Share

Dua Sisi

Penulis: Andika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-11 14:25:57

Hari minggu adalah hari dengan jadwal malas-malasan sedunia!!

Setidaknya itulah yang Binar pikirkan setiap hari minggu tiba. Ia tidak perlu bangun pagi untuk bersiap bekerja, ia bisa bangun tidur sesiang mungkin dan diam di kamarnya selama yang ia suka. Tidak ada yang lebih sempurna daripada diam di dalam kamar seharian!

Sang nenek yang merawatnya sejak kecil selalu membiarkan Binar berbuat semaunya khusus di hari minggu saja. Tapi di hari biasa ia mesti kerja ekstra keras selain bekerja di Bars-Man, ia juga wajib membantu pekerjaan rumah. Tak hanya membantu seadanya tapi harus melakukan segalanya dengan sempurna. Menyapu hingga tak ada debu tersisa, mengepel lantai sampai mengkilap, menyetrika baju sampai rapi seperti baju di mall. Neneknya bilang ini penting untuk bekalnya nanti jikalau berumah tangga. Tetapi bagi Binar yang masih ini seperti sedang disiksa pelan-pelan sampai mati.

Matahari sudah menembus tirai kamarnya ketika Binar masih berbaring dan memainkan game Mobile Legends di ponselnya.

“Ah noob banget sih ini temen-temenku.. payah!” Binar marah-marah karena timnya terdesak menuju kekalahan.

“Deek.. mau sarapan??” tanya neneknya yang sedang menyapu ruang tengah. ‘Adek’ adalah panggilan Binar di rumahnya.

“Engga... eh... pengen bubur neek!”

“Ya sudah beli dulu sana..”

Binar melempar ponsel seenaknya ke atas kasur dan melompat turun ranjang untuk berganti pakaian. Ia kemudian mengikat rambut lurusnya yang panjang sembari berjalan keluar dan mengambil sepedanya.

“Lho kamu gak pake motor Joko aja dek?”

“Enggak ah, biar sehat!” kata Binar sambil membawa sepedanya keluar rumah. Padahal yang sebenarnya ia takut mengendarai sepeda motor meskipun ia bisa memakainya. Joko adalah cucu neneknya yang lain yang kerja di supermarket. Joko sering memakai bus kota untuk berangkat bekerja jadi seringkali sepeda motornya nganggur di rumah.

Binar mengayuh sepedanya dengan santai menyusuri jalanan yang ternyata sudah ramai. Sejauh ini ia sudah menemukan dua tukang bubur tapi ia masih belum yakin yang mana diantaranya yang lebih enak, jadi ia meneruskan mengayuh sepedanya.

Selagi bersepeda ke arah utara ia jadi teringat sesuatu.

Ini kan gak jauh dari rumah mbak Nala..

Lima menit kemudian ia sudah memberhentikan sepedanya di depan rumah dua tingkat itu.

“Mbak Naaalaaaa..” Binar memanggil dengan volume maksimal.

“Binar?” kata Nala dari balik pagar.

“Iya mbaaak.”

Nala membukakan pintu pagar garasi yang sudah karatan itu.

“Ayo masuk..” kata Nala sembari membukakan pintu sedikit lebih lebar supaya sepeda Binar bisa melaluinya.

“Jadi gimana mbak???” tanya Binar bersemangat sambil duduk di kursi rotan di depan teras.

“Oh.. masih ada komiknya kok.. aman.. kemaren mas Samudera telepon aku kok,” kata Nala yang mengambil kursi di sebelah Binar.

“Eh bukan kooomiikkk... eh.. eh.. eh.. sebentar.. mas jomblo telepon mbak Nala??”

Nala mengangguk. “Emang kenapa?”

Binar melompat kegirangan hingga berdiri dari kursinya. “Yess!”

“Hahaha emang kenapa sih?”

“Kalau mas jomblo itu udah berani telepon berarti dia ada udah ada niat..”

“Masa?”

“Iya dong! Kemarin ngobrol apa aja jadinya??”

“Cuma bilang mau ambil komik tapi cari sewa mobil dulu..”

Binar menepuk dahinya. “Mas jomblo emang payah!”

“Emang kenapa kamu semangat sekali ngenalin aku ke mas Samudera?”

“Eh mbak, kata ustad di dekat rumah.. menjodohkan orang sampai menikah itu pahalanya besar.. dibuatkan rumah di surga!” kata Nala bersemangat sembari merentangkan tangannya lebar-lebar seolah ia sedang memeluk rumah.

Nala tertawa kecil melihat kelakuan gadis remaja ini. Binar dan Nala pertama kali berkenalan sekitar dua bulan lalu. Saat itu Nala datang ke rumah Binar untuk mengambil baju yang sudah dikecilkan oleh neneknya Binar (neneknya ada seorang penjahit). Karena saat itu nenek tidak di rumah jadi Binar meminta nomor Nala untuk nanti diberi kabar jika neneknya sudah pulang. Dan sejak saat itu mereka berkomunikasi via w******p, apalagi kebetulan Nala memang sedang akan mengosongkan kamar adiknya dan hendak menjual barang-barang didalamnya.

Bagi Binar yang segera mengetahui Nala sedang sendirian, teman barunya ini bisa jadi calon yang baik untuk atasannya yang jomblo akut.

“Kamu mau masuk dulu? Aku baru masak lho..”

“Eh enggak.. aku tadi lagi cari bubur.. iseng aja main kesini.. ini mau lanjut jalan,” kata Binar yang teringat kembali tujuan awalnya keluar rumah dan segera berdiri berpamitan.

“Lain kali mampirnya lebih lama ya,” kata Nala sembari tersenyum.

“Siap!! nanti aku bawa sekalian si mas jomblo!” teriak Binar yang sudah mengayuh sepedanya menjauh.

Binar tersenyum-senyum sendiri sembari mengayuh sepedanya dengan pelan-pelan. Ia selalu senang bertemu dengan Nala karena Nala sangatlah berbeda dengan Binar. Sikap Binar yang aktif seolah dinetralkan dengan perangai Nala yang kalem, santai, ramah, dan cenderung sendu.

Lima belas menit kemudian Binar sudah berada di rumahnya lagi dengan dua bungkus bubur di tangannya.

“Ini neek..” teriak Binar sambil menaruh bubur di meja.

“Lho kamu cuma beli dua dek??”

Binar yang sudah masuk ke kamarnya berjalan mundur kembali dan melirik neneknya.

“Iya.. kenapa nek?”

“Nanti ada tamu lho..”

“Tamu?”

“Iya.. tapi ya gak apa-apa.. biasanya dia bawa makanan sendiri juga..”

Hari minggu dengan cepat hampir habis karena matahari sudah mendekat di horizon untuk kembali bersembunyi meninggalkan tempat untuk diambil alih bulan purnama. Binar tertidur pulas sejak siang tadi dan kini lamat-lamat mulai membuka kedua matanya. Orang bilang tidur di sore hari itu tidak baik, neneknya sudah membangunkannya sejak sepuluh menit yang lalu tapi kepalanya baru bisa terangkat sekarang.

Binar menguap lebar-lebar dan mengambil ponselnya di atas meja di samping ranjangnya.

“AAAAHH!!!”

Binar lupa untuk mengisi batere ponselnya selagi ia tidur.. Ia menaruh kembali ponselnya di meja dan berdiri tegak. Rasanya nyaman sekali setelah tidur siang yang cukup lama. Badannya terasa segar dan punggungya terasa lentur. Besok hari senin mana bisa seperti ini, jam segini malah ia pasti sedang mengayuh sepedanya untuk pulang.

“Eeeh udah datang!!” suara neneknya terdengar dari luar. Binar tak begitu peduli..

“Iya.. ini ada kue buat nenek sama Binar..” kata suara satu lagi yang terdengar tak asing.

