Home / Romansa / Jerat Pesona Wanita Panggilan / Tuduhan yang Menyakitkan

Share

Tuduhan yang Menyakitkan

Author: Dwina
last update Last Updated: 2023-07-06 18:04:30

"Bagaimana dengan tawaran mamamu kemarin lusa?"

Langkah Rinai terhenti di ujung tangga saat mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Angkasa, ayah mertuanya.

Rinai baru saja pulang dari rumah sakit dan dia pikir, tidak ada seorangpun di rumah ini. Toh juga Rinai pulang menggunakan taksi tanpa ada yang menghiraukan kepulangannya. Rinai membalikkan badan dengan ragu dan juga sedikit canggung, khawatir kalau Shakira tiba-tiba datang dan kembali menghajarnya seperti empat hari yang lalu.

Sejujurnya, ada luka dan trauma di hati Rinai. Membayangkan bagaimana Shakira memukulnya tempo hari, masih bagai mimpi buruk baginya.

"Nai," panggil Angkasa dengan lembut.

Rinai memejamkan matanya untuk beberapa detik, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bertemu tatap dengan Angkasa. "Saya nggak mau ada salah paham lagi," lirih Rinai pelan.

"Saya minta maaf, Nai." Angkasa mendekat ke arah Rinai dan menatap perempuan itu dengan teduh. Terlihat ketulusan dari pancaran matanya saat ini. "Maaf untuk semuanya—maaf untuk masa lalu yang ternyata membuatmu jadi menderita dan juga maaf untuk kejadian kemarin."

Rinai tak menanggapinya sama sekali.

"Maaf karena kegilaan saya, kamu jadi kehilangan banyak hal dalam hidupmu. Saya benar-benar menyesal dan—"

"Andaikan permintaan Anda bisa mengembalikan Ibu saya… andai ucapan maaf itu bisa menghidupkan kembali anak saya… mungkin saya akan memaafkan Anda, Pak Angkasa…"

Angkasa terbelalak kaget. Meskipun telah empat tahun berlalu, tapi Angkasa tidak pernah tahu bagaimana nasib Rinai setelah terjebak skandal dengannya dan mereka kembali dipertemukan saat Kala mengenalkan perempuan ini sebagai calon istrinya, enam bulan yang lalu.

Angkasa kembali mendekat dan berniat untuk meraih jemari Rinai, namun ditepis oleh menantunya dengan cepat. "Nai, lebih baik kamu terima tawaran Shakira. Tinggalkan Kala dan kamu bisa mulai hidup yang lebih baik di luar sana. Setidaknya, kamu nggak akan disakiti lagi."

Mendengar penuturan Angkasa, Rinai langsung tergelak dan menjawab, "Agar Anda merasa bebas dari semua rasa bersalah? Ingat ya… saya kehilangan Ibu dan anak saya karena ulah Anda, saya nggak akan—"

"Tapi saya menyukai kamu, Nai." Angkasa berkata dengan lugas dan tegas, berusaha meyakinkan Rinai. "Bahkan sejak pertama kali kita bertemu lima tahun yang lalu. Nggak ada yang berubah sama sekali, kalau pun dulu saya sengaja jebak kamu di ruang kokpit, ya karena saya nggak tahu lagi harus melakukan apa agar bisa memiliki kamu. Tapi bukan berarti kamu justru jadi milik anak saya, Nai…"

Rinai menggelengkan kepalanya berulang kali. Entah kenapa, Rinai rasanya begitu jijik mendengar pengakuan yang keluar dari mulut lelaki paruh baya di hadapannya ini.

Entah untuk keberapa kalinya juga, Rinai mengutuk pertemuannya dengan Kala. Siapa sangka, lelaki yang membuatnya jatuh cinta ternyata anak dari bajingan yang telah merenggut segalanya dari hidup Rinai. Bahkan, ketika Rinai menyangkal perasaannya dan kabur dari Kala—semesta menyatukan mereka kembali dengan segala drama yang ada di dalamnya.

"Terima tawaran Shakira ya, Nai," bujuk Angkasa sekali lagi. Ia raih kedua tangan Rinai dan menggenggamnya dengan erat. "Hiduplah dengan tenang di luar sana, soalnya kamu nggak akan pernah menang melawan Shakira. Dia bukan lawan yang sepadan untukmu, percaya sama saya."

Rinai menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. "Saya nggak pernah mundur, apalagi setelah istri Anda membu—"

Angkasa langsung memotong kalimat Rinai, "Pergi dari sini dan tinggalkan Kala selamanya. Saya ngomong begini, karena saya menyayangi kamu. Saya mencintai—"

"Mencintai Rinai, maksudnya?!"

Spontan, Rinai memejamkan kedua matanya dengan kuat ketika telinganya menangkap suara Kala dari arah pintu utama rumah itu. Derap langkah tergesa-gesa dari arah sana juga terdengar jelas olehnya, membuat Rinai sudah bisa menerka apa yang akan terjadi.

"Pa!" bentak Kala melepas genggaman tangan Angkasa dari tangan Rinai. "Jawab aku, Pa!" tambahnya lagi dengan nada tinggi dan ada kilatan emosi di wajahnya. "Papa mencintai istriku? Kalian saling mencintai?!"

Perlahan, Rinai memberanikan diri untuk menatap kenyataan yang ada di hadapannya dan secara bersamaan Kala pun melirik ke arahnya dengan kening mengkerut. Rinai pun menggeleng untuk membantah ucapan suaminya.

"Menyayangi dan mencintai… apa maksud semua ini, Nai?" lirih Kala menatap kecewa ke arah istrinya. "Ada apalagi yang aku nggak tahu di rumah ini, hm?" Kala menatap Angkasa dan Rinai secara bergantian, tatapan yang menuntut jawaban dari dua orang di hadapannya.

Belum sempat Rinai dan Angkasa menanggapi, mata Kala terpaku pada perut Rinai. Kala terkejut. Perlahan, tangannya bergerak untuk memastikan apa yang ia lihat.

"Nai, anak kita…" Suaranya terdengar berat dan juga bergetar. Kala berdiri dengan kedua lututnya di depan Rinai, tangannya masih meraba untuk memastikan tidak ada lagi calon buah hatinya di sana.

Lirikan pada Rinai mengiringi gerak tangan Kala dan saat itulah tangisnya kembali pecah.

"Kamu sengaja menggugurkan anak kita, Nai?" tuding Kala menatap nanar ke arah perut istrinya, sebelum akhirnya mendongak agar tatapannya dan Rinai saling bertemu. "Bisa-bisanya kamu nggak kasih kabar apapun ke aku—bahkan setelah dengan sengaja kamu bunuh anak aku, Nai?" Ia guncang tangan Rinai sekuat tenaga, tidak peduli dengan suara isak tangis istrinya.

Rinai makin meraung dan tangisnya tidak bisa dikendalikan lagi.

"Kamu aborsi setelah usia kandungan sebesar itu, Nai? Kenapa, Nai? Kenapa?!" desak Kala yang terus mengguncang tubuh Rinai hingga perempuan itu kehilangan keseimbangan. Rinai terhenyak di lantai, tapi Kala terus meremas bahunya dengan keras.

"Kal, ini bukan salah Rinai. Ini salah papa," ucap Angkasa menarik lengan Kala yang langsung melotot ke arahnya. "Semua nggak seperti yang kamu pikirkan."

Kala makin tersulut emosi saat mendengar ucapan sang ayah. Kedua tangannya dengan refleks berpindah ke kerah kemeja Angkasa. "Jadi kalian sepakat untuk menggugurkan bayi itu? Hubungan kalian sudah sejauh mana, hah?!"

"Kal…"

"Jangan bilang kalau kalian berdua udah lama selingkuh di belakang aku dan juga mama," tuduh Kala dengan geram, menoleh ke belakang dan menatap Rinai dengan marah. "Tega banget kamu, Nai…"

Related chapters

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Haruskah Kita Bercerai?

    Rinai menghampiri Kala ke kamar mereka setelah puas menangis di lantai dasar rumah mewah tersebut. Setelah meluapkan kekesalan pada sang ayah, lelaki itu memutuskan untuk naik ke kamarnya di lantai dua, serta mengabaikan Rinai yang terus menangis dengan terisak-isak di sana.Banyak kemelut yang kini bagai benang kusut di dalam pikiran Kala. Merasa tidak dianggap penting oleh istrinya, kesedihan karena mengetahui fakta bahwa Kala telah kehilangan calon bayi yang ia tunggu-tunggu kelahirannya—juga kenyataan bahwa Angkasa—ayahnya sendiri mencintai Rinai lebih dari rasa cinta seorang ayah mertua terhadap menantunya.Kala merasa dikhianati oleh dua orang yang ia sayangi sekaligus."Kamu nggak bisa ya tanya baik-baik?" tanya Rinai begitu tangisnya reda dan hatinya sudah jauh lebih tenang. "Kamu nggak bisa sedikiiiit… saja berempati sama aku? Kamu nggak penasaran, apa yang terjadi sampai aku harus kehilangan anak kita? Nggak mau tahu juga, seberat apa hari-hari yang aku lewati tanpa kabar da

    Last Updated : 2023-07-06
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Tamu Tak Diundang

    "Haruskah pernikahan ini kita akhiri saja, Nai?" ulang Kala sekali lagi karena pertanyaan sebelumnya tidak ditanggapi oleh Rinai.Untuk beberapa saat, tatapan mereka saling bertemu dan Rinai tetap memilih untuk diam. Banyak hal yang kini berlarian di dalam kepalanya dan Rinai berusaha untuk tidak terlihat putus asa saat itu. Rasanya, kisah pilunya terasa lengkap—kehilangan calon bayinya dan sebentar lagi akan kehilangan lelaki yang selalu mengatakan bahwa Rinai adalah dunianya, bahwa Rinai adalah segalanya, dan akan selalu mencintainya hingga menua bersama.Semuanya omong kosong yang kini berhasil menyunggingkan senyum sinis di wajah Rinai. Dia pun akhirnya berkata, "Jangan minta persetujuanku, sebab kamu tahu sendiri kan kalau ini adalah permintaanku yang selalu nggak bisa kamu kabulkan."Entah ada gores penyesalan di hatinya atau Kala merasa makin putus asa, lelaki itu justru menekuk kepalanya sedalam mungkin seraya berbisik, "Aku tahu kalau selama ini kamu berusaha mencari cara unt

    Last Updated : 2023-07-07
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Lelaki dari Masa Lalu Rinai

    Langkah Kala sempat terhenti di undakan anak tangga menuju lantai dasar, tempat di mana Rakhayasa tengah duduk dan mengamati beberapa lukisan yang terpajang di ruangan tersebut. Lelaki itu terlihat begitu tampan dengan rahang yang sangat tegas. Tatapannya yang dingin seperti biasa, tapi terlihat memesona.Dan hal itu tidak luput dari pengamatan Kala, terkadang itu membuatnya jengah tapi Kala selalu memungkirinya. Meskipun Rakhayasa adalah sepupunya, tapi Kala tidak terlalu akrab dengannya. Apalagi setelah pertemuannya dengan lelaki itu di sebuah night club ternama di daerah Jakarta Selatan setahun yang lalu, malam yang akhirnya membuat Kala terus membenci sepupunya ini."Hai, apa kabar?" sapa Rakha dengan nada dingin dan juga datar.Kala membalasnya dengan senyum kecut sebelum akhirnya menghampiri Rakha yang duduk di sofa berwarna navy tersebut. Mengulurkan tangan ke arahnya, namun diabaikan begitu saja oleh Rakha yang balas tersenyum sinis padanya. Tatapan keduanya saling beradu se

    Last Updated : 2023-07-07
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Mampu Menghangatkan Rinai

    "Kalau kamu kangen tidur bareng Rinai..."Rinai mendongak agar bisa menatap suaminya dengan mata memicing. "Kamu nggak bisa ya kalau nggak menghinaku di depan orang lain?!" komentar Rinai atas pertanyaan yang Kala ucapkan kepada Rakha, sementara pria itu memilih untuk mendengus ketimbang menjawabnya."Loh, kan aku cuma tanya… apa mantan FWB-an kamu ini lagi kangen tidur bareng istriku atau gimana," balas Kala menahan tangan Rinai yang ingin menjaga jarak dengannya saat ini. Ia pun menyipitkan mata sebagai pertanda ketidaksukaannya dengan perubahan sikap Rinai, Kala ingin pernikahannya terlihat baik-baik saja, setidaknya di depan Rakha.Sepertinya Kala tidak bisa untuk tidak membuat Rinai sedih dan kecewa, barang sehari saja… Hal itu pun membuat Rinai mulai merasa lelah untuk tetap menjaga rasa sabarnya."Bagaimana pun kalian pernah—koreksi, bagaimana pun kalian sering tidur bareng dan wajar kalau aku tanya," ucap Kala lagi, seolah tidak peduli dengan perasaan Rinai ketika dia mengungk

    Last Updated : 2023-07-11
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Rakha Kembali Hanya untuk Rinai

    Deru napas Kala berubah memburu, wajahnya pun terlihat memerah dengan kedua tangan yang mengepal di sisi tubuhnya. Berbanding terbalik dengan reaksi Rakhayasa yang justru terlihat tenang, memainkan jari jemarinya dengan santai.Sementara Rinai, perempuan itu menatap Rakha dengan bingung, memiringkan kepalanya agar bisa mengamati temannya tersebut dengan saksama."Jangan terlalu naif, Kal. Kamu tahu sendiri kan, kalau bisnis keluarga kita sedang tidak baik-baik saja dan itu karena ulahmu sendiri yang menikahi seorang pelacur. Semua saham langsung anjlok dan investor makin meragukan kita."Kalimat yang keluar dari mulut Shakira yang mengamati mereka sedari tadi pun berhasil menarik perhatian Kala, Rinai, dan juga Rakhayasa. Ketiganya menatap Shakira dengan ekspresi yang berbeda satu sama lainnya."Ini hanya bisnis dan Rinai akan tetap jadi istrimu. Iya kan, Kha?" lanjut Shakira tersenyum bahagia, setidaknya dia yakin kalau Langit Group akan membantunya untuk bangkit kembali. Mengalahkan

    Last Updated : 2023-07-11
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Prahara Rumah Tangga

    Rinai mengetuk dagunya berulang kali, telah seminggu berlalu dan hingga detik ini pun Rinai masih belum memberikan jawaban apapun untuk penawaran yang Rakhayasa berikan padanya.Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan Rinai, salah satunya—Rinai tidak percaya pada dirinya sendiri—kalau Rakhayasa bisa bersikap biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka, Rinai ragu pada dirinya. Sebab ia yang paling tahu, bagaimana spesialnya setiap malam yang dilewati bareng pria itu di masa lalu, sebelum Kala hadir di antara mereka."Hari ini aku pulang agak larut," kata Kala yang muncul dari arah kamar mandi, terlihat pria itu tengah menyugar rambutnya yang masih basah."Iya," jawab Rinai singkat.Tidak bisa dipungkiri, kejadian seminggu yang lalu mengubah banyak hal dalam rumah tangga mereka. Kala jadi lebih pendiam dan sering pulang larut malam. Bahkan, dua hari yang lalu pria itu memilih menginap di studio dengan alat-alat musiknya ketimbang berbaring di atas ranjang bareng

    Last Updated : 2023-07-12
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Mengajak Rinai Untuk Menikah

    "Biasanya klien yang menunggumu sekarang justru sebaliknya," goda pria yang duduk di seberang Rakha sembari menatap jam di pergelangan tangannya sebelum menambahkan, "Bahkan kita udah duduk di sini hampir satu jam loh, Pak Boss."Rakha mengalihkan pandangannya dari iPad yang sejak tadi terus ia gulir, menatap ke arah sahabat yang merangkap sebagai asisten pribadinya tersebut. Tatapan datar dan seperti tak acuh."Kamu yakin… kalau pujaan hatimu akan datang, Boss?" ledeknya lagi, tak peduli kalau Rakha akan memelototinya atau melempar gelas berukuran tall yang berisi malt brew tersebut kepadanya. Septianegara tetap terkekeh, bahkan saat Rakha hanya melengos saja. "Risiko cinta bertepuk sebelah tangan, jadinya ya begitu… kamu sendiri yang menderita, kangen tapi nggak pernah bisa mengungkapkannya. Ujung-ujungnya juga sakit hati sendiri, kan?"Rakha menghembuskan napas perlahan. "Sep, kamu kebanyakan ngomong dari tadi," katanya dengan datar."Tapi apa yang aku bilang, sepenuhnya bener kan?

    Last Updated : 2023-07-13
  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Selingkuh Dibalas Selingkuh?

    "Keputusan gila apa yang sudah aku ambil hari ini?" tanya Rinai pada dirinya sendiri.Perempuan itu terus saja bergumam sendiri sejak tadi, dia yang tanya dan dia jugalah yang akan menjawabnya. Setelah menerima lamaran Rakha, ada rasa bersalah yang sejak tadi menggigit hati Rinai. Bagaimana tidak, Rinai tahu apa yang ia lakukan ini adalah dosa—perempuan yang masih bersuami diharamkan untuk dipinang apalagi menerima pinangan.Rinai memang bukan ahli surga atau perempuan yang terlalu taat pada agama juga, tapi hal kecil seperti itu Rinai mengetahuinya.Suara ketukan pada pintu kaca Rolls Royce yang ditumpangi Rinai saat ini berhasil menyentaknya hingga terperanjat. Kedua bola matanya memutar dengan refleks saat lelaki yang setengah jam yang lalu menyematkan cincin berlian di jemarinya tersebut masuk ke dalam mobil.Sekilas, Rinai mengamati wajah dingin dan datar milik Rakha. Tampaknya, Kala membuat pria ini marah dan juga kesal. Rinai mulai menerka-nerka, sebesar apa perdebatan di antar

    Last Updated : 2023-07-14

Latest chapter

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Kecemburuan Dua CEO

    "Kita kan nggak bisa memilih, pada siapa hati ini akan jatuh."Rakha menatap mata Rinai dengan lekat. "Ya, kita nggak pernah bisa memilih tentang jatuh cinta. Tapi kita bisa memutuskan, siapa yang akan menetap dan bertahan di hati kita. Dan aku tahu, aku nggak cukup berarti untukmu kan, Nai?""Hm?""Karena pada akhirnya kamu memilih untuk pergi dan meninggalkanku tanpa penjelasan," jawab Rakha dengan tenang."Untuk kebahagiaan kamu, Kha.""Untuk kebahagiaanmu, bukan aku."Rinai mengulas senyum tipis seraya mengangguk pelan. Seakan tengah mengiyakan pernyataan Rakha barusan. "Kamu harus melepaskan sesuatu agar kamu bisa memulai hal yang baru.""Seperti kamu yang memulai semua dengan Sambara?" tembak Rakha."Mungkin," dusta Rinai yang sebenarnya belum memulai hubungan dengan siapa pun.Mendengar jawaban Rinai, tentu saja itu membuat pikiran Rakha langsung menggila. Ia condongkan wajahnya pada perempuan itu, lebih dekat dan lebih rapat lagi. Rakha tancapkan tatapan matanya, tepat di mani

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Tidak Adil Rasanya, Nai...

    "Nai…" Langkah Sambara terhenti di ambang pintu masuk hotel mewah, tempatnya akan bertemu klien penting hari ini. Tangannya bergerak cepat menahan pergelangan Rinai, lalu tersenyum bimbang ke arah perempuan yang justru mengerutkan keningnya dengan heran. "A—aku boleh minta tolong, nggak?""Hm? Kenapa? Tolong apa?" balas Rinai dengan balik bertanya. "Kamu sakit? Pusingnya kumat? Atau gimana? Diare lagi? Panic attack-nya kumat-kah?" todong Rinai dengan cemas, mengusap-usap lengan dan bahu Sambara dengan khawatir.Di tempatnya, Sambara mengangguk samar. Meminta Rinai menggenggam jemarinya—seperti biasa setiap kali dia panik—hanya saja, kali ini Sambara tidak benar-benar sedang mengalami gejala panic attack seperti biasa.Dengan cemas, Rinai menautkan jemari mereka tanpa ragu sedikitpun. "Tenang, Sam… Ada aku di sini, kamu nggak sendiri kok. Tenang ya, tarik napas dalam dan lepaskan perlahan," ucap Rinai berusaha menenangkan Sambara yang mengikuti ucapan wanita itu tanpa pikir panjang.Beb

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Cintaku Tertinggal di Masa Lalu

    Tiga tahun telah berlalu…"Jangan takut membuka hati hanya karena masa lalumu. Trauma bisa dipulihkan, jadi jangan abaikan orang-orang yang ingin mendekatimu hanya karena ketakutanmu mengulang kisah pahit di masa lalu."Rinai tetap fokus pada layar laptopnya, mengabaikan pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya—bahkan, berada di sisinya puluhan bulan terakhir."Rinai… semua orang ada masanya, setiap masa, pasti ada orangnya. Kamu pernah dengar itu, kan?" bisiknya lagi meksipun dia tahu, Rinai akan tetap mengabaikannya. "Nai, biarkan aku menjadi orang yang akan menghapus jejak-jejak luka di hatimu. Siapa tahu, akulah orang yang dijadikan Tuhan sebagai jawaban dari doa-doa yang selalu kamu minta."Suara tawa Rinai memecahkan keheningan yang sedari tadi berusaha diciptakan olehnya. Beberapa kali pukulan pelan melayang ke lengan lelaki yang ikut terkekeh melihat bagaimana kedua mata Rinai terpicing karena tawanya. Meskipun berulang kali menyatakan cinta, dan berulang kali juga diabaika

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia Mati, Tapi Tidak Dengan Traumaku

    "Nai.""Hm?" Rinai bergumam pelan, tanpa menoleh ke arah Rafko yang berdiri tepat di belakangnya.Tampak ragu, tapi akhirnya Rafko menceritakan apa yang baru saja ia temukan di layar gawainya. Sembari mengarahkan portal berita yang sejak tadi ia baca. "Angkasa ditemukan tewas di kamarnya," jelas Rafko.Awalnya Rinai terlihat enggan untuk mengamati layar ponsel yang Rafko sodorkan ke arah matanya, tetapi kalimat sepupunya itu berhasil menyita perhatian Rinai hingga dia bergerak refleks untuk meraih benda pipih itu dan menggulir layarnya.Keningnya mengerut, lantas menggigit ujung bibirnya berulang kali. Jemarinya terus mencari-cari berita yang berkaitan dengan insiden tersebut."Pihak kepolisian sudah menyatakan kalau Angkasa bunuh diri, tapi beberapa rumor aneh juga lagi beredar di Indonesia."Rinai mengangkat wajahnya, menatap Rafko dengan wajah bingung dan penuh tanda tanya.Seolah tahu maksud dari tatapan itu, Rafko pun segera mengatakan, "Ada rumor yang mengatakan kalau Angkasa se

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Menghamili Wanita yang Sama

    "Jawab pertanyaanku, Pa!" desak Kala setelah mendorong ayahnya ke arah balkon kamar pria tersebut. "Apa benar papa telah memerkosa Rinai dan membuatnya hamil?!"Sorot amarah dan kebencian tidak bisa dipungkiri dari tatapan mata Kala saat ini. Ia melotot, seolah akan memakan Angkasa hidup-hidup saat ini juga."Jawab!" hardiknya lagi."Omong kosong macam apa itu, Kal?" Angkasa berusaha untuk membantahnya. "Mana mungkin papa melecehkan istrimu sendiri. Kamu tahu sendiri kan kalau Rinai itu mantan pelacur, jadi—"Kala mencekik leher sang ayah, membuat pria paruh baya tersebut tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Papa melecehkan dia jauuuuh sebelum Rinai menjadi wanita panggilan," tuding Kala kembali berapi-api. "Dan papalah yang membuat Rinai terjerumus dalam dunia gelap itu. Papa yang menghancurkan hidup Rinai, sampai dia putus asa dan akhirnya memilih jalan untuk melacur. Karena papa, semua karena papa!"Mendengar bagaimana lantangnya suara putranya ketika menguak tentang dosa-dosanya, A

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Pelacur Pribadi

    +628137232—Nai, kamu ke mana? Kamu kok nggak ngomong kalau kamu akan pergi?+628137232—Nggak begini caranya Nai… Aku nggak akan cegah kamu untuk meninggalkanku, tapi aku terlalu khawatir tentang keadaanmu. Kabari aku begitu kamu baca pesan ini. Kamu tahu kan, kamu adalah duniaku. Kamu adalah impianku, dan aku menunggumu tak peduli harus menghabiskan jutaan menit untuk bisa memilikimu.Rakha menghela napas panjang setelah mengirimi pesan yang tidak pernah mendapat respons, bahkan setelah sebulan berlalu dan Rakha masih terus melayangkan pesan itu pada Rinai.Lelaki itu mendekatkan gawai ke telinganya, dan tetap sama… Nomor Rinai di luar jangkauan dan bahkan whatsapp-nya pun tidak pernah aktif lagi. Membuat Rakha frustasi berulang kali, setiap hari."Kamu ke mana sih, Nai?" lirih Rakha melirik ke arah jendela ruang kerjanya. Menatap gedung menjulang tinggi yang sejajar dengan tempat duduknya saat ini, namun pikirannya tidak berada di tempat tersebut.Makin frustasi, Rakha mencengkram ke

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Keputusan Rinai Untuk Pergi

    "Rinai nggak turun buat makan, Mbak?"ART yang tengah menyiapkan sarapan untuk Rakha dan Waradana pun sempat menghentikan kegiatannya sejenak, sebelum ia menaruh pelan gelas berisi susu untuk Waradana di atas meja."Hm? Tumben banget Rinai kesiangan," ucap Rakha berniat untuk menyusul Rinai ke kamarnya di lantai dua.Namun, jawaban dari sang ART berhasil menghentikan langkah Rakha, bahkan membuat Rakha mematung untuk beberapa detik lamanya. "Ibu Rinai udah keluar dari jam lima subuh, Pak."Kening Rakha mengkerut. "Rinai pergi jogging?" tanya Rakha membalikkan badan, menatap penasaran ke arah ART-nya yang langsung menggeleng.Tanpa pikir panjang lagi, langkah lelaki itu langsung memburu menuju kamar Rinai. Tak peduli anak tangga itu hampir saja membuatnya tersungkur. Begitu sampai di lantai atas, tangannya mendorong kuat pintu kamar yang tertutup rapat—kosong—bahkan tidak ada sehelai pakaian pun yang tersisa di sana.Rakha memeriksa semua lemari dan juga kamar mandi, namun hasilnya tet

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Bergelut Dengan Hasrat Panas

    "Tadi aku ketemu Kala.""Oh iya?" Rakha bersikap seolah tidak melihat adegan manis antara Kala dan Rinai siang tadi. Dia tidak ingin Rinai merasa diikuti, juga tidak ingin terkesan begitu posesif padanya.Rinai mengangguk pelan, juga menimbang-nimbang apakah dia akan menceritakan apa yang Kala tanyakan dan curigai, atau memilih untuk diam serta menyimpannya serapat mungkin. Toh juga kenyataannya—Rinai tidak pernah hamil dan melahirkan anak Rakha seperti yang Kala tuduhkan itu.Akhirnya, Rinai pun memutuskan untuk memendam semuanya. Tidak ingin memperkeruh suasana dengan menceritakan pada Rakha."Lepas rindu, ya?" tebak Rakha yang langsung menuai tatapan kesal Rinai kepadanya. "Bercanda, Nai…"Perempuan itu mengerlingkan kedua bola matanya. Lalu menggelengkan kepalanya berulang kali seraya berdecak pelan. "Bercandanya mancing emosi banget ya, Boss…"Rakha terkekeh. Setidaknya, hubungannya dan Rinai sedikit membaik dan perempuan itu tak lagi membahas tentang Jennie—Rakha benar-benar tid

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia Bukan Anakku

    "Ya nggaklah!" bantah Rinai tak habis pikir, kenapa Kala menanyakan hal seperti itu kepadanya. "Dari sekian banyak pertanyaan yang bisa kamu tanyakan, kenapa justru memilih hal konyol ini. Aku sama Rakha memang pernah dekat dan bahkan…" Ia menghembuskan napasnya perlahan sebelum melanjutkan, "Kami pernah FWB-an, tapi bukan berarti aku pernah hamil anak Rakha dan menyerahkan anak itu kepadanya."Kala mendengarkan penjelasan Rinai dengan saksama, akan tetapi hati kecilnya menolak untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh mantan istrinya tersebut. Sudah dua hari Kala menyelidiki hal tersebut, namun hasilnya masih nihil.Itulah alasannya dia memilih untuk bertanya kepada yang bersangkutan, tapi Rinai menyangkal semuanya. Membuat rasa penasaran di hatinya kembali tergelitik dan justru ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Sebab, beberapa hari lalu Kala sempat berpapasan dengan ibunya Rakha dan juga ada Waradana di sana—mata Waradana mengingatkan Kala pada Rinai, membuatnya semakin merind

DMCA.com Protection Status