Melihat sosok Yuna, Tisa begitu gembira hingga menggoyang-goyangkan lengan dan kaki mungilnya.Shinta tersenyum seraya berkata, "Lihat betapa dia sangat menyukaimu. Dia bahkan nggak segembira ini kalau melihat ayahnya."Malik berkata dengan agak cemburu, "Kata siapa? Justru akulah yang paling disukai putriku. Dia selalu mengandalkanku setiap harinya."Beberapa orang itu pun masuk ke ruang rawat Wano sambil bersenda gurau.Kebetulan saja, saat itu Wano tampak duduk sembari merokok sendirian.Yuna langsung mendekat, lalu merebut rokok dari tangannya dan mematikannya di asbak.Setelah itu, dia membuka jendela untuk mengatur sirkulasi udara di ruangan.Yuna seketika menegurnya dengan ekspresi datar, "Dokter sudah melarangmu merokok, tapi kamu masih saja melakukannya. Kalau sampai lukanya nggak sembuh dengan baik, aku nggak akan peduli lagi."Malik menghela napas, "Itu benar, sudah biarkan saja. Orang seperti dia memang nggak pantas diperhatikan siapa pun. Nggak heran kalau sampai sekarang
Yuna merasakan sensasi terbakar pada punggungnya.Bibir hangat dan lembut Wano menyentuh tubuhnya dengan perlahan dan berulang-ulang.Setiap sentuhan di kulitnya terasa seperti nyala api yang membara.Dia memejamkan mata dengan pahit, lalu menolak Wano dengan kasar, "Siang bolong begini, kamu mau ngapain, sih?"Melihat mata Yuna agak berkaca-kaca, Wano pun menatapnya dengan kekecewaan yang mendalam."Kamu sangat menyukai anak-anak, tapi karena kelalaianku, kita jadi kehilangan anak kita. Aku cuma ingin menebus kesedihanmu."Yuna merasa bahwa tenggorokannya terasa pedih, tetapi dia memaksakan sebuah senyuman kecil."Wano, kalau aku ..." tidak akan bisa memiliki anak selamanya.Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering.Melihat adanya nomor Xena, Yuna pun segera menjawabnya.Namun, terdengar suara yang kekanak-kanakan dari telepon itu."Bibi Yuna, aku sangat merindukanmu."Yuna buru-buru menyembunyikan semua emosi di matanya, lalu tersenyum sambil ber
Dia tak pernah tahu bahwa demi meyakinkan Maggie untuk bekerja sama dengannya, Wano bahkan berdiri di tengah salju sepanjang malam.Yuna merasakan ada sesuatu yang sulit dijelaskan dalam hatinya.Dia merasa kasihan pada Wano. Akan tetapi, dia pun sangat tersentuh atas segala hal yang telah Wano lakukan.Yuna menahan emosinya, lalu tersenyum tipis kepada Maggie, "Terima kasih, sudah memberitahuku. Semoga kamu dan Kak Xena bisa kembali menjalin hubungan dengan baik lagi setelah sempat berpisah."Maggie tersenyum sejenak, "Menjalin kembali hubungan yang sempat retak kadang perlu lebih dari sebuah keberanian, bantuan dari pihak lain juga sangat diperlukan. Nona Yuna, apa kamu nggak merasa ada yang janggal dengan kasus Wano ketika di Fikarlanda itu?"Mendengar perkataannya, Yuna pun sedikit mengernyitkan keningnya."Apa maksudmu?""Menurutku, mengingat betapa cintanya Wano padamu, bagaimana mungkin dia memberi kesempatan wanita lain untuk mendekat? Apa kamu yakin dia benar-benar tidak sadar
Video itu diambil dalam sebuah hotel di Negara Fikarlanda. Itulah malam saat Wano dijebak.Meskipun dia mabuk berat dan tidak sadarkan diri selama berada di atas tempat tidur, dia selalu berhasil menghindar setiap kali Haileen mencoba mendekatinya.Sepanjang waktu itu, mereka bahkan tak pernah bersentuhan secara fisik sama sekali.Semua kejadian itu sebenarnya hanyalah drama yang sengaja Haileen atur dan perankan sendiri.Jadi, apa yang Maggie katakan itu benar. Kasus Wano ini memang bertujuan untuk membantu Yuna keluar dari masa sulitnya.Namun, Wano sendiri juga kehilangan beberapa ratus miliar dalam prosesnya.Wano yang selalu hidup dalam kemewahan, tiba-tiba saja harus dipenjara selama sepuluh hari di tempat yang gelap dan lembap. Dia bahkan harus patuh pada peraturan dari sosok pemimpin dalam selnya.Dia rela merendahkan diri hanya untuk membantu Yuna kembali ke puncak.Yuna pun mengakui, tanpa kasus Wano ini, dia perlu setidaknya setengah tahun untuk kembali ke masa jayanya yang
Saat itu, kepala pelayan masuk dan memberikan laporan."Nyonya, orang-orang dari Keluarga Sudrajat sudah tiba. Nyonya Leni sendiri datang bersama Nona Qirana."Tersirat sebuah kekesalan dalam mata Marisa.Sejak mengetahui bahwa Qirana telah merencanakan penipuan terhadap mereka, dia sama sekali tak ingin bersimpati pada wanita itu.Sebenarnya, Marisa tak ingin membiarkannya datang. Tak disangka, ternyata Qirana justru membawa neneknya, Leni, untuk datang.Keluarga Sudrajat dan Keluarga Lasegaf telah bersahabat selama beberapa generasi.Leni sendiri telah hadir, jelas Marisa harus memperbolehkan orang-orang tersebut masuk.Marisa pun segera bangkit dari duduknya, "Aku akan menyambut mereka."Saat keluar, dia melihat Qirana yang mengenakan gaun pesta biru muda tengah menuntun Leni masuk.Wajah mungil yang tampak polos itu bahkan tersenyum manis."Nenek Marisa, aku dan nenek ingin mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Semoga Nenek selalu bahagia, sejahtera, dan panjang umur."Marisa pun
Yuna langsung menyadari arti dari gelang tersebut, dia pun mendongak dan melihat ke arah Wano, dengan tatapan penuh tanya.Wano tersenyum sambil mengelus kepala Yuna, "Sayang, nenek memberikanmu ini untuk dipakai. Kenapa malah melihat ke arahku? Di masa depan, rumah ini akan menjadi tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku."Satu kalimat itu jelas telah menegaskan hubungan mereka.Kalimat itu juga menjelaskan posisi Yuna ke depannya nanti.Semua orang yang ada di sana adalah para bangsawan dari keluarga kaya. Mereka segera mengangkat gelas sebagai ucapan selamat.Mereka ingin memanfaatkan suasana hati Wano yang baik untuk memperoleh keuntungan.Yuna akhirnya tersenyum manis sambil berkata, "Terima kasih, Nek."Marisa kemudian tersenyum lebar dan menatap seluruh tamu di dalam rumahnya."Aku sudah memberinya hadiah sebagai tanda pertemuan. Bagaimana dengan kalian? Jangan sampai ada yang berani memperlakukan Yuna dengan buruk."Begitu Marisa selesai mengatakannya, Yogi yang biasanya seriu
"Tanpa melakukan apa pun, Yuna sudah jauh lebih baik darimu, jadi apa lagi yang masih perlu dibandingkan?"Satu kalimat itu benar-benar mempermalukan Qirana.Dia menatap Wano dengan sedih, "Kak Wano, aku nggak bermaksud mempermalukan Yuna. Wajar saja kalau dia nggak berbakat dalam seni, memang nggak semua orang dilahirkan dengan bakat itu, jadi kamu nggak perlu melindunginya sampai seperti itu."Kata-kata Qirana seolah menyiratkan bahwa Yuna memang tak memiliki bakat apa pun.Tak peduli Yuna bisa tampil atau tidak, tetap saja akan mempermalukan dirinya.Begitu Wano hendak bicara, tangan putih dan halus Yuna mendadak menghalanginya.Yuna tersenyum sambil menatapnya dengan lembut, "Sebagai seorang pengacara terhormat, apa aku masih perlu membiarkan Pak Wano mewakiliku untuk bicara? Tenang saja, aku nggak akan mempermalukanmu."Setelah mengatakannya, dia beralih menatap Qirana.Apa yang ingin kamu bandingkan denganku?Qirana berpura-pura malu, "Aku hanya asal bicara tadi, jangan terlalu d
Yuna mengetahui bahwa dia adalah nenek Qirana. Dia seharusnya tak memiliki kesan baik untuk wanita tua itu.Namun, melihatnya menangis, entah mengapa Yuna merasa ikut sedih.Dia mendekati Leni dan menyentuh tangannya dengan lembut, "Nenek Leni, aku Yuna."Mendengar perkataannya, Leni pun menghapus air matanya dengan sedikit rasa kecewa.Dia memegang tangan Yuna dengan suara tercekat, "Bagaimana mungkin bukan Maya-ku? Cara Maya memainkan lagu ini persis sepertimu. Kalian ...."Sebelum Leni menyelesaikan ucapannya, Qirana sudah lebih dulu menyela.Dia kemudian memeluk bahu Leni dengan raut sedih, "Apa Nenek merindukan ibu? Aku juga sangat merindukannya. Aku akan mengantarmu untuk melihatnya besok, oke?"Melihat Qirana yang berkaca-kaca, Leni akhirnya tidak melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.Entah mengapa, dia melihat sosok putrinya pada Yuna.Semua ekspresi dan gerakan Yuna, benar-benar mirip dengan Maya.Mungkinkah mereka benar-benar memiliki hubungan?Yudi yang kebetulan masuk l
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper