*Happy Reading*"Angel, kok ngomongnya gitu. Ini kakek, Cu.""Jangan sentuh putriku!" sergah Navisha dengan lantang, seraya menjauhkan Angel dari jangkauan Pak Jarwo. Papanya Gerald. "Apa-apaan kamu, Navisha!" Pak Jarwo tersentak kaget mendengar larangan mantan anak tirinya. "Saya ini kakeknya Angel, saya berhak dekat dengannya. Kamu harus sadar diri, Nav. Justru kamu yang gak punya hak apa pun terhadap Angel, cucuku!" tukasnya marah sekali atas sikap Navisha yang menurutnya kurang ajar. Pak Jarwo memang sudah mengetahui semuanya. Tadi sebelum ke Mall ini, dia sudah menemui Gerald dan meminta penjelasan kenapa putranya itu sampai bisa di tahan. Gerald bilang, Navisha yang melaporkannya. Menuduh Gerald menculik putrinya sendiri. Hanya itu saja yang Gerald ceritakan. Tidak tentang yang sebenarnya. Khususnya penganiayaan itu. Awalnya, Pak Jarwo marah sekali atas pengakuan Gerald tentang Angel yang ternyata adalah bayi yang sempat ia tolak saat dibawa Navisha. Pria tua itu ingat bagai
*Happy Reading*"Ya, aku Frans! Temannya Raid Anderson dan tangan kanannya Pak Arjuna Setiawan." Mendengar hal itu, Navisha lega luar biasa. Ia merasa terselamatkan dengan kehadiran Frans. Tentunya Navisha bisa minta tolong pria ini untuk lepas dari Pak Jarwo dan anak buatnya, kan?Di lain pihak. Mendengar dua nama yang disebutkan pria yang mengganggu aksinya saat itu. Boy, si bodyguard Pak Jarwo pun sontak menelan saliva kelat, pun bosnya. Mereka tahu dua nama itu dan tahu betul jika orang yang disebutkan tadi bukanlah orang biasa.Raid Anderson dan Arjuna Setiawan. Pak Jarwo tak pernah ingin berurusan dengan dua nama itu. Karena pengaruh keduanya sungguh luar biasa di dunia bisnis. Hanya orang bodoh yang ingin berurusan dengan dua orang itu. Kecuali urusan bisnis, lebih baik tidak usah sok cari panggung dengan mengganggu mereka. Sudah banyak cerita tentang pengusaha-pengusaha yang bersinggungan dengan mereka malah berakhir buruk. Dibuat bangkrut dan diblacklist dari industri, tera
*Happy Reading*"Apa Raid yang menyuruhmu melindungi Navisha diam-diam?" tanya William, setelah akhirnya tahu duduk perkara yang terjadi.Ia sudah mendengar cerita versi Angel dan mencari tahu keadaan sebenarnya, dari petugas toko dan cctv yang ada di tempat tersebut. William pun segera menarik Frans menjauh dari semua orang agar bisa ia tanyai lebih lanjut. Sementara Navisha sedang di tenangkan oleh Febby, dan Angel sudah di ajak main oleh Fadly. Tadi yang menelepon sebenarnya adalah Reinan. Kawannya itu mengajak pergi ke tempat liburan bersama mumpung masih di sana. Reinan juga mengajak serta Navisha dan Angel. Karena itulah ia sekalian menunggu mereka datang tadi. Siapa sangka, William hampir saja kecolongan gara-gara hal tersebut. "Tidak," jawab Frans santai."Lalu kenapa kau ada di sini dan bisa menyelamatkan Navisha?" cecar William penuh selidik. Sejujurnya, ia agak cemburu dengan Frans. Karena lagi-lagi, Frans bisa menjadi pahlawan untuk Navisha dan Angel. William merasa seda
*Happy Reading*"Dibebaskan?!"Baru saja tadi siang William mendapat kabar tentang Pak Jarwo, yang naik banding kasus hak asuh Angel. Sorenya, ia dikejutkan kembali dengan kabar kebebasan Gerald dari Raid."Ya! Alan baru saja memberitahuku perihal hal itu. Dia bilang, ayahnya Gerald membebaskan pria itu dengan uang jaminan."Astaga, Tuhan! Apa lagi ini?"Aku memberitahumu kabar ini supaya kau waspada, Will. Karena aku yakin, dia pasti akan kembali mengganggu Navisha dan Angel." Raid menambahkan. "Bukan akan, Raid. Tapi sudah," jawab William dengan helaan panjang. "Kau tahu, tadi siang Navisha baru saja mendapat surat dari pengadilan. Ternyata Pak Jarwo mengajukan naik banding tentang hak asuh Angel," imbuhnya lagi.Di seberang sana, terdengar Raid juga ikut menghela napas panjang. Mungkin ikut lelah menghadapi ulah Gerald yang tak ada habisnya. Bahkan kini pria itu membawa serta ayahnya sebagai sekutu. "Apa rencanamu kali ini, Raid? Jujur saja, aku kasihan pada Navisha. Baru saja ku
*Happy Reading*"Uhm ... itu, Pak. Kemarin siang, saya nggak sengaja lihat Milli di cafe yang tak jauh dari kantor, bersama pria yang waktu itu menculik Angel."Apa?! Seketika William menegakan posisi duduknya. Ia seolah bisa melihat sebuah benang merah dari sikap Milli barusan. Atau ... mungkin juga ini juga alasan aksi naik banding yang dilakukan Pak Jarwo. Mengingat katanya waktu itu Frans sempat mengancam Pak Jarwo tentang koneksi yang Navisha miliki dengan dua orang berstatus besar. Harusnya, pria tua itu mengerti dan menyerah tentang masalah Angel. Namun yang terjadi, lihatlah? Pria itu tetap ngeyel mengganggu Navisha lagi. Apa ... ini artinya mereka bertiga sudah bersekutu?"Maksud kamu Gerald?" William ingin memastikan tebakannya. "Iya, Pak. Pria itu, yang selalu mengaku sebagai ayahnya Angel. Saya lihat kemarin siang makan bareng sama Milli. Kelihatannya mereka sedang dekat." Farell memang tidak mengetahui fakta tentang Angel yang anak biologis Milli. "Eh, tapi dibilang de
*Happy Reading*"Ma, Angel mau adik bayi." Angel menatap ibunya dengan binar harap. "Pa, Angel mau adik bayi." Kini beralih pada sang ayah dengan binar yang sama. Berbeda dengan Navisha yang langsung kalang kabut ditodong permintaan itu. William malah mengulum senyum geli. Ia melirik Navisha dan mengedipkan sebelah matanya penuh arti. Meski begitu, dalam hati William sangat bahagia mendengar permintaan Angel barusan. Karena ... oh, ayolah! Dia masih pria normal. Kalian fikir selama ini dia tidak kesulitan menahan kebutuhan biologisnya selama menikah dengan Navisha. Iya, judulnya saja menikah. Tetapi faktanya, sampai saat ini William dan Navisha masih seperti dua orang yang hanya tinggal bersama dalam satu atap. Tidak pernah tidur satu ranjang. Berinteraksi pun hanya sekedarnya saja. Jujur saja, William tersiksa terus menahan hasrat lelakinya setiap kali menginginkan haknya sebagai suami.Di tempatnya, Navisha langsung melotot horor melihat kedipan William. Lalu segera membuang waja
*Happy Reading*[Kamu masih di tempat Naira?]Navisha menerima chat dari William saat siang hari. Ketika ia masih menunggu kue di dalam oven. Kue pengantin? Bukan! Kue coklat yang pada akhirnya mereka buat.Ya. Mereka memang tidak jadi membuat kue pengantin seperti permintaan Naira kemarin. Karena apa? Kan sudah dibilang, mood swing ibu hamil seperti Naira tak akan bisa melewati proses membuat kuenya yang membutuhkan kesabaran. Huh! Untung Navisha sayang. Coba kalau tidak, sudah Navisha empos itu pantat si Naira. Bikin orang gemes aja. [Masih. Kenapa?]Navisha membalas singkat. [Kebetulan aku ada pertemuan dengan klien di restoran dekat apartemen Naira. Mau aku antar, pulangnya?]Navisha tidak langsung menjawab. Menimang terlebih dulu baiknya bagaimana. Maunya sih ia langsung menolak dan pulang sendiri saja. Tetapi karena obrolannya tadi bersama Naira. Navisha pun memutuskan akan mulai membuka hati lagi untuk William. [Boleh. Nanti kabarin aja kalau pertemuan kamu udah selesai.]T
*Happy Reading*"Rel, belikan obat!" titah William lagi pada Farell yang langsung mendekat saat mendengar kegaduhan yang melibatkan Navisha dan William. Diikuti kedua klien William tentu saja. Farell mengangguk patuh dan langsung pergi menjalankan titah tuannya. Meninggalkan dua tamunya yang masih tampak penasaran. Si wanita bahkan sudah terang-terangan memindai Navisha dari ujung kepala hingga ujung jempol. Meski sebenarnya Navisha mengenakan sepatu plat saat itu. Jadi ya jempolnya gak akan kelihatan juga. Tetapi ya namanya juga pribahasan. Namun, hal itu tentu membuat Navisha mulai tidak nyaman. Ia paling tidak suka jadi pusat perhatian banyak orang seperti itu. Sudah dibilang, kan, Navisha tidak suka keramaian sebenarnya. "Pak, Willi. Ada apa?" tanya klien William yang pria. "Maaf, Pak Agus. Nampaknya saya tidak bisa melanjutkan pembahasan kerja sama kita hari ini. Saya harus menyelesaikan satu hal penting dulu di sini.""Hal penting? Maksudnya masalah nona di sebelah bapak in