Wano melihat adegan panas di dalam ponsel itu sambil tersenyum. Suaranya seperti mantra yang membuat Yuna terpaku di sana.Yuna bahkan tidak berani bernapas.Suara laki-laki dan perempuan yang terengah-engah di dalam video itu terdengar jelas.Yuna merasa seperti terbakar, kulitnya pun memanas.Mata aprikot yang indah itu tampak teduh, membuat orang yang melihatnya ikut terhanyut.Yuna tergagap-gagap, "A, aku nggak sengaja membukanya. Kalau aku tahu itu film dewasa, aku juga malas menontonnya. Suamiku, kamu harus percaya denganku."Wano tidak dapat menolak ketika Yuna memohon dengan suara yang begitu lembut.Dia berbisik ke Yuna, "Istriku, setelah kamu melahirkan, aku akan melakukan semua gaya yang kamu inginkan. Kamu nggak perlu mempelajarinya lagi.""Mana ada, sudah kubilang aku nggak sengaja membukanya, kenapa kamu masih nggak percaya?"Yuna agak sedih. Pertama kalinya dia ingin menonton video dewasa, tapi malah kepergok oleh suaminya.Mata Yuna yang sembap itu menatap Wano.Wano te
Sekarang, impian Yuna pun tercapai.Hati Yuna seperti sarang madu, setiap kali berdetak pasti mengeluarkan rasa manis.Wano pun tidak bisa mengendalikan perasaannya.Dia menunduk lalu mengecup bibir lembut itu.Tangan Wano perlahan membelai rambut Yuna dan menciumnya dengan mesra.Mereka telah berulang kali berpisah dan bersatu. Setelah semua masalah berakhir, mereka pun tampak bahagia karena bisa kembali bersama.Entah berapa lama waktu berlalu hingga Wano melepaskan pelukannya.Dia mencium pipi Yuna.Suaranya serak, "Istriku, banyak hal yang terjadi kemarin malam. Kita pun melewatkan malam pernikahan kita. Aku akan menebusnya malam ini."Yuna menatapnya dengan wajah memerah, "Bukannya malam pernikahan itu setelah resepsi pernikahan?""Kita sudah mengurus akta nikah kemarin. Kebetulan kamu akan memasuki trimester dua saat hari pernikahan, jadi aku bisa memuaskanmu."Ucapan Wano membuat wajah Yuna semakin memerah.Yuna mendorongnya, "Kamu genit sekali. Aku bisa menuntutmu atas peleceha
Pelayan yang membantu Yuna memakai gaun pengantin itu pingsan, sedangkan Yuna menghilang.Ponsel Yuna tidak aktif ketika Wano menghubunginya.Wano tampak geram sembari menggenggam erat ponselnya.Dia tidak menduga bahwa pihak lawan akan menculik Yuna di toko gaun pengantin.Rumah mereka dijaga dengan ketat, bahkan seekor lalat pun tidak bisa masuk. Para pengawal pun mengikuti mereka saat mengemudi.Dia pikir ini sudah aman.Namun Wano telah meremehkan kemampuan pihak lawan yang dapat menemukan toko gaun pengantin tersebut.Wano segera menelepon Zakri, "Yuna hilang, bawa pengawal ke sini."Beberapa detik kemudian, belasan pengawal masuk ke dalam ruang ganti untuk mencari Yuna.Tiba-tiba seseorang berseru, "Tuan Wano, ada jalan rahasia di balik ruang ganti ini. Nyonya Lasegaf pasti pingsan lalu dibawa pergi lewat sini.""Cepat kejar."Mereka pun bergegas menelusuri jalan rahasia tersebut.Toko gaun pengantin itu terletak di jalan komersial di Kota Burma, dengan pusat perbelanjaan di kedu
Waktu pun berlalu, petunjuk datang silih berganti.Wano mondar-mandir beberapa kali.Amarahnya memuncak.Dia tahu bahwa semakin lama dia menunda, semakin berbahaya bagi Yuna dan anaknya.Qirana telah melarikan diri dari penjara dan tidak punya niat untuk hidup lagi.Dia ingin mati bersama dengan Yuna.Wano tampak kesulitan bernapas ketika memikirkan hal itu.Dia memencet papan tuts komputer, mencari petunjuk tanpa henti.Di sisi lain.Yuna tersadar dan mendapati dirinya terbaring di atas dek kapal.Tangan dan kakinya diikat.Suara gemercik air laut terus terdengar.Yuna segera bangun dan menyadari dirinya telah diculik.Dia teringat setelah dia memakai gaun pengantinnya, tiba-tiba mulutnya dibungkam dan tercium bau yang menyengat.Seketika dia pun hilang kesadaran.Dia bahkan tidak melihat wajah penculiknya dengan jelas.Suara ombak terus terdengar, fobia akan laut pelan-pelan menyelubungi dirinya.Dia memperingati dirinya sendiri untuk tidak panik dan harus keluar hidup-hidup dari tem
Kepala Yuna membentur keras lantai dek kapal tersebut.Darah segar terlihat bercucuran di dahinya.Meskipun begitu, dia masih memperhatikan ucapan Qirana.Qirana berkata jangan bermimpi menjadi Nona Keluarga Saradan.Apa hubungan Nona Keluarga Saradan dengan dirinya?Yuna memandang Qirana sambil berkata, "Apa kamu nggak keliru, aku adalah putri Yudha dan tidak ada kaitannya dengan Keluarga Saradan."Usai mendengar hal itu, Qirana terkekeh."Sepeduli itukah mereka dengan janin di perutmu? Nggak ada satu pun yang berani memberitahumu hal sepenting ini, baiklah, biar kukatakan.""Mereka takut kamu syok dan keguguran, tapi aku nggak. Justru aku berharap anak itu mati.""Dengarkan aku, Yuna. Kamu bukan anak Yudha dan Yuli, kamu adalah orang dengan tanda lahir kelopak mawar yang selama ini dicari oleh Keluarga Saradan.""Kamu adalah anak Juna dan Maya. Kaget bukan? Pria yang selalu menentangmu, ternyata adalah Ayah kandungmu.""Hahaha, demi menolongku dia nggak segan menyakitimu. Kalau kamu
Qirana menyenggol sebuah jerigen bensin dan isinya pun tumpah.Yuna tahu bahwa Qirana sudah mempersiapkan semuanya.Qirana menginginkan nyawa anaknya sekaligus nyawanya.Yuna mundur beberapa langkah.Namun, tangan dan kakinya masih terikat, jadi dia bergerak dengan sangat lambat.Qirana sudah berdiri sedangkan Yuna masih belum beranjak dari tempat semula.Qirana mengeluarkan korek api dari sakunya."Pop" api biru itu menyala.Yuna tahu apabila korek api itu jatuh, maka seluruh kapal akan terbakar. Dia juga tidak akan bisa melarikan diri.Dia segera menghentikan, "Qirana, aku tahu kamu ingin aku mati, tapi begitu apinya menyambar, kamu juga nggak bisa kabur."Qirana mencibir, "Kuberitahu, kami sudah mengatur semuanya. Saat kebakaran terjadi, sebuah helikopter akan datang menyelamatkanku. Hanya kamu satu-satunya yang tersisa di sini.""Kamu akan berubah menjadi tumpukan abu ketika Wano menemukanmu, hahaha.""Qirana, hentikan. Mereka nggak akan menolongmu. Mereka hanya memanfaatkanmu. Kal
Wano berlari gila-gilaan menuju kebakaran. Akan tetapi, beberapa pengawal langsung menahannya."Pak Wano, ini sangat berbahaya. Ada bensin di dalamnya, jadi apinya nggak akan bisa dipadamkan.""Minggir! Aku mau menyelamatkan Yuna. Aku mau menyelamatkan anakku.""Pak Wano, Anda bisa tewas kalau masuk. Biar kami saja yang masuk."Wano menghantam para pengawal satu per satu hingga tersungkur ke tanah. Tanpa memedulikan siapa pun yang berusaha menghentikannya, dia membasahi pakaiannya dengan air laut, lalu berlari masuk ke dalam kobaran api.Sembari berlari, dia terus berteriak, "Yuna, aku datang menyelamatkanmu, di mana kamu?"Hanya saja, meskipun sudah sekian lama mencari, dia tak kunjung menemukan Yuna.Tepat ketika dia hendak menuju lantai atas, tiba-tiba saja terdengar suara yang akrab di telinganya."Kak Wano, selamatkan aku!"Wano seketika menoleh, kemudian dia melihat Qirana yang terikat pada tiang listrik dan dikelilingi kobaran api.Melihat hal ini, jantung Wano berdebar kencang.
Sebelum ketua Tim SAR sempat menyelesaikan ucapannya, Wano langsung menyela."Teruslah mencari, dia pasti masih hidup!"Meskipun dia tahu betapa terancamnya kondisi Yuna, dia tetap percaya bahwa Yuna tidak akan pernah meninggalkannya.Yudi menatapnya dengan raut wajah serius, "Sekujur tubuh Qirana terbakar. Wajahnya rusak dan dia kehilangan pita suaranya. Juna sudah menyelamatkannya. Haruskah kita mengirim orang untuk menangkapnya?"Mendengar nama itu, membuat Wano menggertakkan giginya, "Buat dia hidup apa pun yang terjadi. Kalau sampai mati begitu saja, bukankah itu justru menguntungkan dirinya?"Yudi mengangguk, lalu berkata dengan muram, "Wano, kita harus siap secara mental."Dia menepuk pundak Wano keras seraya berkata dengan penuh kesedihan.Dengan badai sebesar itu, peluang Yuna untuk bertahan hidup sangatlah kecil, terlebih lagi dia memiliki fobia terhadap laut dalam.Andai itu sungai, airnya tidak akan terlalu deras dan dalam, jadi ada kemungkinan dia masih bisa selamat.Namun
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper