Setelah beberapa jam mereka menunggu di dalam ruangan."Tuan, berapa lama lagi kami harus menunggu? Apa tuan Astin belum juga datang?" tanya seorang wanita berseru kepada pria yang berdiri di depan mereka untuk berjaga.Pria berkacamata hitam itu menoleh ke arahnya."Tunggu saja!" jawabnya tanpa mengubah posisi siap dan tegap tubuhnya."Sudah tiga jam kami menunggu. Berapa lama lagi seleksinya dimulai?" Yang lain menimpali."Kalau kamu tidak mau menunggu, maka pergi saja!" jawab pria lainnya dengan suara tegas."Huh!"Bukan hanya satu, dua atau tiga wanita saja yang mulai mendengus kesal, bosan dan jenuh menunggu. Suara mereka pun kembali terdengar berisik bersahutan seperti kumpulan serangga. Mereka mengeluh satu sama lain, ada juga yang mulai hilang kesabarannya."Aku rasa kita hanya dipermainkan saja oleh orang kaya." Salah satu wanita bangkit dari duduknya dengan wajah kesal. Dia merasa Astin dan keluarganya telah mempermainkan mereka dengan membiarkan mereka menunggu lama tanpa
"Halo. Perkenalkan namaku Nancy. Aku adalah dokter pribadi keluarga tuan Astin," ucap Nancy memperkenalkan diri.Setelah kepergian pria kekar yang berurusan dengan Karely, seorang wanita cantik berjalan memasuki ruangan. Nancy datang karena Astin yang meminta. Tugasnya adalah melakukan seleksi terhadap wanita-wanita yang tersisa.Semua wanita yang tersisa langsung mengarahkan pandang pada Nancy. Wajahnya yang cantik dengan senyum manis telah mencuri perhatian mereka, termasuk Karely. Apalagi saat masuk, pandangan pertama Nancy adalah ke arah Karely."Aku akan memulai seleksinya," sambung Nancy. Nancy kembali mengedarkan mata membagi pada setiap wanita, termasuk Karely."Sebagai dokter pribadi keluarga tuan Astin, jelas aku mengetahui semua tentang kesehatan tuan Astin," sambungnya lagi.Nancy mulai berjalan meninggalkan mejanya dan mendekati mereka.“Apa yang kalian cari dari sebuah pernikahan?” tanyanya. Pandangan matanya tertuju pada wanita pertama yang duduk di bagian depan.“Keb
“Kenapa kamu masih di sini?” tanyanya pada Karely. "Kenapa tidak ikut kabur seperti mereka?" “Kabur? Kenapa aku harus kabur?" Awalnya memang tidak ada niat mengikuti seleksi itu dan akan membiarkan wanita lain yang terpilih. Bahkan dalam kepalanya telah tersusun rapi beberapa rencana untuk membuat Astin tidak akan pernah memilihnya menjadi istri. Namun, setelah mengetahui kebenaran tentang kesehatan Astin, niat itu tiba-tiba berubah.Bagi wanita lain kelemahan Astin ini adalah hal yang memalukan dan merugikan, tapi tidak untuknya. Kondisi Astin yang seperti ini malah dianggap sebagai kondisi yang menguntungkan baginya.“Apa kamu tidak dengar apa yang aku ceritakan tadi? Apa memang kamu tidak tau impoten itu apa?”Nancy tidak menyangka Karely akan tetap bertahan meski mengetahui kondisi kesehatan reproduksi Astin yang buruk. Padahal dia berharap Karely pun pergi meninggalkan ruangan sepert wanita lainnya. Sempat melintas dalam benaknya kalau Karely sudah jatuh c
"Aku mau menjadi istrimu." Jawaban ini yang ingin Astin dengar dari mulut gadis yang berdiri di hadapannya dengan mata bening menatapnya lekat. Karena dengan begitu, dia tidak perlu lagi repot-repot mencari cara lain untuk mendekati Karely hingga tujuannya terwujud, mendapatkan perlindungan dari wanita yang berkecimpung dalam lembaga kepolisian negara."Karely?" Rupanya Astin tidak sabar ingin segera mendengar jawaban Karely. Sayangnya, gadis itu tidak segera memberinya jawaban. Sebaliknya, Karely malah membiarkannya menunggu dengan cemas.Bola mata bening Karely bergerak-gerak menjelajahi manik mata milik Astin. Ada keraguan, bimbang dan juga kekhawatiran dalam sorot matanya. Sesaat kemudian manik mata itu bergerak dan beralih melihat ke arah pria yang berdiri di samping Astin, Marlin."Kalau boleh jujur, sebenarnya aku sama sekali tidak berminat mengikuti hal bodoh seperti ini," ucap Karely kembali membagi pandangnya pada Astin dan Marlin.Mendengar jawaban Karely, tiba-tiba ada r
"Pria sialan!" umpat Karely tiba-tiba sembari masuk ke dalam mobil dan duduk dengan wajah kesal."Kamu memakiku?" Pria yang duduk di sebelahnya kaget mendengar umpatan Karely."Bukan kamu," sahut Karely jutek."Lalu?""Astin," jawab Karely masih tidak menghilangkan wajah kesal.Setelah selesai melakukan negosiasi dengan Astin tentang pernikahan mereka, Karely keluar dari rumah besar itu dan menghubungi Diego. Dia masih menyimpan rasa kesal karena telah dijebak oleh mamanya dan ternyata Astin benar-benar bukan orang miskin atau sederhana, dia pria kaya raya."Astin?" Diego hanya melihatnya sekilas lalu kembali fokus pada jalan"Ya.""Apa pria itu membuat masalah denganmu? Bukankah kamu hanya mengantar makanan untuknya?" Apa dia tidak menyukai masakan mamamu? Atau ... dia mengusirmu?"Diego menanggapi setengah bercanda sembari mulai mengendarai mobilnya meninggalkan rumah besar milik Astin."Kamu tau, Diego? Mama menyuruh aku datang ke rumah pria itu bukan karena memintaku mengantar maka
"Bagaimana?" Yoselin datang tiba-tiba mengejutkan Astin dan Marlin."Menurutmu?" Astin malah balik bertanya sembari merilekskan duduknya. Dia juga memberi isyarat pada Marlin untuk meninggalkan ruangan dan memberi waktu mereka berdua.Yoselin tersenyum. Ekor matanya melihat ke arah Marlin yang berjalan meninggalkan mereka."Aku lihat wanita itu cocok denganmu.""Kamu sudah menyelidiki gadis itu sebelumnya, untuk apa lagi mengadakan acara seperti ini?" Lagi-lagi Yoselin tersenyum."Kalau tidak, sampai kapan kamu akan bergerak? Sampai gadis itu diambil orang terlebih dahulu?"Astin bangkit dari duduknya, lalu berjalan menjauh menuju tepi ruang. Dengan kedua tangan bersembunyi pada saku celana, tubuhnya yang tegap altetis menghadap dunia luar.Untuk sesaat Astin memaku pandangnya, hingga akhirnya kembali memutar tubuh menghadap Yoselin."Gadis itu memang target, tapi aku tidak menyangka kamu dengan cepat bertindak."Lagi-lagi Yoselin tertawa. Wanita cantik itu pun berdiri dan berjalan m
"Karely, ponselmu bunyi," ucap Yoselin menyentuh tangan Karely.Setelah memberitahu Karely, Yoselin kembali melanjutkan obrolan dengan Astin. Sedangkan Karely sendiri membuka mata dan langsung melihat siapa yang menghubunginya di saat begini. Dia tidak langsung menekan tombol jawab karena panggilan itu dari Diego dan dia yakin temannya itu pasti menanyakan tentang keberadaannya karena saat dia pergi, Karely tidak memberitahu Diego ke mana dia akan pergi. Dia sendiri tidak menduga kalau Yoselin mengajaknya ke luar kota. Dia pikir tante Astin itu hanya akan bertamu ke rumahnya.“Jawab saja, siapa tau penting!” Keraguan Karely menjawab panggilan yang masuk ternyata menyita perhatian Yoselin. Apalagi wanita itu telah menutup obrolannya dan menyimpan ponselnya ke dalam tas. Senyum Yoselin membuatnya canggung. Senyum itu penuh pengertian dan sangat lembut menyentuh.“Halo, ada apa?” sapanya dengan mengecilkan volume suaranya.Karely menjawab panggilan Diedo denga
"Tante, bukankah ini makam?" Karely terkejut, ternyata Yoselin membawanya ke sebuah tempat yang menurutnya adalah sebuah pemakamam. Manik matanya tertuju pada ornamen-ornamen cantik yang bertengger indah menghiasi tempat itu dengan warna-warna yang berbeda."Ya. Ini adalah pemakaman keluarga kami," jawab Yoselin memperhatikan wajah terkejut Karely. "Ayo, aku kenalkan kamu pada mereka!" sambung Yoselin meraih tangan Karely dan menggandengnya.Karely masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kali ini, hanya saja dia tetap mengikuti langkah Yoselin dengan perlahan. Pikirannya tiba-tiba kosong, tapi kacau. Tiba-tiba wajah Ben dan papanya melintas begitu saja dalam benaknya dan tiba-tiba juga Karely menghentikan langkah."Karely, ada apa?" Yoselin terkejut dan khawatir melihat wajah Karely berubah pucat.Karely masih terdiam. Untuk sesaat dia terhanyut dalam kesedihan terkenang dua pria yang sangat dicintainya. Perlahan matanya bergerak melihat Yoselin."Karely