Yuna menatap Wano tidak percaya.Apartemen di gedung ini tidak begitu besar dengan 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu, hanya beberapa ratus meter persegi saja.Bahkan tidak sebesar kamar tidur di rumah Wano.Wano punya vila bagus sebagai tempat tinggal, tapi demi merawat Bonbon, dia pindah sebagai tetangga Yuna.Bonbon terlihat bersemangat, tidak seperti sedang menderita depresi.Senyum Yuna tersungging dingin, "Pak Wano benar-benar berusaha demi Bonbon ya."Wano menatap Yuna serius, "Dokter bilang punya anak kedua bisa membantu pemulihan Bonbon, dan dokter menyarankan adik perempuan atau laki-laki, bagaimana menurutmu Yuna?"Wano tidak berpikir ucapannya keterlaluan.Wano bahkan melihat Yuna dengan penuh perhatian, menunggu jawaban wanita itu.Yuna tersenyum kecil, "Pak Wano bisa pergi ke toko hewan dan membelinya kalau ingin memberi Bonbon adik, mau bagaimanapun juga kamu berusaha, kamu nggak bisa melahirkan seekor anak anjing."Yuna bangkit berdiri kemudian melanjutkan memotong sayuran.
"Kalau sampai kamu nggak datang, tunggu saja kamu melihat mayatku Wano! Aku sudah berjanji pada Maya untuk menjaga Qirana dengan baik, aku nggak bisa melihatnya mati."Vina berkata sambil menaruh sebilah pisau buah di lehernya.Tasya segera menghampiri dan berteriak di ponsel Vina, "Wano, ibumu mau bunuh diri, cepatlah ke sini, kamu tahu sendiri temperamen ibumu."Wano sangat marah sampai urat di dahinya berdenyut.Wano tidak mengerti kenapa ibunya sangat mendukung Qirana.Reputasi Qirana sudah hancur tapi Vina masih ingin Wano menikahinya.Apa Vina begitu ingin Wano jadi bahan ejekan?Amarah menumpuk di mata Wano.Suara Wano terdengar sangat dingin, "Tunggu aku!"Wano segera menutup panggilan itu.Matanya memerah lalu menatap ke arah dapur.Yuna sedang mencuci sayuran dengan perasaan tidak jelas di wajahnya.Tidak mungkin Yuna tidak mendengar panggilan telepon Wano.Wano bergegas menuju dapur dan memeluk Yuna dengan erat dari belakang.Dagu Wano mendarat di bahu Yuna, terdengar suara
Pintu ruang rawat terbuka dengan perintah Wano.Zakri berjalan masuk dengan beberapa ahli internasional.Zakri melihat Qirana dengan ekspresi lembut dan berkata, "Nona Qirana, mereka adalah para ahli yang dibawa Pak Wano dari luar negeri, mereka pasti nggak akan membiarkan Anda mati, tapi untuk menyelamatkanmu, mereka perlu melalukan pemeriksaan."Semua orang yang ada di tempat itu tertegun ketika mendengar ucapan Zakri.Juna segera menghentikannya, "Kalian mau apa? Kondisi Qirana sudah seperti ini dan kalian masih mau membuat masalah?"Zakri mengangguk sopan, "Pak Juna, Pak Wano dan saya merasa dokter di rumah sakit ini kurang mampu, kami takut hal itu akan berdampak pada kondisi Nona Qirana, jadi kami mencari pendapat para ahli internasional."Vina segera membantah dengan dingin, "Keterlaluan! Rumah sakit ini milik Keluarga Lasegaf, dan para staf medis di sini merupakan yang terbaik di seluruh kota, kalian seperti sedang mempermalukan diri sendiri."Zakri menjawab dengan tenang, "Nyo
"Membuatku terikat dengan Qirana selama bertahun-tahun karena hutang ini, sehingga di masa Yuna kesulitan aku bahkan nggak datang menolongnya.""Kemampuan aktingmu sangat bagus, sampai aku, Wano Lasegaf pun tertipu sepenuhnya!"Melihat kebenaran sudah terungkap membuat Qirana yang sedang di ambang kematian, tiba-tiba terduduk dan menangis sambil menggelengkan kepalanya, "Aku nggak tahu apa-apa soal kanker rahim yang kamu bilang Kak Wano, ayah selalu menyembunyikan semuanya dariku, dia takut aku nggak bisa terima kenyataan ini dengan baik.""Tolong maafkan ayahku kak Wano, seperti kebaikanmu padaku di masa lalu."Banyak orang kalau sudah ketahuan pasti akan mengaku, tapi Qirana masih saja berbohong.Qirana benar-benar tidak tahu malu.Zakri yang melihat Qirana tidak menyesal pun berkata, "Bukankah aneh Nona Qirana, betapa cepatnya Pak Wano dinyatakan sembuh setelah dinyatakan buta dan lumpuh akibat kecelakaan?"Mendengar ucapan Zakri, Qirana seketika membelalakkan matanya."Kak Wano sen
Wano bersandar pada bahu Yuna dan mengingat seluruh kejadian dari awal hingga akhir.Wano berkata dengan wajah lelahnya, "Kalau bukan kamu yang memberitahuku, aku mungkin masih nggak tahu apa-apa Yuna, hatiku sakit bukan karena Qirana menipuku, tapi karena ibuku terlibat dalam semua hal, seberapa besar dia membenciku sampai menyiksaku seperti ini, membiarkanku terus hidup dalam rasa bersalah."Wano berbicara sambil bibirnya menyentuh daun telinga Yuna.Tubuh Yuna tidak bisa untuk tidak bergetar.Suara Yuna jadi sedikit serak."Lepaskan aku Wano."Wano bukannya melepaskan Yuna, malah semakin memeluk erat sambil menggigit lembut daun telinga Yuna.Terdengar suara permohonan Wano mengalir dari tenggorokannya."Aku sangat merindukanmu Yuna, bolehkah aku memelukmu sebentar lagi.""Aku akan menendangmu kalau kamu masih nggak mau melepaskanku Wano."Tepat di saat Yuna akan menendang Wano, kakinya di jepit erat oleh Wano.Dan sebelum Yuna bisa bereaksi, Wano sudah mengangkat tubuhnya ke atas m
Yuna mencintai Wano dengan tulus dan menggebu-gebu, namun di balik semuanya itu ada rasa sakit yang begitu besar.Tenggorokan Yuna tercekat, suaranya semakin serak membuat hati Wano bergetar."Wano, Wano."Yuna bersandar dalam pelukan Wano dan terus memanggil nama pria itu.Berulang kali, bahkan dalam mimpi Yuna memanggil Wano seperti ini.Namun setiap kali Yuna terbangun, Wano tidak ada di sisinya dan hanya ada bantal yang basah oleh air matanya.Wano mengusap lembut sudut mata Yuna, sulit menyembunyikan rasa sakit di tatapan matanya.Tiba-tiba Wano mengingat kejadian dimana Yuna diracuni dan memanggil-manggil namanya seperti ini.Di dalam hati Yuna, Wano-lah yang selalu menjadi cinta sejatinya.Meskipun Wano melukai Yuna begitu dalam.Cinta yang begitu dalam seperti ini menyayat hati Wano seperti sebuah pisau.Wano memeluk Yuna erat dan menenangkannya dengan lembut."Aku di sini Yuna, dan aku akan terus ada di sini, ya?"Wano dan Yuna terus berpelukan, entah sudah berapa lama hingga
"Kamu beneran nggak khawatir tentang Yuna? Dia 'kan wanita yang kamu suka.""Sepertinya kamu harus ke dokter mata, mata sebelah mana yang melihatku menyukai Yuna?""Nggak bakal ada yang percaya kalau kamu nggak suka, kamu kasih dia banyak barang!""Bukannya burung kenari di pelihara seperti ini?"Rekaman suara itu seketika menghapus sinar di wajah Yuna.Sisi paling memalukan Yuna terbuka di hadapan semua orang.Bukan saja di hadapan pemimpin universitas Respati dan para adik kelas, tetapi juga di hadapan para awak media.Masalah pribadi Wano selalu menjadi sorotan para media.Setelah mendengar rekaman suara itu, para awak media segera mengarahkan mikrofon pada Yuna."Bu Yuna bisa jelaskan apa yang dimaksud dalam rekaman? Apa benar Anda menjadi kenari Presdir Wano selama 3 tahun?""Bu Yuna adalah figur terkemuka di universitas Respati saat itu, kenapa Anda melepaskan kesempatan belajar di luar negeri dan memilih menjadi sekretaris Presdir Wano? Apa benar Anda menjadi simpanannya?""Bebe
Wano memandang Yuna dengan penuh cinta sambil berkata, "Aku masih berusaha."Kalimat itu menggambarkan situasi Yuna sekarang.Dia bukanlah kenari Wano, melainkan wanita yang disukai oleh Tuan Muda Keluarga Lasegaf.Siapa Wano.Simbol kekuasaan di Kota Burma, Dewa Agung.Status tinggi itulah yang didambakan oleh semua wanita.Hanya dengan satu kata, dia bisa membuat banyak wanita rela mati untuknya.Kini, di depan pers dia mengaku sedang mengejar Yuna.Berita menggemparkan itu langsung menarik minat berbagai media besar.Wartawan mulai membombardir mereka untuk mendapatkan informasi yang akurat.Wano melirik Yuna sambil berkata, "Berapa lama waktunya, semua tergantung keputusan Pengacara Yuna. Nggak peduli seberapa lama itu, posisi Nyonya Lasegaf hanya untuknya."Tidak ada satu pun kata 'cinta' yang terucap, tapi perkataan Wano terdengar begitu tulus.Yuna terharu dengan ucapan Wano.Yuna merasa seperti sedang bermimpi.Dalam mimpinya, dia berada dalam masalah dan pria yang disukainya i
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper