Itu adalah kata-kata yang sederhana, namun terasa berat dan sulit baginya untuk terucap.Karena dalam dunianya, dia belum pernah meminta maaf kepada siapa pun.Pada saat ini, dia memeluk Yuna sambil membisikkan kata-kata ini berulang kali di bibirnya.Seakan-akan dengan berkali-kali mengucapkannya, Yuna akan memaafkannya.Saat itu, hati Yuna terasa sakit seperti diremas.Jurang antara Yuna dan Wano terlalu besar, tidak bisa diatasi hanya dengan beberapa permintaan maaf.Kalau saja Wano memiliki sedikit rasa percaya padanya. Andai saja dia pernah memiliki sedikit perasaan untuknya, mereka tidak akan sampai pada titik seperti hari ini.Dia tidak akan pernah melupakan saat-saat dia terbaring di genangan darah dan bagaimana Wano mengabaikannya.Dia tidak akan pernah melupakan bagaimana dia dianggap sebagai kenari peliharaan dan bagaimana kasih sayangnya selama tujuh tahun telah diinjak-injak.Yuna tidak akan pernah melupakan kata-kata kejam yang diucapkan Wano saat dirinya berada di ambang
Dia akan memandangnya dengan mata berbinar-binar, "Kamu baru pulang? Aku hampir mati kelaparan."Setiap kali Yuna seperti ini, membuatnya tidak bisa menahan diri.Seringkali, sebelum makan, dia akan memanjakan Yuna terlebih dahulu.Barulah pada sekarang Wano menyadari, bahwa ini adalah kebahagiaan, bahwa dia pernah memiliki kebahagiaan seperti ini.Namun, dialah yang menghancurkan kebahagiaannya sendiri.Setiap kali mengingat masa lalu itu, hatinya terasa tertusuk begitu tajam.Dia membungkuk dan menatap Roger dengan wajah pucat.Suaranya terdengar dingin, "Aku masih belum mati!"Roger memandangnya, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa hormat yang seharusnya dimiliki oleh seorang adik.Sebaliknya, sudut bibirnya melengkung tersenyum nakal."Melihat kondisimu, kayaknya hidupmu nggak akan lama lagi," ujarnya dengan penuh ejekan, "Lagi pula, kenapa kamu pikir Kak Yuna akan menunggumu mati? Kamu bukanlah prianya lagi."Wano merasa seolah-olah Roger adalah musuh yang dikirimkan oleh takdir bu
Zakri menggeleng, "Tentu saja bukan begitu, kamu dibawa ke klinik apartemen mereka."Wano menggertakkan gigi karena marah.Apakah Yuna tak khawatir kalau dokter-dokter tidak kompeten di klinik itu akan membunuhnya?Wano tidak pernah menyadari betapa kejamnya Yuna padanya. Dia bahkan tak memberi kesempatan Wano untuk menebus kesalahannya.Melihat sang presdir marah hingga matanya memerah. Zakri bukan hanya tak merasa simpati, melainkan juga senang.Tak peduli siapa yang akan mengingatkan berkali-kali, Wano tidak akan pernah menggubrisnya.Sekarang, orang yang dia cintai telah tiada.Dia sangat antusias untuk melihat bagaimana presdirnya berusaha mendapatkan kembali cintanya.Zakri pura-pura menghibur, "Pak Wano, mungkin Pengacara Yuna sangat sibuk. Hari ini dia pergi bersama Pak Xena menandatangani kontrak resmi dengan Grup Hudayana. Mereka terlihat sangat bersemangat, bahkan muncul di televisi. Banyak pengguna internet berkomentar bahwa mereka adalah pasangan dengan keserasian paling k
Dulu Yuna sangat mencintainya, bagaimana bisa sekarang mengatakan sudah tak mencintainya lagi? Saat itu, Yudha keluar dari dapur sambil membawa piring.Sembari melihat ke sekeliling ruang tamu, Yudha berkata dengan heran, "Yuna belum pulang? Sepertinya tadi aku mendengar suaranya."Wano melangkah mendekat, lalu mengambil sesuatu dari tangannya sambil tersenyum, "Dia pergi ke atas ganti baju, nanti aku akan memanggilnya."Yudha ragu sejenak, lalu berkata, "Sebaiknya jangan, karena kalian sudah putus. Nggak baik orang luar sembarangan masuk ke kamar seorang anak gadis."Dia sebenarnya sangat menyukai Wano dan juga tahu bahwa Yuna sangat mencintainya.Namun, setelah keduanya bertengkar serius, sebagai seorang ayah, tak mudah baginya untuk memaafkan Wano begitu saja.Bisnis adalah bisnis, sedangkan perasaan adalah perasaan.Dia tidak akan lagi mencampuradukkan perasaan putrinya dengan urusan bisnis.Mendengar istilah "orang luar" ini, membuat hati Wano terasa pahit.Saat Yudha keluar dari
Yudha dan Yuna langsung melihat Wano secara bersamaan.Di sana hanya terlihat sosok pria dengan ekspresi yang tak tahu malu. Dia mengangkat cangkir teh dan meneguknya dengan acuh tak acuh sambil menyunggingkan senyum tipis pada bibirnya.Namun, matanya memancarkan kejujuran yang luar biasa.Yuna langsung menghapus foto tersebut, lalu tersenyum manis memandang ayahnya."Ayah, menurutku yang menjadi hakim ini boleh juga. Kalau benar-benar bersama, kami juga punya banyak topik untuk dibicarakan. Bagaimana menurut Ayah?"Yudha mengangguk begitu gembira, "Baiklah, setelah makan malam nanti Ayah akan menghubunginya. Kamu dulu pernah bertemu dengannya waktu kecil. Dia juga masih sangat menyukaimu."Setelah itu, tanpa melupakan sopan santun, Yudha kembali melihat ke arah Wano."Wano, aku mengerti dengan maksudmu. Tapi kalian sudah berulang kali berpisah dan berdamai. Aku benar-benar nggak ingin melihat Yuna terluka lagi. Lebih baik kalian menjalani kehidupan masing-masing dengan baik saja.""P
Wano bertanya dengan suara yang lembut, "Ada apa?"Yuna menunjuk ke leher Wano sambil berkata, "Ada sesuatu di lehermu."Yudha yang melihatnya ikut terkejut dan bertanya, "Kenapa di wajahmu juga ada? Wano, jangan-jangan kamu alergi seafood, ya?""Benar, aku akan minum obat saat pulang, semuanya akan baik-baik saja, "jawab Wano dengan tenang.Yudha segera bangkit dari kursinya, "Alergi bisa jadi masalah yang serius, jangan dianggap enteng. Yuna, cepat bawa Wano ke rumah sakit untuk diperiksa, jangan sampai terjadi apa-apa."Kalau sampai tuan muda ini terkena masalah di rumahnya, keluarga mereka tidak akan mampu membayar kompensasinya.Yuna juga menganggap ini serius, jadi dia mengambil kunci mobil, lalu berkata, "Ayo, aku akan mengantarmu ke rumah sakit."Wano menampilkan penyesalan pada wajahnya, padahal aslinya merasa lega dalam hatinya.Dia pun naik mobil bersama Yuna.Sebelum sempat duduk dengan nyaman, Yuna berkata dengan nada dingin dan agak kesal."Wano, kamu sudah tahu kalau kam
Yuna segera menyadari apa yang dimaksud Wano dengan mengalihkan perhatian.Dia memukul-mukul dada Wano dengan keras, "Wano, apa yang kamu lakukan, lepaskan aku!"Napas Wano yang sudah tersengal-sengal semakin memburu.Wano memeluk Yuna semakin erat. Saat mencium aroma bunga pada tubuh Yuna, dia merasa seperti kehilangan kendali.Dia tidak peduli dengan infus di pergelangan tangannya, tidak peduli dengan pukulan Yuna, dan bersiap untuk mencium bibirnya.Saat melihat kedua bibir mereka hampir bersentuhan, Yuna merasa sangat terhina.Jelas-jelas Wano mengatakan bahwa dia tidak menginginkan Yuna lagi dan bahkan tak pernah mencintainya. Lalu, mengapa masih terus mengganggunya seperti ini?Yuna begitu menolak ciuman itu. Dalam keputusasaan, dia meraih gelas air di meja samping tempat tidur dan menghantamkannya ke kepala Wano.Ketika seseorang sangat emosional, kekuatan dalam tindakan mereka juga dapat meningkat secara signifikan.Yuna yang biasanya sangat lembut, kali ini memukul Wano dengan
"Nggak pernah."Zakri langsung menggeleng, pacarnya hanya akan melontarkan beberapa pukulan kecil.Dia sendiri juga bukan sosok seperti presdirnya yang selalu mencari gara-gara.Wano memandangnya dengan penuh arti, "Cinta sejati selalu melibatkan pertempuran darah. Dia pasti hanya sebatas pacarmu saja. Nggak ada apa-apanya dibandingkan aku dan Yuna."Pak Wano, apa lagi yang Anda harapkan?' tanya Zakri dalam hati.Kamu dan Pengacara Yuna telah putus dan dia telah mengabaikanmu. Jadi, bagaimana bisa masih begitu sombong dan bilang kalau ini adalah cinta sejati?' tambah Zakri dalam hati.Namun, sebagai bawahan yang bijaksana, Zakri langsung menjawab sambil tersenyum, "Benar, hubungan kami memang tak sebanding dengan hubungan Anda dan Pengacara Yuna. Betapa hebatnya perpisahan dan kembali bersatunya kalian, itulah yang dinamakan cinta. Hubungan kami terlalu hambar, nggak ada bagusnya sama sekali."Wano meliriknya, "Kenapa rasanya kamu seperti mengolok-olokku?""Bukan begitu, Pak Wano. Yang
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper