Yuna langsung menyadari arti dari gelang tersebut, dia pun mendongak dan melihat ke arah Wano, dengan tatapan penuh tanya.Wano tersenyum sambil mengelus kepala Yuna, "Sayang, nenek memberikanmu ini untuk dipakai. Kenapa malah melihat ke arahku? Di masa depan, rumah ini akan menjadi tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku."Satu kalimat itu jelas telah menegaskan hubungan mereka.Kalimat itu juga menjelaskan posisi Yuna ke depannya nanti.Semua orang yang ada di sana adalah para bangsawan dari keluarga kaya. Mereka segera mengangkat gelas sebagai ucapan selamat.Mereka ingin memanfaatkan suasana hati Wano yang baik untuk memperoleh keuntungan.Yuna akhirnya tersenyum manis sambil berkata, "Terima kasih, Nek."Marisa kemudian tersenyum lebar dan menatap seluruh tamu di dalam rumahnya."Aku sudah memberinya hadiah sebagai tanda pertemuan. Bagaimana dengan kalian? Jangan sampai ada yang berani memperlakukan Yuna dengan buruk."Begitu Marisa selesai mengatakannya, Yogi yang biasanya seriu
"Tanpa melakukan apa pun, Yuna sudah jauh lebih baik darimu, jadi apa lagi yang masih perlu dibandingkan?"Satu kalimat itu benar-benar mempermalukan Qirana.Dia menatap Wano dengan sedih, "Kak Wano, aku nggak bermaksud mempermalukan Yuna. Wajar saja kalau dia nggak berbakat dalam seni, memang nggak semua orang dilahirkan dengan bakat itu, jadi kamu nggak perlu melindunginya sampai seperti itu."Kata-kata Qirana seolah menyiratkan bahwa Yuna memang tak memiliki bakat apa pun.Tak peduli Yuna bisa tampil atau tidak, tetap saja akan mempermalukan dirinya.Begitu Wano hendak bicara, tangan putih dan halus Yuna mendadak menghalanginya.Yuna tersenyum sambil menatapnya dengan lembut, "Sebagai seorang pengacara terhormat, apa aku masih perlu membiarkan Pak Wano mewakiliku untuk bicara? Tenang saja, aku nggak akan mempermalukanmu."Setelah mengatakannya, dia beralih menatap Qirana.Apa yang ingin kamu bandingkan denganku?Qirana berpura-pura malu, "Aku hanya asal bicara tadi, jangan terlalu d
Yuna mengetahui bahwa dia adalah nenek Qirana. Dia seharusnya tak memiliki kesan baik untuk wanita tua itu.Namun, melihatnya menangis, entah mengapa Yuna merasa ikut sedih.Dia mendekati Leni dan menyentuh tangannya dengan lembut, "Nenek Leni, aku Yuna."Mendengar perkataannya, Leni pun menghapus air matanya dengan sedikit rasa kecewa.Dia memegang tangan Yuna dengan suara tercekat, "Bagaimana mungkin bukan Maya-ku? Cara Maya memainkan lagu ini persis sepertimu. Kalian ...."Sebelum Leni menyelesaikan ucapannya, Qirana sudah lebih dulu menyela.Dia kemudian memeluk bahu Leni dengan raut sedih, "Apa Nenek merindukan ibu? Aku juga sangat merindukannya. Aku akan mengantarmu untuk melihatnya besok, oke?"Melihat Qirana yang berkaca-kaca, Leni akhirnya tidak melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.Entah mengapa, dia melihat sosok putrinya pada Yuna.Semua ekspresi dan gerakan Yuna, benar-benar mirip dengan Maya.Mungkinkah mereka benar-benar memiliki hubungan?Yudi yang kebetulan masuk l
"Nenek Marisa, aku khawatir kamu akan kecewa karena Yuna nggak bisa mengabulkan permintaanmu."Mendengar ucapan itu, Leni segera menarik lengan Qirana dan menegurnya, "Qirana, jangan bicara sembarangan. Hari ini ulang tahun Nyonya Marisa, jangan ngomong sembarangan!"Qirana memandang neneknya dengan sedih, "Nek, aku memang benar, 'kan? Demi Keluarga Lasegaf, dulu Nenek Marisa menentang hubunganku dengan Wano karena aku nggak bisa memiliki anak. Tapi Yuna juga nggak bisa memiliki anak. Apa mungkin Nenek Marisa nggak tahu, ya?"Kata-kata itu membuat senyum Marisa membeku seketika.Marisa menatap Qirana dengan tajam, "Qirana, karena hubunganku dengan nenekmu, aku memutuskan untuk nggak mencari tahu masa lalumu. Tapi aku nggak akan membiarkanmu mencemarkan nama baik Yuna. Hanya karena Wano nggak akan bersamamu, bukan berarti kamu bisa menjelek-jelekkan Yuna."Qirana menatap Yuna dengan wajah sedih ketika mendapat tuduhan dari Marisa."Yuna, Kak Wano sangat mencintaimu. Nenek Marisa juga be
Ketika mendengar perkataan itu, mata hitam dan jernih Yudi tampak berbinar, "Di mana dia?""Masih belum ada informasi lebih lanjut sekarang, hanya ada satu foto seorang gadis kecil, yang diambil seorang wartawan saat gadis itu sedang tampil menari.""Kirimkan fotonya, biar kulihat."Yudi mengatakannya dengan tak sabar.Sebuah pesan masuk ke dalam Whatsapp-nya. Saat melihatnya, matanya seketika terasa panas.Tanda lahir ini sangat mirip dengan yang ada di tubuh ibunya.Tanpa miring sedikit pun, tanda itu terletak dengan sempurna di atas tulang belikat gadis cantik itu.Foto itu hanya menunjukkan bagian punggung sehingga wajah gadis itu tak dapat dilihat.Namun, dari arah belakang, terlihat jelas bahwa gadis itu memiliki proporsi tubuh yang bagus. Pinggangnya terlihat ramping, dengan kaki yang jenjang. Tetesan keringat tampak bergulir di leher jenjangnya yang indah.Bibir Yudi mengulas senyuman puas.Jika memang gadis itu adalah adik perempuannya, dilihat dari penampilannya, tampaknya di
"Aku tahu kalau perkara nggak bisa hamil ini sangat penting bagimu. Tapi melihat semua yang sudah kamu lakukan untukku, itu membuatku nggak bisa menahan diri untuk ingin bersamamu.""Awalnya, aku ingin memberitahumu setelah keluar dari rumah sakit. Kalau kamu memang nggak bisa menerimanya, aku rela kita berpisah.""Wano, bagaimana kalau kita mencobanya sementara waktu? Kalau aku memang nggak bisa hamil, aku akan pergi sendiri tanpa merepotkanmu."Ketika mengucapkan hal ini, Yuna merasa hatinya berdarah-darah.Suara Yuna terdengar bergetar hebat.Tenggorokan Wano terasa pedih ketika mendengarnya.Wano kemudian memeluknya dengan erat seraya menitikkan air mata.Sebesar apa sebenarnya cinta gadis bodoh ini padanya? Bagaimana bisa dia masih memikirkan kepentingan Wano setelah mengalami cedera pada tubuhnya.Selama ini, dia tidak pernah mengeluh bahwa luka-luka itu sebenarnya disebabkan oleh Wano.Hati Wano terasa sakit, seolah-olah diremas dengan kepedihan yang mendalam.Sembari mencium pi
Setiap kali Yuna berkata "Aku mencintaimu", gerakan Wano pun menjadi kian intens.Dia ingin membuat Yuna benar-benar menyadari betapa dalam cintanya.Cintanya yang begitu dalam tak mampu diukur dan tak terbatas.Pada akhirnya, dia benar-benar terjerumus ke dalam kegilaan hubungan ini.Kegilaan sepanjang malam ini benar-benar menguras banyak energi.Yuna terbangun pada tengah hari keesokan harinya.Dia merasa lemah dan sakit hingga ke ujung jarinya. Bahkan, untuk menggenggam ponsel saja dia tak mampu.Dia langsung mengutuk Wano dalam hatinya berkali-kali.Tepat pada saat itu, telepon di samping tempat tidur tiba-tiba berdering.Melihat bahwa panggilan itu berasal dari Zanny, Yuna pun bergegas menjawabnya."Zanny."Zanny yang mendengar suara parau dan kelelahan dari seberang teleponnya seketika berteriak."Yuna, kenapa suaramu aneh begini? Apa kamu benar-benar berbaikan dengan si bejat Wano itu?"Yuna pun menjawabnya pelan, "Aku bertemu dengan orang tuanya kemarin."Zanny merasa khawatir
Yanuar mencibir, "Temui saja sendiri kalau kamu mau menemuinya, aku sudah bilang pernikahanku adalah keputusanku sendiri, aku nggak mau dijodohkan.""Omong kosong! Memang apa yang salah dengan gadis itu? Sewaktu remaja kamu suka sekali menggendongnya di punggungmu.""Aku sudah menggendong banyak wanita di punggungku. Kakek, apa kamu mau aku menikahi mereka semua? Apa sudah selesai bicaranya, akan kumatikan teleponnya karena aku ada urusan."Yanuar melirik Zanny memberi tanda jika sudah menutup telepon itu.Zanny tersenyum jahil, "Kamu benar nggak mau menemui calon tunanganmu? Bagaimana kalau dia cantik? Kamu nggak akan rugi?"Yanuar memberikan tatapan dingin pada Zanny, "Bahkan kalaupun wanita itu seorang dewi, aku tetap nggak akan menikahinya."Sementara itu Zanny menerima pesan Whatsapp di ponselnya dari sang ibu.Zanny membuka pesan itu dan menemukan foto seorang pria yang terlihat liar dan gila.Kedua mata Zanny melotot ketika melihat wajah pria itu lebih jelas.Bukankah foto itu a
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper