Yuna menjawab dengan suara lembut, "Pak Wano, di antara kita nggak pernah ada yang namanya memaafkan. Kamu nggak melakukan kesalahan apa pun. Aku saja yang salah mengira bahwa kebaikan yang pernah kamu lakukan untukku adalah cinta sejati.""Baru kemudian aku menyadari kalau aku dan anjing samoyed yang kamu pelihara sama-sama hanyalah hewan peliharaan bagimu.""Pak Wano, selama mau mengeluarkan uang, kamu bisa mendapatkan kenari mana pun yang kamu mau. Mereka semua pasti bisa lebih memanjakanmu dibandingkanku."Setelah berbicara, Yuna tidak menunggu reaksi dari Wano, melainkan langsung berpaling ke arah Zakri yang berlari mendekat, "Pak Wano sakit perut, tolong bawa dia ke rumah sakit. Aku ada urusan lain, jadi aku akan pergi dulu."Dia berjalan ke lift tanpa menoleh ke belakang.Melihat pintu lift tertutup perlahan-lahan, kemudian melihat ekspresi memilukan sang presdir yang berada depannya, napas Zakri terasa tercekat.Segera saja, Zakri mendekat untuk menopang Wano, "Pak Wano, saya a
Jari-jari Wano yang memegang ponsel terlihat pucat dan dingin.Matanya memerah.Dia menatap video tersebut dengan suram dan mengulangnya berkali-kali.Setiap kali melihat mata merah menyala Yuna dan mendengar suaranya yang penuh kebencian, Wano merasa seolah-olah hatinya ditusuk oleh ratusan jarum perak, sensasi menusuk yang begitu intens hingga hampir membuatnya kesulitan bernapas.Dengan ekspresi agak kesal, Yanuar melemparkan tatapan ke arahnya, "Sudah aku katakan berkali-kali, jangan terlalu sombong dan jaga lidahmu. Tapi kamu nggak pernah mendengarkan. Sekarang, lihatlah, kamu telah mencelakai dirimu sendiri.""Keluarga Xena nggak kalah darimu dalam hal status, kekuatan mereka nggak lebih lemah darimu dan yang terpenting, dia mencintai Yuna. Nggak kayak kamu, yang terus-menerus memperlakukannya sebagai kenari peliharaan. Siapa pun yang nggak kamu pedulikan, dia pasti akan meninggalkanmu!"Malik juga menimpali, "Kamu yang nggak mau memperjelas hubunganmu dengannya. Sekarang ketika
Sepuluh menit kemudian.Malik agak gelisah, "Dia sudah berendam dalam air dingin begitu lama, kenapa nggak membaik sedikit pun? Kenapa orang yang kamu panggil belum datang?""Jalannya macet, dia lagi dalam perjalanannya. Ambil semua es dalam kulkas dan masukkan ke dalam air.""Dia sudah sakit perut, menambahkan begitu banyak es bisa membuatnya kedinginan.""Ya sudah, kita nggak punya pilihan lain. Kita harus mencoba segala cara."Saat para orang itu sedang panik, pintu kamar dibuka oleh seseorang.Vina masuk bersama Qirana.Dia melihat Wano yang terendam dalam air dingin. Suaranya terdengar dingin ketika berkata, "Apa kalian ingin membunuhnya? Kalau terkena obat ini, nggak ada yang bisa lolos. Cara yang bodoh ini sama sekali nggak efektif. Qirana, bantulah dia."Qirana segera masuk ke dalam kamar mandi, meraih tangan Wano dan berkata sambil terisak, "Kak Wano, kalau kamu terus menahan gairahmu seperti ini, kamu akan mati. Aku bisa membantumu."Meskipun keadaan Wano lemah, dia masih bis
Yanuar mengerutkan kening, "kudengar katanya kamu pernah menyelamatkan seseorang terakhir kali, tapi kenapa hari ini nggak bisa?""Terakhir kali, gadis itu berhasil sembuh sendiri setelah minum jamu. Dia sudah kehilangan banyak darah sebelum diantar ke tempatku dan saat itu efek obatnya sudah sangat sedikit. Kamu juga kenal orang ini dan kamulah yang memintaku untuk melakukan operasi katup jantung pada ayahnya."Yanuar mendengus, matanya membelalak dengan tidak percaya, "Maksudmu Yuna?""Benar, Pak Xena yang membawanya ke sana. Kondisinya cukup serius dan kehilangan banyak darah, tapi ini pertama kalinya aku melihat seorang gadis terkena obat semacam ini dan bisa sembuh sendiri."Semua orang di ruangan itu terdiam mendengar ucapan ini.Semua mata melihat ke arah Wano.Hanya Wano yang berada dalam kondisi setengah sadar perlahan membuka matanya.Tidak ada kilau di matanya, hanya rasa sakit dan kesedihan yang tak berkesudahan.Pikirannya terus mengingat kata-kata Dokter Steven.Yuna tela
Telepon berdering cukup lama sebelum pihak lain menekan tombol jawab.Suara Yuna yang tenang dan asing terdengar dari ponsel."Pak Wano, ada apa?"Wano memaksa dirinya untuk berkata, "Nggak ada, aku hanya ingin mendengar suaramu."Yuna mengerutkan kening, "Apa kamu pikir ini menarik? Kamu yang bilang sudah lelah bermain dan sekarang kamu yang mengganggu. Menurutmu bagian mana diriku yang membuatmu nggak bisa merelakanku, biar kuubah saja?"Nada suara Yuna tegas dan dingin dengan sedikit ketidaksabaran.Wano memejamkan matanya dengan susah payah, satu tangan mencengkeram rambutnya agar tetap terjaga."Yuna, malam itu pasti sangat menyakitkan, 'kan?"Napasnya lemah dan kalimat sederhananya terputus-putus.Ada rasa sakit yang tak terselubung di setiap kata-katanya.Yuna tersenyum mencela pada dirinya sendiri, "Pak Wano nggak perlu mengingatkanku setiap saat. Aku sudah kotor, aku sadar diri dan nggak akan punya pemikiran apa pun tentangmu lagi.""Yuna."Wano memanggil dengan suara pelan, "
Yuna mengerutkan dahi dengan ekspresi tidak berdaya, lalu berbicara dengan suara rendah, "Nenek, maaf, saya nggak bisa membantu dalam hal ini. Bukan karena saya nggak punya hati, tapi karena ada banyak orang yang bisa menyelamatkannya, nggak harus saya. Jangan memaksa saya melakukan sesuatu yang nggak saya inginkan."Mendengar Yuna berkata demikian, Vina pun marah seketika."Mengingat betapa baiknya Wano padamu di masa lalu, kamu sepertinya memang nggak punya hati. Kamu bahkan nggak mau menolong saat dia dalam bahaya. Ibu, kita tak perlu memintanya lagi, biarkan Qirana saja yang menyelamatkan Wano. Kita tak bisa menunggu lebih lama lagi."Ucapannya langsung mengecap Yuna sebagai orang yang tidak tahu terima kasih dan acuh tak acuh terhadap kesulitan orang lain.Xena segera menarik Yuna ke sisinya, suaranya terdengar penuh kelembutan."Selama kamu nggak mau, nggak ada yang bisa memaksamu. Tunggu saja di luar, aku akan mengurusnya."Xena mendorong Yuna keluar, lalu menutup pintu.Wajah r
Itu adalah kata-kata yang sederhana, namun terasa berat dan sulit baginya untuk terucap.Karena dalam dunianya, dia belum pernah meminta maaf kepada siapa pun.Pada saat ini, dia memeluk Yuna sambil membisikkan kata-kata ini berulang kali di bibirnya.Seakan-akan dengan berkali-kali mengucapkannya, Yuna akan memaafkannya.Saat itu, hati Yuna terasa sakit seperti diremas.Jurang antara Yuna dan Wano terlalu besar, tidak bisa diatasi hanya dengan beberapa permintaan maaf.Kalau saja Wano memiliki sedikit rasa percaya padanya. Andai saja dia pernah memiliki sedikit perasaan untuknya, mereka tidak akan sampai pada titik seperti hari ini.Dia tidak akan pernah melupakan saat-saat dia terbaring di genangan darah dan bagaimana Wano mengabaikannya.Dia tidak akan pernah melupakan bagaimana dia dianggap sebagai kenari peliharaan dan bagaimana kasih sayangnya selama tujuh tahun telah diinjak-injak.Yuna tidak akan pernah melupakan kata-kata kejam yang diucapkan Wano saat dirinya berada di ambang
Dia akan memandangnya dengan mata berbinar-binar, "Kamu baru pulang? Aku hampir mati kelaparan."Setiap kali Yuna seperti ini, membuatnya tidak bisa menahan diri.Seringkali, sebelum makan, dia akan memanjakan Yuna terlebih dahulu.Barulah pada sekarang Wano menyadari, bahwa ini adalah kebahagiaan, bahwa dia pernah memiliki kebahagiaan seperti ini.Namun, dialah yang menghancurkan kebahagiaannya sendiri.Setiap kali mengingat masa lalu itu, hatinya terasa tertusuk begitu tajam.Dia membungkuk dan menatap Roger dengan wajah pucat.Suaranya terdengar dingin, "Aku masih belum mati!"Roger memandangnya, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa hormat yang seharusnya dimiliki oleh seorang adik.Sebaliknya, sudut bibirnya melengkung tersenyum nakal."Melihat kondisimu, kayaknya hidupmu nggak akan lama lagi," ujarnya dengan penuh ejekan, "Lagi pula, kenapa kamu pikir Kak Yuna akan menunggumu mati? Kamu bukanlah prianya lagi."Wano merasa seolah-olah Roger adalah musuh yang dikirimkan oleh takdir bu
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper