Shelvi tengah memakai gaun pesta biru muda. Akan tetapi, ketika lampu gantung itu menghantam punggungnya, gaun itu berubah menjadi merah cerah.Darah segar mengalir dari tubuhnya.Hans yang melihat kejadian itu seketika berlari mendekat.Suaranya belum pernah terdengar sepanik ini, "Bu, kenapa bisa begini?"Shelvi memejamkan mata sejenak karena kesakitan. Namun, dia tersenyum lega ketika melihat Yogi tak terluka sama sekali.Begitu hendak mengatakan sesuatu, Shelvi sudah pingsan terlebih dahulu.Hans segera menggendong Shelvi keluar.Melihat keadaan tersebut, Wano segera memberikan perintah kepada Zakri, "Tutup tempat ini, periksa rekaman CCTV dan cari tahu siapa yang mengotak-atik lampu gantungnya.""Baik, Pak Wano."Dia kemudian mendekati Yuna dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih, "Tenanglah, aku mau memeriksanya dulu. Aku akan meminta Yudi dan lainnya untuk membantumu mengatasi situasinya."Yuna ketakutan hingga matanya memerah ketika melihat banyak darah yang keluar dari tubuh
"Menurutku, ada orang yang mau ambil keuntungan dari situasi ini untuk melanjutkan rencananya."Mendengar gagasan itu, Hans seketika berkata, "Lindungi Yuna, mereka pasti akan menargetkan Yuna."Yogi melirik Hans sekilas. Entah mengapa, dia merasa bahwa mata dan alis Hans mirip dengannya.Jika bukan karena dirinya yang tidak pernah bermain dengan wanita di luar sana, dia pasti mengira bahwa Hans adalah anak kandungnya di luar pernikahan.Dia memandang Hans dengan keheranan, "Bagaimana bisa ibumu punya fobia rumah sakit?"Yogi bertanya dengan hati-hati. Bagaimanapun juga, ini adalah privasi orang lain.Mata Hans tiba-tiba menjadi serius, lalu dia berkata dengan wajah datar, "Ibuku bertemu orang yang salah di masa mudanya. Dia dikhianati sama pria yang nggak bertanggung jawab, lalu dia dibakar dan nyaris dibunuh. Saat sadar, dia sudah terbaring di rumah sakit dengan luka di sekujur tubuhnya hingga mengidap penyakit ini."Ketika Yogi mendengar penjelasannya , entah mengapa hatinya mendada
Mendengar hal itu, Yogi pun terdiam sejenak."Apa kamu juga mengira kalau aku suka main sembarangan?" ujar Yogi sambil mengernyit."Bukannya memang begitu? Kamu dan ibu sering bertengkar karena hal itu, 'kan?"Yogi menghela napas, kemudian menjelaskan, "Dia marah padaku karena aku nggak pernah menyentuhnya lagi semenjak insiden penculikan.""Kenapa kamu nggak pernah menyentuhnya? Apa kamu punya wanita lain di luar sana?" tanya Wano penasaran."Nggak begitu, itu karena fungsi seksualku. Aku sudah konsultasi dengan banyak dokter terkenal dan melakukan berbagai pemeriksaan berkali-kali. Hasilnya menunjukkan kalau tubuhku normal dan nggak ada masalah kesehatan, hanya saja fungsi seksualku nggak bekerja.""Kupikir aku sudah nggak tertarik pada Vina, jadi aku mencoba mencari wanita di luar. Tapi ternyata aku sama sekali nggak tertarik pada mereka.""Kalian semua mengira kalau aku suka bersenang-senang di luar, padahal aku nggak pernah menyentuh wanita lain. Aku malah merasa sangat kesal, psi
Pria itu memandangnya tanpa rasa takut, "Ngapain kamu kelihatan sedih? Dia pacar teman baikmu, 'kan? Kenapa sedih? Jangan-jangan ada yang disembunyikan, ya?""Diam kamu! Percaya atau nggak, aku bisa menembakmu sekarang juga!"Yudi menodongkan pistolnya ke arah pria itu.Pria itu segera menempelkan pisaunya ke leher Yuna."Tembak saja, kita lihat lebih cepat pelurumu atau pisauku. Aku lupa kasih tahu kamu, aku dulunya tukang jagal sapi saat di kampung. Sapi sebesar apa pun bisa kubunuh dengan sekali tebas, apalagi ini hanya seorang wanita."Setelah mengatakannya, dia menekan pisaunya dengan kuat.Tiba-tiba saja, darah segar mulai merembes keluar dari leher jenjang dan putih Yuna.Yudi begitu terkejut hingga segera melepaskan pelatuknya dan buru-buru berteriak, "Jangan menyentuhnya!""Kalau nggak mau aku menyentuhnya, keluar dari sini sekarang juga. Kalau nggak, aku akan membuat orang yang baru saja kamu temui ini mati di depanmu."Semua orang mundur beberapa langkah.Tak ada yang berani
Hanya saja, sebelum dia bisa mencapai Yuna, terdengar suara "Dor" dari belakangnya, kemudian pria itu pun jatuh tersungkur.Darah segar mengalir dari punggung pria itu dan menyebar di lantai.Wano segera menutupi mata Yuna dengan tangannya dan menghibur dengan lembut, "Jangan takut, nggak apa-apa. Semuanya sudah berlalu."Seusai mengatakannya, dia membungkuk untuk merengkuh Yuna dalam pelukannya. Dia juga memberikan beberapa instruksi ke Zakri, lalu pergi.Baru saja tadi Yuna menghadapi sang penculik dengan tegas, tapi sekarang dia merasa lemah dan tak bertenaga saat berbaring dalam pelukan Wano.Kedua tangan mungilnya yang dingin menggenggam kemeja Wano erat-erat.Giginya bergemeletak tiada henti.Dengan matanya yang berair, dia menatap Wano dengan penuh perhatian, lalu berkata dengan lemah, "Bagaimana kondisi Bibi Shelvi?"Wano menundukkan kepala dan mencium bibirnya, lalu berkata dengan lembut, "Punggungnya mendapat beberapa jahitan, tapi dia baik-baik saja, jadi jangan khawatir, ok
Hans menegang seketika, "Apa Ibu ingat sesuatu?""Belum, tapi saat lampu gantungnya jatuh, aku melihat kilasan aku dengannya dalam pikiranku. Meskipun cuma sekejap, aku yakin kalau pria dalam ingatanku adalah Yogi."Hans menggenggam erat tangan sang ibu ketika mendengarnya."Ibu menyukainya, ya?"Shelvi seketika tak mengerti harus menjawab apa ketika menghadapi pertanyaan lugas dari anaknya itu.Dia merasa ragu sesaat sebelum menjawab dengan hati-hati, "Sepertinya begitu, kalau nggak, mana mungkin aku menyelamatkannya. Hans, apa menurutmu ibumu dulu adalah wanita jahat? Meskipun tahu kalau dia sudah berkeluarga, aku masih berhubungan dengannya. Mungkinkah kamu anaknya?"Hans mengerti bahwa suatu hari nanti ibunya pasti mencurigai asal-usulnya.Ketika Hans ingin mengatakan sesuatu, terdengar suara ketukan pintu.Dia berjalan dan membuka pintu. Langsung saja, dia bertemu dengan tatapan dalam Yogi."Hans, bagaimana kondisi ibumu? Aku mau menjenguknya."Yogi terlihat membawa sebuah keranja
Mata Yogi terpaku ketika mendengar nama itu.Liam adalah pelayan dalam Keluarga Lasegaf, juga satu-satunya korban kebakaran saat itu.Bagaimana bisa Shelvi mengenalnya?Bagaimana mungkin dia memiliki kesan sedalam itu tentang kebakaran yang terjadi?Dia menatap Shelvi dengan keterkejutan, "Selain nama Liam, apa lagi yang kamu ingat tentangnya?"Shelvi menggelengkan kepala, "Aku nggak ingat apa pun tentang dia. Tapi aku sering memanggil namanya saat bermimpi buruk. Aku merasa dia pernah menyelamatkanku saat kebakaran.""Tapi saat kebakarannya terjadi, cuma ada Paman Liam di sana. Rekaman CCTV juga menunjukkan kalau cuma dia saja yang masuk."Yogi merasa gelisah dibuatnya.Jika Shelvi berada dalam kebakaran, maka bisa dipastikan itu bukanlah kebakaran biasa, melainkan disengaja oleh seseorang.Hans yang berada di dekatnya tiba-tiba menyela, "Rekaman CCTV hari itu memang menunjukkan kalau cuma Paman Liam yang masuk, tapi rekaman dari minggu sebelumnya, pukul dua siang, ada jeda sekitar se
Sensasi itu begitu memabukkan. Jika sampai terjadi lagi, mungkin saja dia tidak akan bisa keluar rumah hari ini.Dia buru-buru mendorong Wano menjauh, lalu bangkit dari tempat tidur sambil berkata, "Aku mau menemui Bibi Shelvi hari ini."Namun, begitu dia hendak turun dari tempat tidur, pinggangnya tiba-tiba dirangkul oleh sebuah lengan.Suara seorang pria yang rendah dan memikat terdengar di telinganya, "Jangan khawatir, mari ciuman dulu sebelum pergi."Setelah mengatakannya, Yuna didesak ke tempat tidur.Dia disergap oleh serangkaian ciuman lembut tiada henti.Entah sejak kapan Wano menjadi begitu mahir. Dia begitu menggoda bahkan hanya dengan sebuah ciuman.Hal ini membuat Yuna tak mampu menahan desahannya.Saat keduanya tengah asyik berciuman dengan penuh semangat, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar.Suara Yudha terdengar dari luar kamar."Yuna, Nyonya Leni mau menjengukmu. Kalian harus turun dan menjamunya."Yuna buru-buru mendorong Wano menjauh, dengan gairah yang belum mer
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper