Beranda / CEO / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 15 - Jangan Rusak Reputasiku

Share

Bab 15 - Jangan Rusak Reputasiku

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-26 07:47:11
“Siapa yang mengizinkanmu menyentuh istriku?” cetus Stevan sambil menahan tangan kanan Clara yang hampir saja mendarat di wajah Elisa.

Clara tampak terkejut dengan reaksi Stevan. Begitu pula dengan Elisa yang juga membeku di tempat selagi menatap pria tersebut, sama sekali tidak dia sangka pria itu akan melindunginya.

“Stevan, aku–”

Ucapan Clara terhenti. Dia sedikit meringis kesakitan karena cengkeraman tangan Stevan menguat.

“Aku paling tidak suka dengan orang yang tidak tahu tempat,” kata Stevan sambil menghempaskan pergelangan tangan Clara, membuat wanita itu terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang.

“Steve!” Mata Clara berkaca-kaca, tidak menyangka Stevan tega bersikap kejam padanya.

Walau dirinya mulai berteman dengan Stevan karena ibunya dan ibu Stevan adalah kolega bisnis, tapi tetap saja dia dan Stevan juga termasuk teman lama!

Teganya pria itu bersikap seperti ini padanya!?

“Di rumahku, kau harus ikuti aturanku,” titah Stevan. “Merendahkan istriku, sama saja d
Creative Words

Kenapa Stevan begitu??

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
aplita kurningsi
lanjut dong..
goodnovel comment avatar
LeNNy Sie
Koin nya jgn mahal2 donk, thor :(. Biar qta bs terus baca
goodnovel comment avatar
Elis Suherti
ribeeeet......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 16 - Terlalu Manis

    Setelah dirinya tenang, Elisa kembali ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Selagi melakukan hal tersebut, berulang kali dia mengingatkan dirinya akan satu kenyataan penting.“Jangan mengharapkan apa pun. Dengan demikian, kamu tidak akan merasa kecewa, Elisa,” bisik gadis itu kepada dirinya sendiri.Selesai membersihkan diri, Elisa keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk tidur. Baru saja gadis itu menutup mata, ponselnya mulai berdering.Dengan kening berkerut, Elisa segera meraih benda pipih itu dan melihat nama yang tertera di layarnya.“Samuel?” Elisa tampak bertanya-tanya. Namun, dia langsung mengangkat panggilan asisten pribadi ayahnya itu. “Sam?”“Selamat malam, Nona. Maaf mengganggu waktu istirahat Anda.”Elisa melirik jam digital yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Memang sedikit terlalu larut untuk seorang bawahan menghubungi atasannya. “Tidak masalah. Ada apa?” duga Elisa.“Anda perlu datang ke kantor besok pagi.”Alis Elisa tertaut. “Apa ada masalah?” Mungkinkah para

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 17 - Dia Cantik, Bukan Begitu?

    “Selamat pagi, Stevan,” sapa Elisa saat bergabung dengan Stevan di meja makan. Sebuah blouse slim fit warna gading dengan aksen tali di depan leher membuat Elisa terlihat lebih segar. Rok span hitam di atas lutut melengkapi penampilannya pagi ini yang tampak sedikit berbeda. Terlebih, Elisa menggunakan make up dan ujung rambut yang dibuat bergelombang.Stevan melirik Elisa dan sempat membeku di tempatnya untuk sesaat sebelum kembali fokus pada makanan di depan mata. Tidak ada balasan yang keluar dari mulutnya.“Selamat pagi, Nona. Anda terlihat sangat cantik pagi ini.” Maria melirik Stevan. “Bukan begitu, Tuan?” Pertanyaan Maria membuat Stevan hampir tersedak minuman di mulutnya. “Biasa saja,” jawab Stevan setelah berdeham. Meski begitu, gerak-gerik Stevan yang salah tingkah mengundang senyum wanita berusia enam puluh tahun itu.Bukan tanpa alasan Maria bertanya, melainkan karena dia menyadari tuannya sudah tiga kali melirik Elisa hanya dalam hitungan beberapa detik. Elisa mencebi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 18 - Rencana Terselubung

    “Apa yang kamu lakukan, Lex?!” teriak Elisa saat Alex meraih jemari dan mencium punggung tangannya. Sontak, gadis itu menarik diri dengan ekspresi jijik terlukis di wajahnya. Selama sesaat, Alex kaget dengan reaksi Elisa yang keras. ‘Apa wanita ini mengira dirinya lebih tinggi daripadaku karena sudah menikah dengan Paman Stevan?! Beraninya dia berteriak seperti itu padaku! Padahal, dulu dia yang selalu haus perhatianku!’ Namun, Alex menahan amarahnya dan memaksakan senyuman tipis. “Aku khawatir padamu, El. Aku hanya ingin mengingatkanmu kalau masih ada aku di sini.” Alex menambahkan, “Sepertinya kamu punya masalah. Katakan saja padaku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 19 - Serangan Telak Clara

    “Ayahmu meninggalkan hutang dan menelantarkan karyawannya. Bagaimana caraku menghadapi mereka semua, hah?!”Bentakan itu membuat Elisa menoleh. Dia sama sekali tidak mengenal pria itu dan berujung melirik Samuel, meminta penjelasan siapa identitas pria ‘santun’ tersebut.Samuel dengan sopan menjelaskan, “Dia William, Nona. Manajer umum yang bertanggung jawab terhadap semua operasional di perusahaan ini. Dia yang mendesak saya memanggil Anda kemari.”Sembari mendengus angkuh, William berkata, “Benar. Aku menyuruh Samuel membawamu kemari. Kamu harus mencari dana untuk membayar pesangon karyawan! Mereka bekerja bertahun-tahun di perusahaan ini untuk memberikan kehidupan yang layak untukmu! Sudah seharusnya kamu membalas kebaikan mereka!”

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 20 - Mulai Jatuh Cinta?

    “Tidak ada pengunjung yang datang ke lantai tujuh, bagaimana barang-barang ini bisa laku?”Elisa jatuh terduduk di lantai setelah menyuarakan keluhan kepada dirinya sendiri. Dia memijat pelipis, tak tahu apa yang harus dilakukan. Dirinya adalah jurusan fashion, bukan bisnis! Bagaimana dia bisa terpikirkan cara menjual barang-barang ini?!Tepat saat dirinya memusingkan hal itu, Elisa mendadak merasa mual. Dia berlari ke kamar mandi dan berujung mengeluarkan isi perutnya.Dalam posisi membungkuk, Elisa merasa dirinya ingin menangis. Namun, dia menahan diri dan memaksakan sebuah senyuman selagi mengelus perutnya yang masih rata.‘Kamu ikut stres, ya? Maafkan Mama ya ….’ Dengan tenaga yang tersisa, Elisa memutuskan keluar dari mall dan berjalan menuju apotek tak jauh dari sana. Karena pergi dengan tergesa, dia lupa tidak membawa obat anti mual maupun suplemen makanan yang diberikan dokter Mecca.Sambil menunggu pesanannya, Elisa duduk di kursi panjang tak jauh dari sana. Tangannya masih

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 21 - Apa Aku Salah Menilaimu?

    ‘Itu tidak mungkin!’ Stevan menggertakkan giginya, menyangkal pendapat Yohan yang dirasa tidak masuk akal. ‘Aku melakukannya agar dia tidak merusak reputasiku karena terlilit banyak utang. Itu saja. Tidak ada yang lain!’ Pria dengan kaus putih lengan pendek itu segera menjauhi kamar Elisa sambil berkali-kali menggelengkan kepala. Sayangnya, bayangan gadis itu justru semakin mengusiknya. “Stevan, kalau kita bertemu dalam kondisi dirimu yang sadar, apa kamu akan tertarik dengan wanita sepertiku?” Teringat samar oleh Stevan kalimat yang diucapkan suara lembut Elisa kala dirinya masih koma. Ya, Stevan bisa mendengar ucapan gadis itu. Meski matanya saat itu masih terpejam, tapi indera pendengarannya berfungsi dengan baik. “Andai saja kamu bisa bangun dan melihatku.” Ucapan Elisa kala itu terngiang di benak Stevan lagi. Mungkinkah sebenarnya kalimat gadis tersebut yang membuat Stevan terbangun? “Tuan? Apa Tuan masih di sana?” Panggilan Yohan menyadarkan Stevan dari lamunannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 22 - Kamu Dalangnya!

    Kantor Miracle Company. Jam empat sore.“Akhirnya selesai juga!” Elisa menyandarkan punggung ke kursi dan meregangkan tangannya di atas kepala. Menemui seluruh karyawan Miracle ternyata cukup menyita waktu dan tenaganya. “Sudah semua kan, Sam?” tanya Elisa seraya menoleh ke arah Samuel yang tengah berdiri di hadapannya sembari tersenyum.“Sudah, Nona. Semua karyawan sudah mendapatkan haknya.”“Syukurlah.”Senyum di wajah Elisa semakin mengembang. Kerja kerasnya beberapa hari ke belakang telah terbayarkan. Satu masalah berhasil terpecahkan.‘Masalah pesangon sudah selesai, hanya tersisa investor perusahaan,’ batinnya sembari membuka bibir, berniat bertanya pada Samuel, “Sam, mengenai–”“ELISA!” Suara menggelegar mendadak memotong ucapan Elisa dan membuat gadis itu dan Samuel menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pria dengan setelan jas mewah limited edition mendekat dengan wajah keruh. “Manager William …,” sapa Elisa dengan wajah dingin. Dia sudah tahu pria ini cepat atau lambat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 23 - Bertahanlah, Elisa!

    “Aku tidak mengatakan apa pun tentang laporan keuangan,” balas Elisa. “Lalu, kenapa Anda tahu bahwa ada masalah dengan laporan keuangan?!” sindir Elisa terang-terangan. Menyadari kebodohannya, William segera menutup mulutnya rapat-rapat dan bersiap pergi dari sana. Tertangkap menggelapkan dana perusahaan akan lebih merugikan dirinya dibandingkan kehilangan pesangon pemberhentian kerjanya! Sayangnya, Samuel lebih dulu menghadang. “Tuan, Nona belum selesai bicara!” Dengan gerakan yang sedikit kasar, Samuel memaksa William duduk di depan Elisa. Dua laporan keuangan terbuka dan menampilkan dengan jelas perbedaan yang signifikan. Elisa membongkar korupsi yang pria itu lakukan. “Lima tahun Anda mengeruk uang Papa, sekarang Anda bahkan dengan terang-terangan ingin memanipulasi uang pesangon. Tidak adakah sedikit rasa malu yang tersisa?” William tak berkutik. Elisa sudah mengetahui semua kebusukannya! “Dengan semua bukti yang ada, mudah saja membawa masalah ini ke pihak yang berwajib d

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

DMCA.com Protection Status