Share

Bab 126 - Hidden Twins

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-01 17:35:19

“Aku tahu ini mungkin mengusikmu, tapi pernikahan tidak bisa dianggap main-main, Steve. Untuk seorang pria, dia akan baik-baik saja meski berpisah dengan istrinya. Dia bisa menikah lagi tanpa membawa beban berarti. Namun berbeda halnya dengan wanita jika dia berpisah dari suaminya. Terlebih, ada anak yang mengikat hatinya.”

Stevan memejamkan mata saat mengingat kata-kata Jasmine sesaat lalu.

‘Dia benar. Ada yang salah dengan hubungan kami, tapi bagaimana caraku memperbaikinya? Elisa sedang hamil sekarang,’ batin Stevan sambil memperhatikan pemandangan di luar kaca mobil yang dilewatinya.

“Jaga Elisa baik-baik. Pastikan kamu tidak menyakitinya. Jika di masa depan terjadi kesalahpahaman, jangan gegabah mengambil keputusan. Kamu jauh lebih dewasa, sudah seharusnya menjadi pelindung untuk Elisa dan anak-anak kalian.”

“Anak-anak?” Kening Stevan berkerut dalam. “Maksudmu ….”

Jasmine mengangguk, “Bayi kalian kembar.”

DEG!

Stevan kesulitan bernapas, menatap Jasmine dengan keterkejutan yang am
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 127 - Inikah Waktunya?

    “Aku tidak bisa menunggu lagi. Katakan dengan jelas kenapa kamu tetap mempertahankan kehamilanmu meski terpikir aku tidak akan menerimanya?” Elisa menggeleng, kesulitan bicara meski mulutnya terbuka. Semua susunan kata seolah terhapus dari otaknya. “Apa yang kau inginkan sebenarnya?” Tangan Elisa yang sedari tadi menempel di kedua bahu Stevan, kini terkepal erat menggenggam kimono pria itu. Matanya bergerak gelisah, menatap manik hitam yang tak melepas pandangan sedetik pun darinya. “Katakan dengan jelas, Elisa,” tukas Stevan sambil menggerakkan tangannya di punggung Elisa yang tertutup piyama berbahan satin. “Seperti yang aku katakan sebelumnya, dia tidak bersalah. Aku yang setuju menikah denganmu dan melakukan inseminasi buatan permintaan Mama. Artinya, akulah yang harus dipersalahkan jika aku benar-benar hamil. Anak ini tidak berdosa. Dia sama sekali tidak tahu apa-apa,” jawab Elisa dengan suara bergetar. “Kita terjebak dalam pernikahan yang tidak pernah kita inginkan. Kamu mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 128 - Malam Pertama

    WARNING! ADULT CONTENT“Ka … kamu mau apa?” tanya Elisa dengan suara bergetar. Tangannya mencengkeram handuk kimono yang dipakai Stevan. Terlihat jelas rasa gugup menyergapnya setelah pria itu berbisik mesra menginginkan dirinya.“Apa kau masih harus bertanya, Sayang?”Satu kecupan kembali mendarat di sudut bibir Elisa, lengkap dengan sapuan lidah yang menandakan mereka akan masuk ke tahap berikutnya.“Steve, aku … aku belum pernah melakukannya.”“Bukan berarti kau akan menolakku, bukan?” Jemari Stevan menyingkirkan helai rambut Elisa, mengembalikannya ke belakang telinga dan berlanjut membelai leher mulus Elisa, terus turun ke dadanya. “Aku sudah cukup bersabar selama ini, Elisa.”“Aku belum siap!” Tangan kiri Elisa menahan pergelangan tangan kanan Stevan yang sepersekian detik lalu menjamah salah satu aset berharga miliknya. Meski masih tertutup piyama, tanktop, dan bra, tetap saja sentuhan itu mengejutkan Elisa. “Jangan sekarang!” imbuh Elisa dengan mata berkaca-kaca.Tampak kekec

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 129 - Puncak Kebahagiaan

    WARNING! ADULT CONTENT Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, tangan Stevan masuk ke tanktop sang istri dan mengelus kulit punggungnya. Kelima jemari miliknya menari-nari dengan bebas di sana, tanpa halangan berarti melepaskan pengait di punggung Elisa. Gadis itu tidak bisa berkutik saat Stevan membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dan menyingkirkan pakaian yang tersisa. Satu tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, sedang tangan yang lain menopang tubuhnya sendiri agar tidak jatuh menindih Elisa. “Stevan,” panggil Elisa dengan suara yang begitu lemah. Pusat tubuhnya terasa begitu tidak nyaman saat Stevan kembali mencumbunya, bahkan meninggalkan banyak tanda cinta baik di leher maupun dadanya. Belum lagi milik pria itu yang sedari tadi menunjukkan eksistensinya. “Aku akan memulainya,” bisik Stevan, mengambil jeda sejenak untuk mengatur napas. Dia merasa sudah cukup melakukan foreplay, merangsang hormon oksitosin, serotonin, dan dopamin yang dipercaya membuat suasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 130 - Pagi yang Gerah

    “Selamat pagi, Sayang,” ucap Stevan begitu Elisa membuka mata. Seulas senyum terukir di wajahnya, membuat lesung pipinya terlihat.“Hmm, pagi,” jawab Elisa malu-malu sambil meraba wajah tampan sang suami, menyentuh lekukan alami yang semakin menambah pesonanya.“Kau tidur nyenyak sekali. Aku sampai tidak tega menarik tanganku.”“Tangan ….” Elisa menyadari jika sekarang lengan Stevan ada di bawah kepalanya. Entah sejak kapan itu terjadi, dia sama sekali tidak menyadarinya.“Ma—maaf,” ucap Elisa sedikit tergagap, segera menarik tangan Stevan dan memasang wajah bersalah. “Aku tidak tahu kalau—”“Tidak apa. Itu bukan salahmu.” Jemari Stevan yang terbebas menangkup wajah Elisa bersama bibir yang bergerak mendaratkan kecupan di kening wanita itu. “Terima kasih untuk semalam. Akhirnya aku merasakan menjadi seorang pria dewasa.”Elisa tak menjawab, mendongak sampai tatap matanya beradu dengan manik hitam yang tak lepas memperhatikan wajahnya.“Apa itu benar-benar yang pertama?”Terlihat jelas

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 131 - Tidak Bisa Berkata-kata

    Senyum bangga tercetak jelas di wajah Stevan. Tubuhnya diam, sama sekali tidak bergerak. Dia membiarkan Elisa mendapatkan pelepasannya tanpa gangguan. Hanya hela napas gadis itu yang mendominasi. Ah, bukan gadis, tetapi wanita kesayangannya. “Haus,” lirih Elisa setelah berhasil menetralkan detak jantungnya, juga mengisi paru-parunya dengan oksigen. Dadanya naik turun dengan cepat saat Stevan menyerangnya. Bahkan, dia seolah tidak bisa bernapas saat melepaskan cairan cintanya tadi. “Aku haus, Stev. Tolong ambilkan minum,” pinta Elisa karena tidak mendapati pergerakan maupun jawaban dari sang suami. Perlahan tapi pasti, Stevan membuka selimut yang menutupi tubuh keduanya dan beralih ke sisi kanan ranjang. Di sana selalu tersedia air mineral dua sampai tiga botol. Semua masih tersegel. “Kau bisa duduk?” tanya Stevan setelah membersihkan jemarinya dengan tisu dan membuka salah satu botol itu. Elisa hanya bisa mengangguk, menyeret tubuhnya yang kehabisan tenaga untuk bersandar di kepal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 132 - Kau Memanggilku Sayang …

    “Elisa, apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?” tanya Stevan sambil membantu Elisa mengeringkan rambut panjangnya yang basah menggunakan hair dryer.Sebelumnya, pria itu memasak bubur merah kesukaan Elisa, bahkan menyuapinya saat wanita itu masih berendam di dalam bathtub. Membersihkan tubuh Elisa dari sabun dan busa menjadi aktivitas berikutnya.Untung saja Stevan berhasil menahan gairahnya, tidak melakukan hal-hal tidak senonoh pada wanita yang terlihat masih sedikit lemah. Dia sudah bertekad tidak akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan Elisa maupun janin di dalam rahimnya.“Tidak ada. Sebenarnya aku masih ingin bermalas-malasan saja hari ini.”Jawaban Elisa membuat gerakan tangan Stevan terhenti, mematikan benda bulat di tangannya.“Kau selelah itu?”Elisa mengangguk, menyandarkan punggungnya di dada bidang Stevan yang masih memakai kimono mandi—sama sepertinya.“Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Kamu keterlaluan, Stevan!” pungkas Elisa sambil mencubit punggung

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 133 - Kencan Idaman Elisa

    “Jadi aku ingin melakukannya setidaknya sekali. Kamu mau kan berkencan denganku?” tanya Elisa lagi di tengah-tengah suara bising hair dryer. Sebenarnya, Stevan bisa saja mematikan mesin itu, tapi akan berimbas pada rambut panjang Elisa yang tidak segera mengering. Kurang istirahat, terlambat makan, dan rambut basah yang dibiarkan tergerai bisa memengaruhi kesehatannya. Mau tak mau, Stevan harus memasang kuping. “Dulu aku sering membayangkan bergandengan tangan dengan pacarku, menonton film di bioskop, menonton konser, atau sekadar duduk santai di kafe dari sore sampai malam. Sayangnya, itu tidak pernah terjadi.” “Kau ingin aku berpura-pura menjadi pacarmu?” tanya Stevan sambil meletakkan pengering rambut, sesekali memeriksa mahkota istrinya itu apakah sudah kering sepenuhnya. “Jika kamu tidak keberatan.” “Tidak sama sekali. Sekarang kembalikan ponselku. Aku harus menghubungi Mario untuk menyiapkannya.” “Menyiapkan apa?” Elisa membalik tubuhnya, duduk bersila menghadap Stevan. “S

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 134 - Istri yang Merajuk

    “Stevan!” seru seorang wanita dengan pakaian terbuka, menampakkan dadanya yang berisi dan paha mulus yang membuat pria mana saja tergoda. Riasan tebal di wajah menunjukkan dia seorang pesolek, berbeda dengan Elisa yang hanya menggunakan pelembap dan lipstik nude.“Maaf?”Kening Stevan berkerut, merasa tidak mengenal wanita yang saat ini menghadang langkahnya begitu keluar dari mobil.Wanita tidak tahu malu itu terus mendekat, memajukan wajahnya untuk mencium pipi kanan dan kiri Stevan. Namun, Elisa lebih dulu maju dan memaksa sang suami mundur dua langkah.“Maaf, Nona. Sepertinya Anda salah orang. Suamiku tidak mengenalmu,” ujar Elisa dengan senyum palsu yang menunjukkan ketidaksukaannya.“Suami?”Wanita itu memicing tajam, memperhatikan Elisa dari ujung kaki hingga kepala. Smock dress lengan panjang yang dipakai Elisa benar-benar menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya, berbeda dengan strapless dress setengah paha yang dipakai olehnya.“Nona, kalau kamu sedang bermimpi, sebaiknya buk

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status