Home / CEO / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 54 - Stevan Kalah Jauh?

Share

Bab 54 - Stevan Kalah Jauh?

last update Last Updated: 2023-08-24 09:00:42

“Aku kira kamu tidak akan datang, Steve,” sambut Wina, fotografer yang satu jam lalu bekerja untuk Elisa. 

Sebuah senyum jahil terukir di kedua sudut bibirnya saat mendapati temannya saat kuliah itu hanya diam di depan pintu dengan wajah keruh.

“Berapa banyak yang kamu inginkan?” tanya Stevan tanpa berbasa-basi.

Mendengar pertanyaan itu, Wina justru tertawa dan berjalan menjauh dari pintu tanpa mengajak tamunya masuk. Dia yakin Stevan tidak akan pergi sebelum mendapat foto-foto Elisa.

“Kapan kalian menikah? Kenapa tidak mengundangku?”

“Wina, kau tahu—”

“Aku tidak suka basa basi!” sela Wina mendahu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 55 - Tidak Mau Tersaingi!

    “Kamu tahu, aku mengenalmu cukup lama, tapi aku juga cukup dekat dengan Bastian. Dia jelas-jelas tertarik pada istri mungilmu itu dan tidak segan memberikan perhatian-perhatian kecil yang tidak pernah kamu lakukan sebelumnya.”Stevan menatap Wina sekilas, tapi belum berniat bicara. Tangannya sibuk membuka satu demi satu potret Elisa. Gemuruh tak kasat mata diam-diam menyelimuti dada Stevan, seperti ada beberapa jarum kecil yang menusuk-nusuk hatinya.“Aku berbicara sebagai seorang wanita, tidak berpihak padamu maupun pemuda itu. Namun, orang asing sekalipun pasti akan sependapat denganku. Dibandingkan menjadi pendamping pria dingin dan gila kerja sepertimu, Elisa lebih nyaman dengan Bastian yang hangat itu.”“Kau sedang memujiku?” sindir Stevan dengan wajah masam.

    Last Updated : 2023-08-24
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 56 - Masih Tak Tersentuh

    “Bagaimana? Kamu puas dengan hasilnya, Elisa?” Wina menatap album foto yang ada di tabletnya, memilih beberapa untuk dijadikan kolase.Selain mengambil peran sebagai fotografer, Wina menawarkan diri untuk membuat video pendek yang akan ditampilkan di booth pameran nantinya. Tentu saja dia melakukan itu dengan sukarela karena tertarik pada hubungan Elisa dan Stevan.“Ini benar-benar menakjubkan. Luar biasa!” puji Elisa dengan nada kekaguman yang nyata, sama sekali tidak dibuat-buat. Dia dibuat terkesima dengan hasil akhir foto-foto hasil jepretan Wina. Baju koleksinya terlihat memiliki aura.“Video pendeknya akan aku kirimkan nanti sore. Atau kamu mau datang ke rumahku untuk melihatnya langsung, Elisa?”Sebuah pemikiran ja

    Last Updated : 2023-08-25
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 57 - Moodswing Bumil

    “Aku… aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini,” lirih Elisa, membuat Stevan yang tadinya sudah berjalan beberapa langkah, kembali terpaku di posisinya.“Berikan saja pada wanita tua yang sudah membawamu kemari. Bukankah dia sangat menyayangimu seperti putrinya sendiri?”Gemeletuk sepatu pantofel Stevan yang beradu dengan lantai membuat Elisa memejamkan mata.“Bodoh sekali kamu, Elisa. Apa yang kamu harapkan?”Tak terasa, satu bulir air mata luruh di wajah Elisa. Hubungannya dengan Stevan hanya formalitas saja. Pria itu masih mengabaikannya, tidak pernah memandangnya sebagai istri maupun calon ibu dari anak-anaknya.Detik berikutnya, Elisa masuk ke kamarnya d

    Last Updated : 2023-08-25
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 58 - Catatan Kecil Mencurigakan

    “Aku sudah tahu,” ucap Renata saat mendengar laporan dari Maria terkait kehamilan Elisa.“Anda sudah tahu, Nyonya?”“Hmm.” Renata bergumam, menatap dokumen di depannya dan membubuhkan berapa catatan di sana. “Dokter Mecca yang mengatakannya sewaktu Elisa dirawat di rumah sakit. Hanya saja, karena bocah bodoh itu meminta Elisa untuk menggugurkan kandungannya, jadi kami menyembunyikannya.”Embusan napas lega terdengar dari mulut Maria.“Sejujurnya aku juga berharap Stevan mau menerima darah dagingnya, tetapi ternyata tidak semudah itu. Dia justru meminta dokumen pernikahan, berniat menceraikan Elisa. Tentu saja aku tidak akan memberikannya sampai kapan pun.”

    Last Updated : 2023-08-26
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 59 - Kemarahan Clara

    Elisa baru berbalik setengah badan saat mendengar suara Maria.“Apakah Anda bisa menunggu sepuluh sampai lima belas menit? Saya akan menyiapkan bekal makanan untuk Anda.”“Bekal?” tanya Elisa dengan satu alis naik. Dia tidak terbiasa membawa makanan dari rumah.“Tolong tunggu sebentar. Duduklah, Nona. Akan saya siapkan.”Tanpa menunggu persetujuan Elisa, Maria sudah lebih dulu bergerak ke belakang dan memanggil dua pelayan yang lain. Mereka bertiga tangkas bekerja, membuat dapur terlihat sibuk seketika.Tadinya Elisa ingin menolak, tapi tak sampai hati mematahkan semangat Maria. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka ponselnya, melihat beberapa pesan di kotak email yang berisi

    Last Updated : 2023-08-26
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 60 - Rencana Licik Clara

    “Benar di sini tempatnya, Nona?” Pria berusia empat puluh lima tahun itu menoleh ke belakang, memastikan jawaban Elisa sebelum membawa barang-barang memasuki mall Glory, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di ibu kota tempat diselenggarakannya pameran dan fashion show.“Ya. Tolong bawa barang-barang ini ke lantai dua. Stand nomor B8, ambil kiri dari lift khusus staf. Ini ID card-nya. Masuklah dulu, aku harus menelepon seseorang.”“Baik, Nona.”Tanpa menunggu lama, pria itu mendorong troli berisi perlengkapan pameran memasuki mall, meninggalkan Elisa yang sibuk dengan ponsel di tangan.“Sera, kamu di mana?”“Aku sebentar lagi sampai. Kamu sudah ada di sana?

    Last Updated : 2023-08-27
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 61 - Tidak Akan Tinggal Diam

    “Akhirnya selesai juga!” teriak Sera sambil meluruskan kakinya dan membuang napas kasar dari mulut. Dia lega karena stand milik Elisa selesai, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum pembukaan acara dimulai.“Aku terkejut dengan pemberitahuan tiba-tiba itu. Untung saja semua sudah kamu siapkan semalam.”“Benar. Untung saja masih terkejar.”Sera berdiri dan mendekat ke arah Elisa, memeluknya erat-erat.“Elisa, aku benar-benar takut kamu gagal di pameran ini dan harus mengulang semester depan atau bahkan tahun depan. Kita masuk sama-sama, jadi harus selesai bersama!”Sebuah senyum terukir di wajah Elisa, menepuk-nepuk punggung Sera.

    Last Updated : 2023-08-27
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 62 - Ancaman

    “Kamu belum sarapan?” tanya Bastian setelah mendengar perut Elisa berbunyi, mengalihkan perhatian mereka dari ponsel dan foto-foto yang diambil dua menit yang lalu.Elisa membenahi helai rambut ke belakang telinga sambil tersenyum canggung. Meskipun pagi ini duduk bersama Stevan, tapi dia tidak benar-benar makan. Pikirannya penuh susunan kata untuk mengajak pria itu menghadiri fashion show-nya. Namun, penolakan yang didapatkan.“Karena outlet makanan di sini belum siap, aku akan keluar untuk—”“Tidak perlu!” cegah Elisa dengan tergesa. “Aku punya makanan di sini,” ucapnya sambil membuka laci dan mengeluarkan bekal makanan yang Maria buatkan.“Mau makan bersama?” tawar Elisa sambil menatap jam mungil di pergelangan tangannya. Masih ada waktu dua puluh lima menit sebelum pembukaan pameran.Senyum bahagia terukir di wajah Bastian, tidak akan menolak ajakan Elisa. Kebetulan dia juga belum makan apa pun, tergesa datang ke sana demi memastikan terlaksananya acara.Pria dengan kemeja kotak-k

    Last Updated : 2023-08-28

Latest chapter

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

DMCA.com Protection Status