Mendengar kata kue ia langsung melesat keluar kamar untuk melihat tamu yang sungguh dermawan itu.

“Halo!!” kata tamu itu ketika melihat kepala Binar muncul dari balik pintu kamarnya.

“AAAH!!!” Binar berlari dan melompat untuk memeluknya. “Kapan mbak sampai sini?”

“Seminggu lalu tapi mbak harus tinggal di hotel karena semua anggota tim perusahaan ada disana..”

“Padahal nginap disini saja!”

“Haha maunya sih gitu..”

“Ya udah kesini aja!”

“Nanti gak bisa kerja..”

Binar merengut manja.

“Binar jangan ganggu mbak Ajeng!! capek dia kasihan,” kata neneknya dari belakang.

Ajeng Puspa Ningtias tersenyum tipis.. sudah lama ia tidak mampir kemari...

Bab terkait

  • Jerat sang Mantan   Nyonya Presdir

    Siapa yang tak suka tinggal di hotel mewah? Fasilitas lengkap, selalu di kamar tipe suite, dan tentu saja secara gratis. Tidak seratus persen gratis tentu saja, tapi setidaknya Puspa tidak membayarnya sendiri. Semua sudah ditanggung Johan sang suami yang tak tersayangnya. Ajeng Puspa Ningtias.. Ia lebih suka dipanggil Puspa karena menurutnya lebih menarik perhatian. Dan sesuai harapannya, seumur hidupnya Puspa selalu menjadi pusat perhatian dimanap

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-23
  • Jerat sang Mantan   Kejutan Kecil

    Kebersihan adalah sebagian dari iman, tapi khusus bagi Sam selain daripada itu, kebersihan adalah juga sebagian dari penjualan. Apalagi bagi toko sam yang menjual barang bekas, jika barang jualannya semakin bersih maka semakin barang itu tidak terlihat bekas di mata pembeli dan akan (mudah-mudahan) membuat mereka membelinya.Sam menggunakan kuas nilon halus untuk mengusir debu dari salah satu action figure Batman original yang baru saja ia beli kemarin dari seseorang. Sam mendapatkannya dengan harga murah, tak sampai dua juta, jika sudah bersih ia berniat menjualnya seharga setidaknya tiga juta menurut harga pasaran.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-25
  • Jerat sang Mantan   Telepon

    "Hai..."Kata sapaan yang singkat itu sukses membuat Sam diam mematung dengan mata terbelalak. Sam tidak pernah melupakan nada bicara yang lembut namun penuh gairah itu. Cara bicaranya yang mengalun merdu nan menggoda. Dalam sekejap bayangan wajah Puspa menclok di dalam otaknya dengan berbagai eskpresi.Sam menelan ludah mengumpulkan nyali yang berantakan hanya karena satu kata dari Puspa tadi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Jerat sang Mantan   Menjemput

    Sembari menyetir mobil bak pinjaman dari Pak Broto, Sam bersiul-siul dengan ceria. Matahari terlihat lebih cerah, awan berwarna lebih putih, dan cuaca panas terasa biasa saja. Ya, Sam sedang merasa senang hari ini, meski kalau ditanya ia akan berkilah dan berkata 'bias aja ah!". Tapi tingkat kecerahan hatinya bisa dilihat dari betapa lebar senyumnya saat ini. Bahkan jalanan yang macet tidak mampu mengusir senyum lebarnya sekarang. Sementara Sam senyum-senyum sendiri, di sampingnya Binar sedang bermain game di ponselnya sepanjang perjalanan. Matanya tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Jerat sang Mantan   Rahasia Kecil

    Ini sudah kelima kalinya dalam sepuluh menit terakhir Puspa melirik angka jam di layar ponselnya. Ia hanya punya waktu mungkin sekitar empat puluh menit lagi saja sebelum meeting dimulai di kantor developer. Ia mendesah gelisah saat angka menit di layar ponselnya semakin bertambah.Puspa melirik ke sekelilingnya, dia bisa datang kapan.... saja gumamnya dalam hati. Sembari merapikan kemejanya beberapa kali dengan gugup ia menyisir rambutnya dengan jari.Ia harus tampak sempurna.. Ia ingin terlihat sempurna.. setidaknya di hadapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Jerat sang Mantan   Lusa

