Beranda / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 239 - Lebih Baik Berpisah

Share

Bab 239 - Lebih Baik Berpisah

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 10:00:27

 

“Selamat pagi, Cinta,” sapa Alex saat Clara memasuki mobil dan memakai sabuk pengaman di depan badan. 

Seperti biasa, dia menolehkan wajah ke samping, menunggu ciuman selamat pagi dari gadisnya. Singkat saja, tapi berhasil membuatnya bersemangat menjalani hari-hari.

Sayangnya, pagi itu Clara tidak bereaksi apa-apa. Wajahnya murung, justru memakai kacamata dan masker.

“Eh, kamu sakit?” 

Tangan kiri Alex terulur, bersiap memeriksa kening Clara. Namun, gadis itu menepisnya dan berkata, “Aku ada meeting pagi ini. Cepatlah. Jangan sampai terjebak macet.”

Alex terkesiap. Nada bicara Clara jelas berbeda dengan semalam.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ari Candra Mamak
kbnyakan iklan tuk dpt bonus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 240 - Ganjalan di Hati Clara

    “Tunggu!”Alex panik, terkejut bukan main mendengar ucapan Clara yang meminta berpisah jika tidak serius dengannya. Padahal sebelumnya, hubungan mereka baik-baik saja, bahkan sangat mesra. Clara tidak segan mengajarkannya banyak hal.“Tunggu sebentar. Apa yang terjadi?”Alex yang masih terduduk, mencoba meraih pinggang Clara agar berhadapan dengannya. Meski bingung mengapa Clara tiba-tiba bersikap aneh seperti itu, tapi Alex berusaha sebaik mungkin agar tidak memperkeruh keadaan.Perlahan tapi pasti, Alex melepaskan cengkeraman Clara dari tas berisi laptop dan meletakkannya kembali di meja. Tatapan lembut dan dan penuh pengertian diperlihatkan olehnya.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 241 - Memiliki Satu Sama Lain

    “Ra, dengarkan aku!”Alex yang bisa merasakan bahwa Clara benar-benar takut, menggenggam lengan atas gadis itu erat-erat, menghentikannya yang masih menceracau berbagai hal.“Dengar!” tegasnya sekali lagi. Butuh keberanian bagi Alex mendobrak paksa Clara yang sudah dibutakan oleh berbagai pemikirannya sendiri.“Semua yang kamu khawatirkan itu tidak akan pernah terjadi, Ra,” imbuhnya dengan tatap mata yang tajam, penuh keyakinan. Meski dirinya belum pernah berumah tangga, tapi dia harus bisa meyakinkan Clara kalau ketakutan-ketakutan itu tidak akan pernah menjadi nyata.Clara tertegun, menunggu ucapan berikutnya dari Alex.“Meskipun sekarang a

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 242 - Kedatangan Mantan Kekasih

    “Nona, bunga melati ini sudah mulai mekar. Apa Anda ingin menyimpannya di kamar? Aromanya menenangkan, baik untuk Anda dan calon buah hati Anda.”“Boleh.”Elisa tersenyum, menoleh ke arah Maria yang menghampirinya dengan sekuntum bunga melati yang terlihat sangat cantik. Kelopaknya masih basah oleh embun. Semerbaknya mewangi menyapa hidung.“Cantik sekali.”Elisa mengambil alih setangkai bunga itu dan menoleh ke sebelah kanan taman bunga di mana bunga-bunga yang lain tampak bermekaran. Namun, yang paling menonjol adalah pohon melati setinggi satu setengah meter yang dipenuhi bunga dan kuncup.“Anda ingin memetik bunganya sekarang, Nona?

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 243 - Berdamai dengan Masa Lalu

    “Mengambil dokumen?” tanya Elisa yang sedikit tertegun setelah Alex menghampirinya. Itu baru tiga puluh menit sejak kepergian Stevan bersama Mario, asisten pribadinya.“Ya. Paman lupa membawa dokumen yang ada di ruang kerja dan menyuruhku mengambilnya di rumah. Kebetulan posisiku masih dekat, jadi bisa berbalik arah.”Elisa menoleh ke arah Maria yang juga menatapnya, tak lantas percaya begitu saja dengan Alex. Mereka paham betul sifat Stevan yang tidak mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain dan Alex yang dulunya hanya bisa foya-foya.Lima menit yang lalu, Elisa tidak menyangka harus bertemu dengan Alex sepagi ini, di mana orang-orang kebanyakan sedang berpadat-padatan di tengah jalan menuju tempat kerja mereka. Kenapa Alex justru muncul dan mengaku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 244 - Kabar Mengejutkan

    “Presdir, ini dokumen yang Anda minta.”Begitu melihat Stevan kembali setelah pertemuan pentingnya dengan klien, Alex langsung meminta izin untuk menemuinya di ruang kerja pribadi pria itu.“Presdir?” tanya Stevan sambil menolehkan wajahnya dari komputer yang baru saja dinyalakan. Ini pertama kalinya Alex memanggilnya demikian dan terasa aneh. Sejak dulu, bocah itu selalu memanggilnya paman.Alex menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal. Pertanyaan tajam Stevan terasa menyudutkannya. Namun, dia berusaha menjaga profesionalismenya dalam bekerja sebagai salah satu karyawan biasa di perusahaan itu.Tatapan tajam Stevan tertuju kepada Alex yang masih sedikit salah tingkah. Kekhawatiran Elisa saat berbincang dengannya di telepon, membuatnya harus memperhatikan lekat-lekat wajah keponakannya.‘Lingkaran hitam di sekitar mata, pipi tirus, wajah pucat, dan rona muka yang tidak berseri menunjukkan dia mengalami kelelahan yang tidak biasa. Itu akumulasi dari berbagai beban kerja yang harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 245 - Siapa Pemenangnya?

    “Selain tidak tahu diri, ternyata dia juga tidak punya malu!” geram Clara sambil mencengkeram handle pintu erat-erat. Dirinya berang, mengingat Stella pasti tahu perbuatan buruk yang dilakukan ibunya. Karena tidak ingin membuat keributan di ruang perawatan Alex, Clara menyeret paksa gadis itu keluar dari sana dalam hitungan detik. Selayang pandang, dia memastikan kalau Alex masih memejamkan mata, terlelap dalam tidurnya. “Eh, tung … tunggu!” Tidak menyadari siapa yang menarik tangannya, Stella hanya bisa mengikuti tanpa banyak bicara. Dirinya tertatih-tatih mengikuti langkah Clara yang membawanya terus menjauh dari ruang rawat inap tersebut. Butuh hingga tiga puluh detik sampai gadis itu menyadari siapa yang sudah menyeretnya, membuat alarm bahaya seketika menyala. “Bukankah dia wanita yang waktu itu?” batin Stella, mengingat perjumpaannya dengan Clara. Meski tidak mengenalnya, tapi dia sedikit tahu tentang putri tunggal keluarga Gunawan itu. Kemampuannya hampir sama dengan Steva

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 246 - Kita Tidak Sedekat itu!

    “Apa Alex benar-benar akan meninggalkanku?” lirih Clara yang hanya terdengar oleh telinganya sendiri sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang. Pertanyaan Stella yang begitu lancar tentang Alex, menandakan gadis muda itu memang tahu seburuk apa sifat si Cassanova.Detik berlalu berganti menit, Clara masih terdiam di tempatnya semula. Kakinya terasa lemas, memaksanya harus berjongkok sambil memeluk lututnya sendiri.Tatapannya kosong, menatap lantai marmer di bawah kakinya yang tampak mengilap tapi dingin dan tak tersentuh. Akan tetapi, hatinya terasa lebih dingin dari lantai itu. Semua kehangatan yang Alex berikan kepadanya dulu, terasa semu.Clara mengambil ponselnya, memeriksa aplikasi pesan yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan Alex. Tertampak di sana pesan terakhir yang dia kirimkan hanya terbaca, tanpa mendapat balasan.“Apa yang Stella katakan itu benar? Pria itu hanya datang di saat membutuhkan dan akan membuangku setelah mendapatkan kembali dunianya?”Satu jarum tajam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 247 - Mantan Saingan

    “Sebenarnya aku tidak tahu di mana Mama berada. Sejak Wijaya Group bergejolak, Mama sering pergi tanpa mengajakku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang—”“Kamu pikir aku percaya?!” sela Elisa dengan ekspresi wajah yang dingin dan penuh intimidasi.Stella masih berusaha berkelit, akan tetapi Elisa bukanlah gadis lemah seperti dulu. Jalan hidup yang keras saat menghadapi Stevan dan kesendiriannya melewati krisis Miracle Company membuat kepribadiannya berkembang.Dulu, Elisa memang begitu naif dan mempercayai semua orang di sekitarnya. Namun, kepercayaan itu justru menginjak-injak harga diri dan martabatnya, membuat wanita itu trauma dan tidak akan mempercayai orang semudah itu.“Kalau Mama benar-benar meninggalkanmu, memangnya kamu masih punya uang untuk kembali ke sini, heh?!” Senyum miring tertampak di wajah Elisa yang mulai terlihat chubby karena berat badannya semakin bertambah seiring membesarnya dua bayi di rahimnya.“Bahkan mencari uang satu sen pun kamu tidak bisa. Haruskah aku p

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status