Qirana menyenggol sebuah jerigen bensin dan isinya pun tumpah.Yuna tahu bahwa Qirana sudah mempersiapkan semuanya.Qirana menginginkan nyawa anaknya sekaligus nyawanya.Yuna mundur beberapa langkah.Namun, tangan dan kakinya masih terikat, jadi dia bergerak dengan sangat lambat.Qirana sudah berdiri sedangkan Yuna masih belum beranjak dari tempat semula.Qirana mengeluarkan korek api dari sakunya."Pop" api biru itu menyala.Yuna tahu apabila korek api itu jatuh, maka seluruh kapal akan terbakar. Dia juga tidak akan bisa melarikan diri.Dia segera menghentikan, "Qirana, aku tahu kamu ingin aku mati, tapi begitu apinya menyambar, kamu juga nggak bisa kabur."Qirana mencibir, "Kuberitahu, kami sudah mengatur semuanya. Saat kebakaran terjadi, sebuah helikopter akan datang menyelamatkanku. Hanya kamu satu-satunya yang tersisa di sini.""Kamu akan berubah menjadi tumpukan abu ketika Wano menemukanmu, hahaha.""Qirana, hentikan. Mereka nggak akan menolongmu. Mereka hanya memanfaatkanmu. Kal
Wano berlari gila-gilaan menuju kebakaran. Akan tetapi, beberapa pengawal langsung menahannya."Pak Wano, ini sangat berbahaya. Ada bensin di dalamnya, jadi apinya nggak akan bisa dipadamkan.""Minggir! Aku mau menyelamatkan Yuna. Aku mau menyelamatkan anakku.""Pak Wano, Anda bisa tewas kalau masuk. Biar kami saja yang masuk."Wano menghantam para pengawal satu per satu hingga tersungkur ke tanah. Tanpa memedulikan siapa pun yang berusaha menghentikannya, dia membasahi pakaiannya dengan air laut, lalu berlari masuk ke dalam kobaran api.Sembari berlari, dia terus berteriak, "Yuna, aku datang menyelamatkanmu, di mana kamu?"Hanya saja, meskipun sudah sekian lama mencari, dia tak kunjung menemukan Yuna.Tepat ketika dia hendak menuju lantai atas, tiba-tiba saja terdengar suara yang akrab di telinganya."Kak Wano, selamatkan aku!"Wano seketika menoleh, kemudian dia melihat Qirana yang terikat pada tiang listrik dan dikelilingi kobaran api.Melihat hal ini, jantung Wano berdebar kencang.
Sebelum ketua Tim SAR sempat menyelesaikan ucapannya, Wano langsung menyela."Teruslah mencari, dia pasti masih hidup!"Meskipun dia tahu betapa terancamnya kondisi Yuna, dia tetap percaya bahwa Yuna tidak akan pernah meninggalkannya.Yudi menatapnya dengan raut wajah serius, "Sekujur tubuh Qirana terbakar. Wajahnya rusak dan dia kehilangan pita suaranya. Juna sudah menyelamatkannya. Haruskah kita mengirim orang untuk menangkapnya?"Mendengar nama itu, membuat Wano menggertakkan giginya, "Buat dia hidup apa pun yang terjadi. Kalau sampai mati begitu saja, bukankah itu justru menguntungkan dirinya?"Yudi mengangguk, lalu berkata dengan muram, "Wano, kita harus siap secara mental."Dia menepuk pundak Wano keras seraya berkata dengan penuh kesedihan.Dengan badai sebesar itu, peluang Yuna untuk bertahan hidup sangatlah kecil, terlebih lagi dia memiliki fobia terhadap laut dalam.Andai itu sungai, airnya tidak akan terlalu deras dan dalam, jadi ada kemungkinan dia masih bisa selamat.Namun
Mendengar perkataannya, tinju Juna yang baru saja melayang langsung terhenti di udara.Dia memerlukan beberapa saat, sebelum mampu menggelengkan kepala tak percaya, "Nggak mungkin, bagaimana bisa dia adalah putriku?"Yudi menatapnya dengan pilu, "Kamu bukan nggak percaya sama fakta ini, tapi kamu nggak bisa menerima perbuatanmu pada putri kandungmu sendiri! Demi Qirana, kamu tega menyakiti Yuna berkali-kali. Kali ini, kamu bahkan membantunya kabur dari penjara dan melukai Yuna hingga keberadaannya tak diketahui seperti sekarang.""Pak Juna, kalau Yuna tahu dia mempunyai ayah sepertimu, dia pasti akan sangat sedih. Apalagi kalau sampai dia meninggal, maka kamulah pembunuhnya."Yudi yang selama ini sopan dan lembut, akhirnya membentak sang ayah untuk pertama kalinya.Ketika memikirkan bahwa semua ini berkaitan dengan ayahnya, kebenciannya terhadap sang ayah semakin meningkat.Andai dia tak selingkuh dan membuat wanita itu hamil, ibunya tidak akan meninggal dan Yuna tidak akan pernah bera
Juna merasakan sakit yang menusuk pada lengan dan pahanya ketika diseret menuju mobil.Dia tahu bahwa tulangnya pasti ada yang patah.Namun, rasa sakit ini tak sebanding dengan luka dalam hatinya.Juna memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit. Dia berbaring di kursi belakang seraya menangis dengan keras.Begitu mobil mereka keluar, sebuah mobil balap berwarna perak masuk dan berhenti di tempat parkir.Yanuar memberikan Zanny selembar tisu, lalu menenangkannya dengan pelan, "Jangan menangis lagi, kamu sudah menangis selama beberapa hari. Wano pasti lebih sedih darimu. Kita ke sini buat menjenguknya, bukan untuk menambah bebannya."Semakin Zanny menyekanya, semakin deras pula air matanya.Melihat ayunan di halaman, serta anjing samoyed putih yang duduk diam di depan pintu, membuat hati Zanny terasa semakin pilu.Yuna telah hidup di sini selama tiga tahun. Dia telah mencurahkan seluruh masa muda dan cintanya di tempat ini.Setiap bunga dan tanaman yang ada di sini tak luput dari sentu
Tatapan Wano seketika menjadi suram.Dia paham betul betapa pentingnya Data Teknologi Chip itu bagi Grup Lasegaf.Wano telah menghabiskan waktu lima tahun dan mengeluarkan lebih dari puluhan miliar demi mengembangkan teknologi chip ini. Alhasil, dia mampu mengatasi monopoli chip dari Negara Mandapura.Jika data ini hilang, kemungkinan besar produk-produk mereka selanjutnya tidak akan bisa diluncurkan ke pasaran.Hal ini bisa menimbulkan kerugian yang besar.Wano langsung meletakkan ponselnya dan masuk ke ruang kerjanya. Dia kemudian melacak data yang hilang melalui sistem komputernya.Ketika Yanuar dan Zanny masuk, dia tengah menatap komputernya dengan muram.Mendengar suara mereka, dia tak berniat menatap sedikit pun dan terus mengetik pada keyboardnya.Melihat sikapnya ini, Yanuar mengerti kalau ada yang tidak beres.Dia bergegas mendekat dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu sama perusahaan?"Wano berkata lirih dengan suara seraknya, "Sistem keamanannya diretas dan Data Teknologi Chipn
"Yanuar, kenapa kamu masih saja terus bermain dan membuat orang nggak bisa tidur."Dia menggosokkan wajahnya pada paha Yanuar beberapa kali. Napasnya yang hangat pun terasa menyembur perut bagian bawah Yanuar.Yanuar seketika merasakan sensasi kebas seakan-akan ada arus listrik yang melintasi sekujur tubuhnya.Yanuar menghentikan apa yang dilakukannya, lalu membelai kepala Zanny dengan lembut seraya berbisik, "Iya, akan kupelankan, tidurlah lagi."Mendengar suara itu, Zanny semakin yakin kalau dia tengah berbaring di sofa rumahnya sendiri.Yang ada di bawah kepalanya pastilah bantal anak sapi miliknya.Dia beberapa kali memeluk pinggang Yanuar dengan seenaknya dan mengusap-usapkan wajahnya pada paha Yanuar.Yanuar pun bergumam, "Kalau banyak tingkah lagi, aku pasti akan memberimu pelajaran."Hanya saja, tindakannya ini benar-benar tak bisa membuat Yanuar konsentrasi dalam pekerjaannya.Dia kemudian menunduk dan memandang wanita mungil dalam pangkuannya, serta bibir mungil yang senantia
Sambil berbicara, Yanuar mengulurkan tangan besarnya untuk membelai pipi Yuna dengan lembut.Yanuar perlahan menundukkan wajahnya. Dalam mata cokelat pekatnya, terpancar sinar gairah kecil dan bibirnya menunjukkan senyum.Gairah napas Yanuar yang panas menerpa wajah Zanny.Hal itu membuat hati Zanny berdebar kencang tanpa alasan.Ketika kedua bibir tersebut hendak saling bersentuhan, Zanny tiba-tiba tersadar.Dia segera menutup bibir Yanuar dengan tangannya dan berkata, "Dasar pria brengsek! Kamu memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan dariku, jangan harap!"Yanuar menaikkan kedua alisnya dan menatap Zanny sambil berkata, "Apakah kamu pikir kompensasi yang aku katakan barusan itu adalah dengan menciummu?"Zanny berkata, "Bukankah memang begitu?"Yanuar terkekeh pelan, "Awalnya, aku ingin kamu memasak untukku sebagai ganti kompensasi. Kalau ditukar dengan cara itu, aku justru nggak keberatan."Setelah berkata hal itu, dia menundukkan kepala dan menciumnya.Zanny tampak te
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper