"Nah, ini dari opa kamu." Ressi menyodorkan silver card yang diberikan oleh Bram pada Valeri.
Valeri tersenyum dengan riang dia melompat dari mobil mommy-nya untuk menghampiri sang opa. Berteriak-teriak girang dia memanggil Bram, "Opa Opa Opa!"Lalu menerjang Bram untuk memeluknya erat sangat erat. "Hei hei ada apa Valeri?" Bram kuwalahan dengan tingkah cucunya."Terima kasih Opa," ucap Valeri dengan tawa girang."Iya iya sayang. Dihabisin ya, nanti Opa isi lagi." Kesombongan Bramantyo memang tidak bisa ditoleransi oleh siapa pun meski itu keluarga terdekatnya sendiri. "Ayo cepat sana. Mommy kamu sudah menunggu.""Okay Opa, aku berangkat ya." Valeri kembali melompat-lompat dengan riang menuju mommy-nya.Dengan halus Valeri masuk ke dalam mobil sang mommy sambil cengengesan. "Sudah?" tanya Ressi setelah selesai mengotak-atik ponselnya."Sudah Mommy," jawab Valeri."Okay kita berangkat ya." Ressi menghidupkan mobBegitu masuk ke dalam cafe, suasana yang amat nyaman dan tenang langsung terasa sehingga membuat Ressi merasa rileks. Meski bukan pecinta kopi namun aroma kopi seperti aroma terapi yang mampu membuat syaraf-syaraf Ressi mengendur."Suasana cafe ini memang tidak pernah gagal membuatku nyaman." Velora sudah duduk di kursi dekat dengan jendela kaca yang memperlihatkan cafe outdoor yang terlihat sama nyamannya dan itu masih satu bangunan dengan cafe indoor yang Ressi kunjungi.Wanita itu menyusul bunda dari sahabat putrinya lalu duduk nyaman di hadapan Velora."Sayang sekali Madara tidak ada di sisi. Sama sepertiku yang menyukai cafe ini, dia juga menjadikan tempat ini favoritnya." Velora melanjutkan ceritanya dan itu cukup baik bagi Ressi yang tidak terlalu bisa memulai obrolan."Sudahlah, dia sedang hamil tua. Nanti telinganya akan panas karena terlalu banyak kita bicarakan," ucap Velora sambil terkekeh geli.Di sisi lain seorang wanita ya
Plaaakkkkkk.Satu tamparan mengenai pipi kiri Ressi sampai membuat wajahnya berpaling ke kanan. Rasa nyeri menyebar sampai membuatnya memejamkan mata meresapi sakit yang membuat matanya terasa panas dan berkaca-kaca padahal dia tidak menangis.Velora yang ada di samping Ressi syok dengan wajah terkejut dia menutup mulutnya dengan kedua tangan sebelum berteriak lebih nyaring lagi.Dia tidak terbiasa dengan kekerasan semacam ini, masih dengan menutup mulut dengan sebelah tangan Velora berusaha membantu Ressi. Namun, ditahan oleh Ressi. Dia tidak mau terjadi apa-apa pada Velora dan janinnya."Tidak apa-apa Ve, kamu bisa menyingkir sebentar. Ini urusanku," cegah Ressi setelah mampu menguasai diri.Berdiri tegak, akhirnya dia melihat siapa yang telah menyerangnya. Senyum Ressi mengembang namun ia langsung berdesis saat pipinya kembali nyeri. Aish dirinya lupa jika habis ditampar, hal itu juga membuat Velora ikut berdesis khawatir namun menurut
Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih.Sissylia terserempet mobil sampai tak sadarkan diri dengan luka yang lumayan. Untung saja suami Velora sudah datang sehingga Ressi tidak harus susah payah membantu Sissylia.Di saat Sissylia terluka entah secara fisik maupun mental. Ressi mengalami kehancuran yang tidak bisa dia deskripsikan dengan benar. Menatap Valeri yang memandang hampa kejadian di depan matanya membuat Ressi lebih remuk dari yang seharusnya."Baby please," mohon Ressi penuh penderitaan. Valeri tetap tidak menoleh namun bibirnya bergetar seolah hendak mengatakan sesuatu."A-aku bukan anak Mommy."Tidak cukup hancur, remuk dan segala hal yang berhubungan dengan rasa sakit. Pernyataan Sissylia memiliki butterfly efek yang meremukkan Ressi. Bom waktu yang Ressi genggam telah meledak di saat yang sangat tidak Ressi harapkan meski sudah ia duga hal seperti ini akan terjadi."No no! Kamu anak Mommy sayang, kamu anak
Ressi duduk diam di ruang rawat dengan dokter yang membersihkan serta mengobati luka-luka lecet yang dia dapat akibat terjatuh di atas paving blok trotoar jalan setelah dihempaskan oleh Sissylia.Siapa yang menemaninya?Tidak ada!Valeri ada di pelataran Rumah sakit bersama Avixenna, Arcala sudah barang tentu bersama Sissylia. Velora melakukan pemeriksaan setelah mengeluh jika perut bawahnya mengalami kram."Apa ada luka lain lagi Bu?" tanya dokter membuyarkan lamunan Ressi."Tidak Dok." "Baiklah sudah selesai Bu." Dokter memberitahu jika pekerjaannya telah usai."Terima kasih Dokter," ucap Ressi sopan.Setelah menyelesaikan administrasi serta keperluan obat yang sudah pasti tidak akan Ressi minum. Dia pun keluar dari dalam ruangan tersebut dan tidak mendapati seorang pun yang menunggui dirinya.Terduduk lemah di kursi depan ruangan dokter. Ressi menunduk menertawakan betapa menyedihkan dirinya saat in
"Aku akan bertanya Raga. Tolong jawab," pinta Ressi dengan helaan nafas lirih."Tanyakan!" balas Arcala mengambil duduk di ujung berlawanan dengan Ressi. Membuat wanita itu semakin miris karena merasa seperti wabah penyakit yang harus dijauhi."Kenapa kamu membawaku dalam lingkaran api ini?" Ressi menerawang jauh ke angkasa.Terhenyak. Arcala tidak menyangka jika akan mendapat pertanyaan demikian. Sekarang dia harus menjawab apa?"Karena Valeri." Hanya itu alasan yang tepat karena kenyataannya memang itu alasan Arcala."Kamu bisa menyewa babysitter saat itu Raga." Ressi seperti komputer yang jika diberi pertanyaan akan menjawab dengan nada datar hanya saja kali ini dia bertanya dengan suara tanpa intonasi.Terdiam beberapa saat Arcala memilah-milah apa yang ingin dia katakan. "Saat itu aku tidak terpikir sampai sana. Keadaanku cukup kacau, perusahaan limbung, Sissylia sedang mengejar karirnya lalu orang tuaku mendesak agar aku s
"Aku ingin ke rumah Avixenna," ijin Valeri kepada Ressi yang kebetulan Arcala juga ada di sana.Dengan menunduk tanpa berani menatap wajah dua orang yang dia anggap orang tuanya selama ini. Akan tetapi kali ini Valeri membutuhkan jarak dari mereka. Apalagi setelah mendapati kenyataan yang sebenarnya?Kenyataan yang menghancurkan perasaannya yang masih kecil. Perasaan yang seharusnya tidak mengalami hal besar semacam ini."Tapi Baby-" Arcala ingin menolak permintaan putrinya sebab jika Sissy terbangun nanti pasti akan mencarinya, namun Ressi memotong perkataan pria itu."Okay Baby. Pergilah Mommy memberi ijin untukmu," ucap Valeri mengijinkan. Dirinya tahu jika Valeri membutuhkan jarak dan waktu untuk menghadapi semua kegilaan yang seharusnya tidak ditanggung oleh pundaknya yang masih kecil."Tapi Re-" Arcala mencoba mendebat. "Go away Baby. Xenna menunggu," lanjut Ressi lembut sambil mengusap puncak kepala Valeri penuh sayang.Menatap Ressi be
Saat sampai di ruangan kekasihnya Sissylia masih belum sadar. Arcala duduk di kursi samping ranjang Sissy, mengambil telapak tangan kekasihnya lalu menempelkan pada pipinya sembari dia kecup perlahan.Erangan lirih terdengar dari Sissylia sebelum dia membuka mata. Meringis sejenak lalu netranya terbuka dengan cepat dia mengitari ruangan mencari-cari keberadaan gadis kecil berambut kecoklatan seperti warna rambutnya."Di mana Valeri Cala?" tanya Sissy mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuhnya.Mengusap perlahan dahi dan surai kekasihnya Arcala tersenyum lembut sebelum berkata, "dia meminta ijin untuk bermalam di rumah temannya.""Apa aku membuat kesalahan Cala. Tidak, tidak aku benar-benar salah!" lirih Sissy putus asa."Ada apa sebenarnya?" tanya Arcala lembut membujuk."Aku cemburu Cala. Aku tidak bisa menahan diri rasanya aku begitu marah melihat kedekatan Valeri dengan wanita itu! Dia bukan siapa-siapa untuk Valeri
Perasaan Ressi membaik. Sepanjang perjalanan meski tubuhnya nyeri senyum lebar menghiasi wajahnya yang semakin terlihat menawan.Sampai di rumah dia bahkan sempat menyapa satpam yang berada di pos dekat gerbang.Memarkirkan mobilnya dengan mulus dia langsung turun bahkan hendak berlari masuk ke dalam rumah namun, urung sebab kakinya yang sudah pasti akan semakin membengkak jika dia melakukan itu.Setelah berada di dalam rumah dia agak mengernyit heran karena rumah nampak sepi padahal mertuanya ada di rumah.Naik ke kamarnya dia bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum turun kembali ke dapur.Setelah selesai, dia kembali turun. Begitu mendekati dapur Ressi mendengar sedikit keramaian berasal dari sana.Yang ternyata ibu mertuanya tengah berkutat di dapur."Mama sedang apa?" tanya Ressi basa-basi karena dia tahu mertuanya tengah memasak."Sedang nonton tivi Re," jawab Rossy kalem lalu tertawa lirih.
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak