Yanuar berjalan mendekat seraya berkata, "Bibi dan Paman Yudha masih ngobrol, ya? Aku sudah pesan restoran untuk traktir kalian makan."Zanny menggertakkan gigi untuk sekian kali, lalu berkata dengan muram, "Ibuku sudah tahu kebenarannya, jadi kamu nggak usah pura-pura lagi. Dokter Yanuar, urus saja urusanmu."Setelah mengatakannya, Zanny memutar kursi rodanya dan pergi tanpa menoleh lagi.Yanuar kebingungan melihat Zanny yang menjauh dengan marah, "Kamu kenapa sih marah lagi? Padahal tadi masih baik-baik saja, kenapa sekarang marah lagi?"Wano yang memahami semuanya, namun tak ingin mengungkapkannya pun tersenyum licik, "Kenapa kamu sangat membenci perjodohan? Memangnya kamu pernah ketemu orangnya?""Waktu kecil memang pernah bertemu. Dia selalu mengikutiku dan sangat cengeng, benar-benar gadis manja. Aku nggak tahan dengannya.""Kamu tahu namanya, nggak?""Sepertinya Zhazha apalah itu. Dulu aku suka menggodanya. Karena dia selalu bikin ribut setiap hari, aku memanggilnya Cicada. Akhi
Permohonan "Selamatkan aku" ini menghancurkan hati Vina.Pada saat itu, air mata Vina juga mengaliri pipinya.Dia keluar dari penjara dan memasuki mobil, kemudian langsung menelepon seseorang."Aku mau membebaskan Qirana, temukan caranya."Di ruang tamu sebuah vila, seorang pria tampak mengenakan setelan hitam dan duduk di kursi roda dengan ekspresi yang kejam."Kerjakan tugasmu dengan baik. Jangan sampai mengacau dan patuhi semua perintahku."Ujung jari Vina yang memegang ponsel memucat, "Kamu pernah janji padaku kalau nggak akan menyakitinya. Sekarang dia dipenjara dan disiksa setiap hari. Dia bisa mati kalau terus begini."Mata pria itu diselimuti kesuraman dengan suara yang dingin."Kalau bukan gara-gara ulahnya sendiri yang suka foya-foya dengan orang asing di luar negeri, dia pasti sudah mendapatkan posisi Nyonya Lasegaf. Jadi, kenapa kita harus repot-repot begini?""Vina, jangan lupakan tugasmu. Kalau posisi Nyonya Lasegaf sudah nggak bisa dipertahankan, jangan lagi berharap pad
Mendengar kata-kata itu, air mata Vina langsung meluncur dari matanya.Dia pun berkata dengan penuh penyesalan, "Maya pasti khawatir dengan putrinya. Dia ingin aku menjaga dan mewujudkan keinginannya. Itulah sebabnya aku sangat baik pada Qirana selama ini. Aku bahkan selalu memperlakukannya seperti anakku sendiri.""Bagaimana kutahu kalau dia bukan anak itu. Kalau aku tahu dia adalah Yuna, mana mungkin aku menghalangi kalian bersama."Dia menangis dengan penuh emosi dan kesedihan yang mendalam.Dia terus-menerus memukul dadanya sendiri dan berkata dengan penuh penyesalan, "Semua ini salahku. Aku nggak tahu kalau semuanya akan berakhir begini. Aku sudah menyakiti Yuna dan Maya.""Wano, cepat bawa Yuna ke sini. Aku mau minta maaf dengan tulus padanya dan mengharap pengampunannya."Wano tak menunjukkan tanda-tanda akan luluh, suaranya bahkan menjadi semakin dingin dan serius."Kamu sudah membuat kakeknya meninggal dan nyaris membunuh ayahnya. Kamu pikir dia bisa memaafkanmu dengan gampang
Mendengar itu, mata Wano langsung menegang dan bertanya dengan serius, "Anda sudah tahu semuanya?"Leni mengangguk dengan berlinang air mata, "Dulu aku cuma curiga, tapi sekarang aku yakin setelah mendengar darimu. Wano, kamu rela terluka parah demi Yuna. Aku merasa bersyukur dengan pilihan Maya, dia nggak salah menilaimu."Wano berkata dengan suara yang dalam, "Nenek, ini adalah kewajibanku."Mendengar panggilan "Nenek" itu, air mata Leni yang baru saja terhenti kembali mengalir deras dibuatnya.Dia tak hanya menemukan cucunya, tetapi juga mengetahui bahwa cucunya tengah hamil. Terlebih lagi, ayah dari anak itu bahkan memanggilnya nenek.Leni menggenggam tangan Wano, dia tak tahu harus berkata apa karena sangat bahagia.Dia kemudian menoleh ke arah Marisa seraya berkata, "Cucu menantuku memanggilku nenek."Setelah mengetahui kebenarannya, senyum Marisa pun terus terkembang tanpa henti."Dia memang orang yang dipilih Maya untuk Yuna sejak kecil, wajar saja memanggilmu nenek. Wano, sete
Yuna agak terkejut.Bagaimana Yuna bisa ingat kalau Wano selalu memanggilnya nenek?Sejak kapan pula Wano memanggilnya nenek?Namun, ketika teringat akan kisah yang pernah Yudi ceritakan padanya, dia merasakan simpati kepada Leni.Setelah anaknya meninggal karena ulah orang lain, Leni yang merawat cucunya selama dua puluh tahun lebih dengan penuh kasih sayang, kini mengetahui bahwa cucunya adalah anak hasil hubungan gelap.Melihat raut wajah penuh harap wanita tua itu, serta keinginan dalam hatinya, Yuna pun memanggilnya dengan hangat, "Nenek."Mendengar panggilan "Nenek" itu, emosi yang telah Leni tahan sebelumnya seketika menyeruak.Air matanya mulai mengaliri pipinya.Dia terus mengangguk-angguk dengan suara bergetar."Kamu anak yang baik. Nenek sangat senang bisa bertemu kamu. Jaga dirimu baik-baik, ya.""Pasti, terima kasih, Nenek."Melihat kedekatan keduanya, Yudha yang berdiri tak jauh dari sana seketika terharu hingga air matanya mengalir.Dia menyadari bahwa Leni pasti telah m
Shelvi tengah memakai gaun pesta biru muda. Akan tetapi, ketika lampu gantung itu menghantam punggungnya, gaun itu berubah menjadi merah cerah.Darah segar mengalir dari tubuhnya.Hans yang melihat kejadian itu seketika berlari mendekat.Suaranya belum pernah terdengar sepanik ini, "Bu, kenapa bisa begini?"Shelvi memejamkan mata sejenak karena kesakitan. Namun, dia tersenyum lega ketika melihat Yogi tak terluka sama sekali.Begitu hendak mengatakan sesuatu, Shelvi sudah pingsan terlebih dahulu.Hans segera menggendong Shelvi keluar.Melihat keadaan tersebut, Wano segera memberikan perintah kepada Zakri, "Tutup tempat ini, periksa rekaman CCTV dan cari tahu siapa yang mengotak-atik lampu gantungnya.""Baik, Pak Wano."Dia kemudian mendekati Yuna dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih, "Tenanglah, aku mau memeriksanya dulu. Aku akan meminta Yudi dan lainnya untuk membantumu mengatasi situasinya."Yuna ketakutan hingga matanya memerah ketika melihat banyak darah yang keluar dari tubuh
"Menurutku, ada orang yang mau ambil keuntungan dari situasi ini untuk melanjutkan rencananya."Mendengar gagasan itu, Hans seketika berkata, "Lindungi Yuna, mereka pasti akan menargetkan Yuna."Yogi melirik Hans sekilas. Entah mengapa, dia merasa bahwa mata dan alis Hans mirip dengannya.Jika bukan karena dirinya yang tidak pernah bermain dengan wanita di luar sana, dia pasti mengira bahwa Hans adalah anak kandungnya di luar pernikahan.Dia memandang Hans dengan keheranan, "Bagaimana bisa ibumu punya fobia rumah sakit?"Yogi bertanya dengan hati-hati. Bagaimanapun juga, ini adalah privasi orang lain.Mata Hans tiba-tiba menjadi serius, lalu dia berkata dengan wajah datar, "Ibuku bertemu orang yang salah di masa mudanya. Dia dikhianati sama pria yang nggak bertanggung jawab, lalu dia dibakar dan nyaris dibunuh. Saat sadar, dia sudah terbaring di rumah sakit dengan luka di sekujur tubuhnya hingga mengidap penyakit ini."Ketika Yogi mendengar penjelasannya , entah mengapa hatinya mendada
Mendengar hal itu, Yogi pun terdiam sejenak."Apa kamu juga mengira kalau aku suka main sembarangan?" ujar Yogi sambil mengernyit."Bukannya memang begitu? Kamu dan ibu sering bertengkar karena hal itu, 'kan?"Yogi menghela napas, kemudian menjelaskan, "Dia marah padaku karena aku nggak pernah menyentuhnya lagi semenjak insiden penculikan.""Kenapa kamu nggak pernah menyentuhnya? Apa kamu punya wanita lain di luar sana?" tanya Wano penasaran."Nggak begitu, itu karena fungsi seksualku. Aku sudah konsultasi dengan banyak dokter terkenal dan melakukan berbagai pemeriksaan berkali-kali. Hasilnya menunjukkan kalau tubuhku normal dan nggak ada masalah kesehatan, hanya saja fungsi seksualku nggak bekerja.""Kupikir aku sudah nggak tertarik pada Vina, jadi aku mencoba mencari wanita di luar. Tapi ternyata aku sama sekali nggak tertarik pada mereka.""Kalian semua mengira kalau aku suka bersenang-senang di luar, padahal aku nggak pernah menyentuh wanita lain. Aku malah merasa sangat kesal, psi
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper