malas.Sekelebat cahaya muncul di mata gelap pria itu, ketika melihat Yuna berjalan masuk, namun cahaya itu segera menghilang.Pria itu mematikan rokok di tangannya, lalu berjalan menghampiri Yuna sambil tersenyum.Pria itu berkata dengan lembut namun sedikit serak, "Bu Yuna, saya banyak mendengar tentang Anda."Yuna mengulurkan tangannya dengan sopan, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Pak Jeri, senang bertemu dengan Anda."Ketika ujung jari Yuna dan Jeri saling bersentuhan, wanita itu merasa ujung jarinya seperti tersengat oleh sesuatu.Sengatan itu seperti arus lemah, yang kemudian menyebar ke seluruh tubuhnya mulai dari ujung jarinya.Yuna merasa seperti akrab tapi tidak akrab dengan perasaan dari sengatan itu.Semenjak Yuna be
Tatapan mata Jeri menggelap sesaat lalu berkata, "Kamu jawab apa?""Saya takut membuka kartu, jadi saya bilang 5ml susu dan 5gr gula."Jeri menghela napas panjang karena merasa lega setelah mendengar ucapan asistennya itu.Yuna selalu peka, jejak apa pun bisa terbongkar olehnya.Kalau hari ini Yuna tahu cangkir kopi itu berisi 3ml susu tanpa gula, wanita itu bisa semakin curiga pada identitas Jeri.Jeri melambaikan tangan pada asistennya agar keluar.Meninggalkan Jeri duduk sendirian di kursi, dia melihat nama yang di tanda-tangani oleh Yuna di atas dokumen, lalu mengusapnya lembut dengan ujung jarinya.Jeri berkata dengan suaranya yang amat serak, "Aku sedang melindungimu, Yuna."Yuna turun dari atas lalu segera menelepon Shinta.Shinta segera menjawab panggilan itu dan berkata, "Apa pertemuannya lancar Yuna?""Sangat lancar, kontraknya sudah di tanda-tangani, dan langkah selanjutnya adalah proses mengumpulkan bukti. Apa kamu menemukan sesuatu yang menarik ketika memeriksa Jeri?"Shin
"Mungkinkah aku kembali bersatu dengan orang yang telah melukaiku begitu dalam?""Bu Liana, fokuslah pada pekerjaanmu. Jangan mengganggu, saya bukan orang yang bisa kamu ganggu."Setelah selesai berbicara, dia dan Roger berjalan menuju aula.Baru saja melangkah keluar, dia sudah melihat Wano.Pria itu masih tinggi dan tegap, wajahnya yang tegas masih menunjukkan aura dingin.Saat melihat Yuna, raut wajahnya menjadi muram.Dua orang yang pernah saling mencintai, sekarang harus berpura-pura menjadi musuh.Hanya mereka yang tahu rasa sakit ini.Wano tersenyum tipis lalu membuka percakapan, "Pengacara Yuna, mulutmu masih tajam sekali ya? Sampai membuat sekretarisku terdiam. Pantas saja kamu dijuluki 'ratu mulut pedas' di dunia hukum."Yuna tampak dingin dan acuh tak acuh, matanya yang indah seperti buah aprikot tidak menunjukkan emosi apa pun. "Pak Wano, sudah tahu. Jangan biarkan anjingmu berkeliaran dan menggigit orang sembarangan. Nggak semua orang bisa diganggu, seperti aku."Setelah s
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper