Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion. Menenteng tas mahal miliknya dan berjalan dengan elegan. Bunyi higheels setinggi tujuh inch nyaring terdengar menghentak lantai pun menggema pada mansion besar nan elite tersebut.Hari ini merupakan hari Rabu, jadwal untuk Tavel bertemu terapisnya. Leoni tidak ingin melewatkan untuk melihat pria itu melakukan pemeriksaan. Ada beberapa hal juga yang harus Leoni tanyakan pada terapis tersebut.Melangkah menuju kamarnya. Leoni melewati ruang tamu utama yang mana ada Xander di sana dengan beberapa rekan pria sedang mendiskusikan sesuatu. Leoni yakin jika beberapa pria itu merupakan rekan bisnis Xander. Bisa dilihat dari berkas-berkas yang tengah mereka pegang.Xander sedang menjelaskan sesuatu pada rekan bisnisnya saat atensinya tiba-tiba teralihkan pada Leoni yang melintas melewati ruang tamu menuju tangga. Wanita cantik itu hendak naik tentunya untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Ia menelan ludahnya kasar. “Tunggu sebenta
"Uhmm my Baby, faster Baby!"Wanita cantik tak berbusana memperlihatkan kulit tubuhnya yang putih mulus nan indah. Rambut legam terurai berantakan. Gerakanya naik turun di atas seorang pria yang dengan seductive memegangi pinggang sang wanita yang ramping.Pria tampan dengan wajah yang mendominasi itu mengetatkan rahangnya. Peluh menetes dari pelipisnya yang basah. Bibir seksi merahnya sedikit terbuka menahan sebuah desahan kenikmatan. Tanganya memegang erat pinggul ramping yang naik turun di atas tubuhnya, ikut menggerakan sesuai irama."Panggil namaku." Pria ini meminta."Xa—xander ahhh!"HAH!Telinga Leoni seperti berdengung. Kontan ia terjaga dari tidurnya. Keringat membasahi pelipis serta wajahnya. Pada cuaca yang sedingin itu dirinya berkeringat. Langsung ia beranjak mendudukan diri pun bersender pada kepala ranjang."Mimpi sialan!" Ia mengumpat seraya menyugar rambutnya ke belakang.Leoni menggigit bibir bawahnya. Melamun sesaat untuk menetralkan detak jantung yang berdegup san
"Ada apa dengan wajahmu?"Semua atensi merujuk pada Xander ketika Pero menanyakan akibat dari luka lebam pada bawah mata putranya. Pero dan Deliana telah kembali sepulang dari liburan mereka, pun kini satu keluarga itu tengah makan malam bersama-sama."Seorang wanita menolak dan juga memukulku," balas Xander. Wajahnya menunduk namun pandanganya tajam terangkat lurus tepat pada Leoni yang duduk di seberang kursinya. Wanita itu sedang memegang gelas berisikan jus orange miliknya."Haha. Siapa yang berani menolak putraku? Bawa wanita itu kesini biar kuberi dia hadiah," seloroh Pero diiringi tawanya yang khas.Sebab tidak ada di dalam riwayat pria di keluarga Miller yang akan ditolak oleh seorang wanita. Tidak anak-anaknya. Bahkan di masa lalu, Pero menjadi rebutan para wanita."Padahal sisa satu dorongan lagi dan semuanya akan dimulai. Tapi dia malah memukulku dengan botol alkohol," papar Xander. Santai ia memotong daging steak di dalam piringnya lalu ia masukan ke dalam mulut.Leoni ber
“Berhentilah menggangguku karena aku telah menghabiskan tiga gelas whisky yang kau janjikan itu,” tekan Leoni pada Xander.Jengah Leoni akan tingkah laku Xander yang terus mengganggunya. Lantas, setelah makan malam keduanya membuat perjanjian yang disepakati bersama. Xander meminta Leoni untuk meminum tiga gelas whisky dengan serentak, setelah itu ia berjanji tidak akan menganggu Leoni lagi.Telah Leoni habiskan juga tiga gelas whisky yang dijanjikan. Bangga ia tekankan pada Xander untuk tidak mengganggunya lagi. Lupakan semua kejadian yang telah berlalu pun tidak saling menuntut apapun pada satu sama lain.“Aku akan pergi,” ucap Leoni. Beranjak ia dari duduknya, namun seketika limbung tubuh wanita itu pun kontan terjatuh duduk kembali ke atas sofa.Sementara itu, Xander duduk dengan santai menyenderkan tubuhnya. Menyesap whisky bercampur es batu di dalam gelas. Tatapannya intens memicing memperhatikan Leoni, sudut bibirnya berkedut saat ia dapati Leoni yang tiba-tiba limbung dan jatu
“Errrgh!”Suara erangan keras kontan membuat mata Leoni terbuka sempurna, membulat dua mata yang tentunya memerah itu. Ia mengusak kedua matanya untuk menghilangkan buram pada pandangan.Menatap langit-langit ruangan pun lampu gantung yang berada di sana. Dapat Leoni ketahui di mana dirinya berada saat ini. Ruang istirahat yang masih berada di dalam ruang kerja di perusahaan.Dapat ia rasakan sesuatu melingkar pada perutnya. Lengan besar berotot milik seseorang tengah memeluknya dari belakang, spontan Leoni berbalik arah untuk melihat siapa orang tersebut.Damn Xander!Dirinya tidak memekik, hanya keterkejutan jelas kentara pada raut wajahnya. Ia menilik wajah Xander yang masih memejam pun sedetik kemudian pria itu membuka matanya dan tersenyum.“Morning, Babe.”Leoni menatapnya amat sangat intens. Seketika bayangan kejadian tadi malam memenuhi isi kepalanya yang mana ia telah berbuat vulgar pun terlalu jauh bersama adik iparnya itu. Dirinya mabuk dan kehilangan akal.Akan tetapi, Leo
Beijing, China.Sebuah ruang kerja yang luas diisi oleh benda-benda mahal di dalamnya. Sofa berwarna hitam saling berhadapan di tengah-tengah ruangan, serta di sampingnya terdapat sebuah meja biliar.Di sana Xander berada. Mencondongkan tubuhnya memegang cue hendak menembak bola di atas meja. Bermain bersama pria tampan berdarah asli Tionghoa.Lucas Lym—merupakan pria tampan asli China. Memiliki hubungan pertemanan erat bersama Xander semenjak keduanya berada pada universitas bergengsi yang sama. Saling memiliki latar belakang yang berpengaruh membuat keduanya memiliki banyak kecocokan satu sama lain.Pria itu membidik bola dengan cue yang dipegangnya. Lolos dua bola bundar berwarna masuk ke dalam lubang kontan menciptakan senyuman halus pada si pemain."Bidikanmu tidak pernah meleset," puji Lucas pada Xander.Lawan bicaranya itu hanya mengulum senyum sebelum akhirnya ia pamit untuk menerima telepon dari ponselnya yang berdering. Gontai Xander sedikit menjauh dari meja."Katakan," jaw
Sebuah club malam ternama di ibukota tidak terbuka untuk umum khusus malam ini. Perayaan ulang tahun sang pemilik tengah berlangsung, mengundang para teman sahabat pun tamu VVIP club malam tersebut.Mobil sport mewah berwarna merah berhenti tepat di depan pintu masuk club. Dua penjaga bertubuh kekar sigap membukakan pintu, kemudian mengambil alih mobil mewah tersebut untuk diparkirkan.Wanita cantik nan seksi dengan balutan dress slim fit berwarna hitam dipadukan dengan higheels tinggi sepuluh inci yang menghiasi kaki jenjangnya nan cantik. Melenggang dirinya memasuki club malam disertai hentakan nyaring dari sepatu tingginya. Anggun dan mempesona dirinya malam ini.Paola Leoni Calis melenggang-lenggokan bokongnya saat berjalan. Menghampiri sahabat sekaligus si pemeran utama malam ini yang tengah menyapa tamu lainya.“Happy birthday, Baby.”Leoni merentangkan kedua tangannya memeluk ringan Kizzie yang membalas pelukannya. Kedua wanita cantik pun seksi itu saling mencium pipi satu sama
Memejamkan matanya begitu dalam. Jari lentik mencengkram kuat bahu kekar berotot milik pria itu yang kini telah polos telanjang tidak tertutup sehelai kain pun. Sementara itu di bawah sana, sang pria tengah mencoba menerobos masuk menyatukan inti tubuh keduanya."Arrgh haah!"Bibir sintal Leoni menganga kecil. Lolos erangan nikmat dari bibirnya saat ia merasakan Xander mulai menerobos benteng pertahanannya di bawah sana. Leoni merasa kalah dan terjebak lagi ke dalam godaan pria itu, kembali ia serahkan tubuhnya menembus alam kenikmatan bersama Xander.Pada ruangan yang sempit itu mereka melakukan penyatuan. Ruangan yang sempit pun sepi membuat deru nafas yang saling bertabrakan itu menggema. Kacau keduanya di bawah kendali kenikmatan surga dunia.Xander terus menerobos masuk ke dalam inti tubuh Leoni. Liar bibirnya menyesap setiap inci tubuh wanita cantik itu. Pinggulnya terus bergerak di bawah sana, sementara satu tangannya menopang satu kaki Leoni yang ia angkat ke atas.Seluruh tub