    Mungkin sudah lima menit terakhir ini Sam memandang tanggal di layar ponselnya yang memiliki gambar Doraemon sebagai latar belakangnya. Lusa acara reuni akan dilaksanakan dan Sam merasa takut sekaligus bersemangat menghadapinya.Bagaimana rupa teman-temannya sekarang?Bagaimana kabar mereka?Apa mereka bahkan masih mengingat Sam??Dan ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • Jerat sang Mantan   Sarah

    Rambut halus di tangan dan tenguk Sam terasa merinding, padahal angin sedang tidak berhembus kencang. Bowo, Prima, dan Darso berjalan berkeliling komplek penginapan yang luas ini sementara Sarah dan Sam mengikuti di belakangnya. Sesekali Sam melirik Sarah di sebelahnya, sesekali pula pandangan mereka beradu membuat Sam merasa kikuk. "Jadi... kamu sehat?" Sarah mengawali dengan suara seraknya. Sam mengangguk tapi tidak menjawab jelas.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Jerat sang Mantan   Reuni part I

    Sam melangkah ke depan cermin gantung yang sudah sedikit buram itu. Ia sedang mencari-cari bayangan dari dirinya sendiri di masa ketika ia masih sibuk mengejar dosen ke kelas. Wajahnya masih sama seperti dulu, ditambah sedikit keriput disana sini dan terlihat lebih lelah. Rambutnya masih sama panjang seperti dulu, bahkan cara berpakaiannya pun masih sama.Ia melirik jam di dinding toko yang entah mengapa terdengar berdetak lebih keras daripada biasanya.Masih dua jam lagi sebelum acara dimulai.. ujarnya dalam hati sembari menarik napas panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10

Bab terbaru

  • Jerat sang Mantan   Reuni part III

    Sarah menyadari kedatangan Puspa yang sedang berjalan dengan dagu diangkat tinggi mendekatinya. Hatinya gusar melihat tingkah Puspa yang terlihat pongah, jelas ia masih menyimpan perasaan yang mengganjal peninggalan masa lalu. Tapi hari ini ia adalah tuan rumah, dan ia tahu harus bersikap sebaik mungkin.Dan dengan setarikan napas panjang ia menegakkan diri dan tersenyum lebar seramah mungkin layaknya seorang tuan rumah pada tamunya.“Selamat siang,” sapa Sarah sedikit menunduk ramah menyapa.

  • Jerat sang Mantan   Reuni part II

    Seperti biasanya, Puspa selalu merasa percaya diri dimanapun ia berada. Begitupun kala ia memasuki area lapangan tempat reuni. Dengan langkah tegap layaknya seorang manajer level atas yang hendak memimpin meeting ia berjalan masuk.Segera saja banyak orang melambaikan tangan ketika melihat kedatangannya. Puspa tak lupa melempar senyum pada mereka semua. Dan tentu saja dari sudut matanya ia bisa melihat Sam yang sedang berdiri mengobrol dengan Prima.Dalam hati ia cukup terkejut melihat penampilan Sam yang sepertinya tidak berubah sama sekali dari saat ia terakhir bertemu dengannya.

  • Jerat sang Mantan   Reuni part I

    Sam melangkah ke depan cermin gantung yang sudah sedikit buram itu. Ia sedang mencari-cari bayangan dari dirinya sendiri di masa ketika ia masih sibuk mengejar dosen ke kelas. Wajahnya masih sama seperti dulu, ditambah sedikit keriput disana sini dan terlihat lebih lelah. Rambutnya masih sama panjang seperti dulu, bahkan cara berpakaiannya pun masih sama.Ia melirik jam di dinding toko yang entah mengapa terdengar berdetak lebih keras daripada biasanya.Masih dua jam lagi sebelum acara dimulai.. ujarnya dalam hati sembari menarik napas panjang.

  • Jerat sang Mantan   Sarah

    Rambut halus di tangan dan tenguk Sam terasa merinding, padahal angin sedang tidak berhembus kencang. Bowo, Prima, dan Darso berjalan berkeliling komplek penginapan yang luas ini sementara Sarah dan Sam mengikuti di belakangnya. Sesekali Sam melirik Sarah di sebelahnya, sesekali pula pandangan mereka beradu membuat Sam merasa kikuk. "Jadi... kamu sehat?" Sarah mengawali dengan suara seraknya. Sam mengangguk tapi tidak menjawab jelas.

  • Jerat sang Mantan   Lusa

    Mungkin sudah lima menit terakhir ini Sam memandang tanggal di layar ponselnya yang memiliki gambar Doraemon sebagai latar belakangnya. Lusa acara reuni akan dilaksanakan dan Sam merasa takut sekaligus bersemangat menghadapinya.Bagaimana rupa teman-temannya sekarang?Bagaimana kabar mereka?Apa mereka bahkan masih mengingat Sam??Dan ya

  • Jerat sang Mantan   Rahasia Kecil

    Ini sudah kelima kalinya dalam sepuluh menit terakhir Puspa melirik angka jam di layar ponselnya. Ia hanya punya waktu mungkin sekitar empat puluh menit lagi saja sebelum meeting dimulai di kantor developer. Ia mendesah gelisah saat angka menit di layar ponselnya semakin bertambah.Puspa melirik ke sekelilingnya, dia bisa datang kapan.... saja gumamnya dalam hati. Sembari merapikan kemejanya beberapa kali dengan gugup ia menyisir rambutnya dengan jari.Ia harus tampak sempurna.. Ia ingin terlihat sempurna.. setidaknya di hadapannya.

  • Jerat sang Mantan   Menjemput

    Sembari menyetir mobil bak pinjaman dari Pak Broto, Sam bersiul-siul dengan ceria. Matahari terlihat lebih cerah, awan berwarna lebih putih, dan cuaca panas terasa biasa saja. Ya, Sam sedang merasa senang hari ini, meski kalau ditanya ia akan berkilah dan berkata 'bias aja ah!". Tapi tingkat kecerahan hatinya bisa dilihat dari betapa lebar senyumnya saat ini. Bahkan jalanan yang macet tidak mampu mengusir senyum lebarnya sekarang. Sementara Sam senyum-senyum sendiri, di sampingnya Binar sedang bermain game di ponselnya sepanjang perjalanan. Matanya tidak b

  • Jerat sang Mantan   Telepon

    "Hai..."Kata sapaan yang singkat itu sukses membuat Sam diam mematung dengan mata terbelalak. Sam tidak pernah melupakan nada bicara yang lembut namun penuh gairah itu. Cara bicaranya yang mengalun merdu nan menggoda. Dalam sekejap bayangan wajah Puspa menclok di dalam otaknya dengan berbagai eskpresi.Sam menelan ludah mengumpulkan nyali yang berantakan hanya karena satu kata dari Puspa tadi.

  • Jerat sang Mantan   Kejutan Kecil

    Kebersihan adalah sebagian dari iman, tapi khusus bagi Sam selain daripada itu, kebersihan adalah juga sebagian dari penjualan. Apalagi bagi toko sam yang menjual barang bekas, jika barang jualannya semakin bersih maka semakin barang itu tidak terlihat bekas di mata pembeli dan akan (mudah-mudahan) membuat mereka membelinya.Sam menggunakan kuas nilon halus untuk mengusir debu dari salah satu action figure Batman original yang baru saja ia beli kemarin dari seseorang. Sam mendapatkannya dengan harga murah, tak sampai dua juta, jika sudah bersih ia berniat menjualnya seharga setidaknya tiga juta menurut harga pasaran.

DMCA.com Protection Status