Bram melihat sisi lain dari menantunya. Wanita pilihannya memang tegar dari segala sisi sayangnya dia juga rapuh di saat bersamaan. Ressi membuat benteng sekuat yang dia mampu, tapi dia lupa jika benteng itu tersemat dua nama yang akan selalu menghancurkan dirinya dalam kondisi apa pun, Valeri dan Arcala.
Setelah menyaksikan Arcala dan Sissylia keluar dari ruangan tersebut sekaligus dari tumah Ragananta dalam keadaan tidak lebih buruk dari Ressi.Bram hanya terdiam tanpa ingin menegur padahal dirinya sudah duduk di ruang keluarga sedari mereka masuk ke dalam ruangan tersebut.Bahkan Rossy pun tidak sudi menunggu mereka dan memilih menyendiri di taman belakang."Yongky," panggil Bram pada penjaga rumah Ragananta sekaligus pegawai kesayangan menantunya."Iya Pak." Yongky menatap datar mertua dari putrinya."Hancurkan ruangan itu! Bersihkan sampai tidak tersisa apa pun." Sama seperti Yongky, tatapan Bram pun datar dan mengerikan.Di sana, di selasar sekolah Valeri sepasang laki-laki dan perempuan yang baru saja membuat Ressi membakar studio lukis di rumahnya.Tengah berbincang dengan wali kelas Valeri sedangkan gadis kecil itu tidak nampak di sekitar mereka. Setidaknya hal itu cukup membuat Ressi bernafas sedikit lega.Baru saja Ressi turun dari mobilnya dan akan berjalan menuju kelas Valeri. Sesosok pria sudah menggandeng tangan putrinya dengan bahagia.Berjalan sedikit cepat dengan senyum mengembang, Ressi menghampiri Arga dan Valeri."Papa, kita mau ke mana?" Valeri bertanya pada Arga yang sedari tadi bersamanya.Sebenarnya Valeri tidak ada kelas tambahan. Dia hanya meminta pada miss Laila supaya bekerja sama dengan mengatakan hal demikian. Alasannya karena Valeri tidak ingin pulang cepat.Bersamaan dengan Arga dan Valeri yang mulai dekat pada Ressi, Arcala dan Sissylia pun menoleh pada keduanya.Kalau dikatakan sengaja. Arga memang sengaja datang ke sekolah Valeri selain karena m
Dengan penuh perasaan bahagia, Arcala dan Sissylia membawa Valeri memasuki restoran tersebut."Valeri suka makan sushi?" tanya Sissy mencoba mendekatkan diri pada Valeri.Tidak begitu semangat menjawab gadis kecil itu hanya mengangguk tanpa ekspresi."Aunty juga suka," ucap Sissy bersemangat."Ayo, kalian mau pesan apa saja? biar Daddy yang pesan ya. Seperti biasa kan?" usul Arcala.Valeri tetap diam tidak ingin menjawab atau menolak. Dia memiliki tujuan saat mengikuti mereka berdua.Mengingat mommy-nya perasaan bersalah semakin menekan Valeri membuatnya menggumamkan maaf berkali-kali di dalam hatinya. Hanya saja dia merasa memang harus melakukan ini. Menyakiti atau tidak kenyataannya Ressi sudah tersakiti sejak sadar jika dia tidak bisa menggapai seorang Arcala.Beberapa saat kemudian, Arcala sudah kembali dengan nampan berisi berbagai jenis sushi yang biasanya mampu membuat Valeri tersenyum bahagia.
"Ayo bangun Re. Kamu harus kuat demi Valeri," ucap Arga menenangkan Ressi yang masih bersimpuh dan terdiam.Mendengar bujukan Arga, dia menatap pria itu dengan pandangan tersesat."Valeri meninggalkanku Ga. Putriku pergi dariku mereka mengambil putriku," gumam Ressi linglung."Tidak Re. Tidak ada yang merebut putrimu dia milikmu," ujar Arga menenangkan.Menoleh dan menatap Arga. Netra Ressi bersinar oleh harapan yang dikatakannya."Benarkah Valeri milikku?" tanya Ressi seperti anak kecil.Sekarang Arga harus bagaimana? Mau mengatakan ya, apa kuasanya?Sekalipun dia mampu menjungkir balikkan dunia atas dan dunia bawah. Apa dia bisa mengubah fakta yang sesungguhnya?"Kenapa dia sejahat ini padaku Ga? Apa salahku sampai dia menyiksaku seperti ini?" pertanyaan yang juga tidak mampu Arga jawab. Karena, dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran bajingan sialan itu.Jika saja membelah tengkorak k
Mendekati kedua orang tersebut, dia berjalan perlahan takut kehilangan momen berharga yang jarang sekali terjadi.Bagaimana keduanya terlihat begitu pas dan cocok jadi akan memilih memihak tim Arcala-Ressi atau Arga-Ressi?"Mommy," panggil Valeri perlahan.Keduanya serentak menoleh ke belakang bahkan Ressi langsung beranjak dari duduknya setelah melihat Valeri dan berlari menghampiri gadis kecilnya.Memeluk erat putrinya dia menangis lega, "oh my God Baby, kamu kembali sayang." "Aku kembali untuk Mommy," Valeri balas memeluk mommy-nya tak kalah erat. Meski ada setitik kekosongan di dalam hatinya. Itu semua tertutupi oleh perasaan bahagia ketika sudah bersama dengan sang mommy."Apa kamu tidak menyesal sayang?" tanya Ressi lirih."Ada rasa sesal Mommy...," Valeri menjeda ucapannya sambil tersenyum lemah. "Tapi Valeri jauh lebih menyesal ketika meninggalkan Mommy di sini sendirian." Valeri memberi jarak dengan Ressi samb
"Apa yang harus kulakukan Cala?" tanya Sissylia merenung di tengah restoran. "Aku sudah mendapat semuanya di dalam genggamanku, tapi aku kehilangan sesuatu yang lebih berharga.""Semuanya akan jadi mudah ketika kamu jujur Sayang," ucap Arcala."Bagaimana kalau dia tidak bisa menerima semuanya?" itulah yang selama ini Sissylia pikirkan."Mana mungkin. Justru dia akan bahagia," jawab Arcala.Namun, Sissy tidak yakin dengan apa yang Arcala katakan. Perasaan terdalamnya mengatakan jika dia sudah tidak bisa berbuat banyak. Jika dia mengatakan yang sejujurnya bisa jadi Sissylia malah kehilangan segalanya tanpa bisa memohon lagi.Jadi dia memilih diam tidak mengatakan apa-apa lagi. Dirinya terlalu lelah dan tidak ingin adu argumen dengan lelaki yang sangat dia cintai. Yang seharusnya bisa membuat Valeri tetap berada dalam kendali pria itu. Namun, sekali lagi Sissy tidak ingin dan berusaha untuk tidak menyalahkan siapa pun selain Ressi.
Berhari-hari setelah keadaan yang menguras tenaga dan air mata.Semua kembali dengan normal. Normal versi tidak normal menurut Bram dan Rossy, sebab Arcala kembali ke rutinitas biasanya tanpa perduli jika orang tuanya ada di rumah Ragananta.Nampaknya dia mulai menunjukkan perlawanan terhadap orang tuanya sendiri. Meski yang dilakukan Arcala adalah hal biasa bagi Ressi, namun yang seperti itu jelas sangat tidak biasa bagi orang tuanya.Sungguh pengaruh seorang Sissylia sangat luar biasa. Ressi harus respek dengan sikap setia Arcala, sayang sekali pria itu justru menarik Ressi ke dalam drama yang dia ciptakan."Mau ke mana Raga?" tanya Bram saat mendapati Arcala yang mengenakan pakaian rapi padahal dia baru saja pulang dari kantor."Ada urusan sebentar Pa," jawab Arcala tanpa mau menjelaskan lebih lanjut dan berlalu begitu saja."Mau ke mana dia Re?" Tidak puas hanya bertanya pada putranya, Bram pun bertanya pada menantunya.
"Nah, ini dari opa kamu." Ressi menyodorkan silver card yang diberikan oleh Bram pada Valeri.Valeri tersenyum dengan riang dia melompat dari mobil mommy-nya untuk menghampiri sang opa. Berteriak-teriak girang dia memanggil Bram, "Opa Opa Opa!" Lalu menerjang Bram untuk memeluknya erat sangat erat. "Hei hei ada apa Valeri?" Bram kuwalahan dengan tingkah cucunya."Terima kasih Opa," ucap Valeri dengan tawa girang."Iya iya sayang. Dihabisin ya, nanti Opa isi lagi." Kesombongan Bramantyo memang tidak bisa ditoleransi oleh siapa pun meski itu keluarga terdekatnya sendiri. "Ayo cepat sana. Mommy kamu sudah menunggu.""Okay Opa, aku berangkat ya." Valeri kembali melompat-lompat dengan riang menuju mommy-nya.Dengan halus Valeri masuk ke dalam mobil sang mommy sambil cengengesan. "Sudah?" tanya Ressi setelah selesai mengotak-atik ponselnya."Sudah Mommy," jawab Valeri."Okay kita berangkat ya." Ressi menghidupkan mob
Begitu masuk ke dalam cafe, suasana yang amat nyaman dan tenang langsung terasa sehingga membuat Ressi merasa rileks. Meski bukan pecinta kopi namun aroma kopi seperti aroma terapi yang mampu membuat syaraf-syaraf Ressi mengendur."Suasana cafe ini memang tidak pernah gagal membuatku nyaman." Velora sudah duduk di kursi dekat dengan jendela kaca yang memperlihatkan cafe outdoor yang terlihat sama nyamannya dan itu masih satu bangunan dengan cafe indoor yang Ressi kunjungi.Wanita itu menyusul bunda dari sahabat putrinya lalu duduk nyaman di hadapan Velora."Sayang sekali Madara tidak ada di sisi. Sama sepertiku yang menyukai cafe ini, dia juga menjadikan tempat ini favoritnya." Velora melanjutkan ceritanya dan itu cukup baik bagi Ressi yang tidak terlalu bisa memulai obrolan."Sudahlah, dia sedang hamil tua. Nanti telinganya akan panas karena terlalu banyak kita bicarakan," ucap Velora sambil terkekeh geli.Di sisi lain seorang wanita ya
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak