Mendengar hal itu, Yuna tak gentar dan malah menoleh ke belakang.Dia membalas dengan dingin, "Tentu saja, kita akan lihat apakah Pak Juna mampu melakukannya atau nggak."Setelah mengatakannya, dia berbalik dan naik ke atas.Juna begitu marah hingga menggertakkan giginya. Namun, dia tetap tak bisa berkata-kata hingga terdengar tawa pelan Wano."Maaf, ya, Pak Juna. Selama di rumah, aku selalu memperlakukannya sangat baik, dia jadi agak kurang ajar padamu begini. Tapi menurutku, apa yang Yuna bilang memang benar, sepertinya Anda nggak akan mampu melakukannya."Wano memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas, lalu bersandar di pintu dengan senyuman misterius yang terukir di bibirnya.Namun, matanya menyiratkan sinyal bahaya ketika berkata, "Coba saja kalau sampai berani menyentuhnya."Juna mengepalkan tinjunya dengan amarah.Tak berani berkata-kata lebih jauh lagi.Sebaliknya, dia menatap Wano sambil bertanya, "Bukankah dia sudah mencampakkanmu? Kenapa kamu masih membelanya? Jangan lupa
Yuna tampil di pengadilan sebagai pengacara pembela Zanny.Saat bangun di pagi hari, dia mengusap lembut perutnya, sambil bercermin dengan wajah berseri-seri.Kemudian, dia berbisik pelan, "Sayang, setelah ibu menyelesaikan kasus ini, kita akan pergi dengan ayah dari sini. Ibu benar-benar menantikannya."Dia telah memikirkan pernikahannya dengan Wano berkali-kali, serta membayangkan mereka bertiga akan hidup bahagia bersama.Yuna merasa begitu antusias dalam hatinya.Tepat pada saat itu, dia menerima telepon dari Wano.Suara pria itu terdengar rendah dan serak, penuh dengan daya pikat yang meresap ke dalam gendang telinga Yuna."Nyonya Lasegaf, apa kamu sudah siap membawa anak kita kabur bersamaku?"Yuna menjawab sambil tersenyum, "Tentu saja siap, Pak Wano atur saja semuanya."Wano tak bisa menyembunyikan kebahagiaan pada wajahnya, "Nyonya Lasegaf patuh sekali, aku akan memberimu hadiah yang istimewa saat bertemu nanti."Wano sengaja mengucapkan kata "Hadiah" dengan cara yang ambigu,
Yuna merasakan jantungnya berdegup kencang.Dia seketika bertanya, "Ada apa?"Pelayan rumah pun menjawab, "Nyonya mengatakan sesuatu pada tuan sampai serangan jantungnya kambuh. Sekarang tuan dirawat di rumah sakit. Dokter juga sudah memberi peringatan kalau kondisinya kritis."Mendengar hal itu, kedua tangan Yuna pun mulai gemetaran.Suaranya pun ikut bergetar, "Tunggu aku, sebentar lagi aku ke sana."Dia hampir saja bangkit, ketika melihat pengacara lawan mendekatinya."Bu Yuna, klien kami sudah tenang, kita bisa melanjutkannya."Yuna meliat Qirana yang sebelumnya mengamuk, kini tengah menatapnya dengan tenang dan santai.Tersirat rasa puas dalam ekspresi wajahnya.Yuna seketika mengerti apa yang sedang terjadi.Dia menggigit bibirnya, lalu berkata dengan tajam, "Saya ada urusan mendadak, mohon persidangan ini ditunda sementara."Pengacara lawan mengernyit selagi berkata, "Maaf, Bu Yuna, klien kami sedang sakit. Kalau persidangannya ditunda lebih lama, saya khawatir dia nggak akan bi
Namun, pada saat genting seperti ini, dia tak dapat tinggal lebih lama. Setelah memberikan beberapa instruksi, dia bergegas menuju rumah sakit.Melihat Yuna mengurungkan niat untuk mundur dari sidang, Qirana yang awalnya tampak bangga tiba-tiba menjadi panik.Dengan tatapan dinginnya, dia memandang Yuna dengan tajam dan penuh kebencian.Dia tidak percaya bahwa Yuna mampu memusatkan perhatiannya untuk memenangkan kasus ini saat ayahnya tengah kritis.Yuna menyeka air matanya dan mengatur napasnya.Dia berusaha menenangkan dirinya secepat mungkin.Zanny memberikan segelas air kepada Yuna dengan hati yang pilu, lalu mencoba menghibur Yuna dengan lembut, "Yuna, jangan khawatir, Paman Yudha pasti baik-baik saja."Yuna mengangguk pelan.Persidangan pun dilanjutkan.Di saat semua orang menantikan Yuna membuat kesalahan, dia justru mampu menghadapi situasinya dengan penuh keberanian dan ketangguhan yang luar biasa.Dengan gagasannya yang tajam dan tepat, Yuna membuat pengacara lawan terdiam ta
Yuna sampai di rumah sakit ketika Yudha sudah diantarkan ke ruang ICU.Yuna melihat tubuh Yudha yang terhubung dengan mesin pernapasan dan juga beberapa alat monitor, dirinya berjalan perlahan ke samping ranjang lalu mengangkat tangan besar ayahnya, air mata Yuna menetes di punggung tangan Yudha.Wano segera memeluk bahu Yuna untuk menenangkannya, "Jangan sedih Yuna, ayah cuma tersulut hingga penyakit jantungnya kambuh, sehingga perlu melakukan operasi penggantian katup jantung lainnya."Dengan mata berair Yuna melihat Wano, "Tapi kondisi ayah spesial, nggak ada ahli dalam negeri yang berani melakukan operasi itu."Dengan rasa sakit di hatinya, Wano membantu Yuna mengusap air matanya, "Jangan nangis, nggak bagus untuk bayi kita kalau kamu terlalu sedih. Ayah nggak akan meninggalkanmu dengan adanya aku di sini, aku sudah menghubungi dokter Arshen di luar negeri yang bisa melakukan operasi ini, tapi saat ini dia sedang membantu peperangan yang terjadi di Awanpura, jadi aku yang harus mem
Yudi hanya bisa menghela napas memikirkan hal itu.Sepertinya tidak akan mudah bagi Yuna untuk mengakui asal usulnya.Sekalipun Yuna sudah tahu kebenarannya, mungkin dia tetap tidak akan mau mengakui sosok seorang ayah bajingan yang selalu mencelakai dirinya demi Qirana.Tepat di saat itu Yudi menerima panggilan telepon dari Juna, dia mengangkatnya dengan tidak sabar.Di ujung telepon terdengar suara serak dan sendu Juna."Qirana dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, hidupnya pasti hancur setelah bebas 10 tahun nanti. Kamu harus mencari cara menyelamatkannya Yudi, bagaimanapun juga dia adik tirimu."Juna mulai menggunakan kartu perasaan dengan Yudi.Yudi mencibir, "Jadi demi membebaskan Qirana, ayah sengaja melukai Yuna?"Juna terdiam beberapa saat ketika mendengar itu, lalu berkata, "Itu salah Yuna sendiri karena menolak tawaran, jadi dia harus merasakan imbasnya. Kamu belum melihat betapa kejamnya Yuna, bahkan ketika ayahnya sedang kritis dia tetap nggak menyerah dengan kasus ini. Kalau
Ini bukan pertama kalinya Yuna mendengar kalimat seperti itu.Terakhir kali di acara jamuan ulang tahun Marisa, Leni juga mengatakan hal yang sama.Yuna tidak mempermasalahkannya dan hanya tersenyum tipis, "Berdasarkan kalimatmu, berarti aku dan Qirana terlihat mirip, apa itu bisa disebut takdir? Sepertinya lebih tepat kebencian."Melihat Yuna menolak dirinya sendiri membuat Yudi tersenyum pahit."Tolong jangan samakan aku dengan Qirana, oke? Ada kebencian yang dalam antara aku dengannya. Ibunya membunuh ibuku dan aku kehilangan adikku. Aku nggak akan pernah bisa berdiri sejajar dengannya."Demi mendapatkan kepercayaan Yuna, Yudi menceritakan bagaimana Maya dibunuh dan adiknya ditukar oleh seseorang.Yuna melihat rasa sakit Yudi karena kehilangan ibunya dan juga kerinduannya pada adiknya.Yuna sedikit tersentuh.Bahkan Yuna merasa iba.Penolakan di hati Yuna perlahan memudar.Yuna mengalihkan matanya untuk melihat Yudi dengan cermat, "Bagaimana menurutmu kalau penyakit ayahku ada hubun
Yanuar dan Zanny membujuk Yuna cukup lama, hingga akhirnya Yuna itu berhasil dibawa ke kamar di seberang ruang rawat.Yuna bolak-balik di atas ranjang sebelum akhirnya merasakan kantuk.Keesokan paginya.Nuria membawa Zidan ke rumah sakit.Melihat beberapa pengawal dengan baju hitam berdiri di depan ruang VIP, membuat Zidan ketakutan hingga menghentikan langkahnya.Zidan meraih tangan Nuria dan berkata, "Mereka nggak akan melarang kita masuk ke dalam 'kan nek?"Nuria mendengus, "Aku ibunya Yudha, aku kesini untuk menjenguk putraku, kenapa mereka melarangku masuk? Lihat saja siapa yang akan lebih malu, aku akan duduk di sini dan menangis kalau mereka sampai nggak mengizinkanku masuk."Dengan berapi-api Nuria berjalan ke pintu ruang rawat, namun para pengawal segera menghentikannya."Nyonya nggak bisa masuk ke dalam."Nuria seketika merasa kesal, "Aku kesini untuk menjenguk putraku yang terbaring di dalam karena sakit, kenapa kalian melarangku masuk?"Pengawal itu berkata dengan nada din
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper