Walaupun ada pertanyaan besar dalam benak Gerardo, ia menahan diri untuk tidak bertanya apapun pada Zeze ataupun Zetha juga Luciano. Kini, Gerardo berhadapan dengan Pierre yang sudah disetujui oleh Jonathan, Luciano serta Luca untuk bertunangan dengan Zeze, gadis kesayangan mereka. Marcio Lamparska duduk tegak di sebelah Pierre, satu maju dengan Gerardo, Luciano, Jonathan, Timothy dan Markus. "Mulai sekarang, aku dan Anne adalah keluargamu. Ku harap kau tidak mengecewakan kami. Karena bagaimanapun Zee adalah putri angkat kami." tutur Marcio dengan suaranya yang terdengar berat sangat berwibawa. Gerardo menatap lekat ke arah Pierre yang mengangguk mantap menanggapi perkataan Marcio. "Meskipun kami baru bertemu di sini, rasanya hati ini telah lama mengenalnya. Aku berjanji dengan nyawaku, tak akan membuatnya kecewa sedikitpun." "Akan ku ingat perkataanmu, Pie! Sekali kau membuat keponakanku kecewa, maka akan ku minum darah dari jantungmu!" Luca berkata ketus, baru saja datang lang
Gerardo masih syok mendengar hidup Zeze dalam bahaya antara hidup dan mati yang bisa datang kapan saja ke gadis itu. "Kak Dimi ...kak Dimi pasti punya caranya 'kan? Ada banyak pasien di rumah sakit kak Dimi, apakah tidak ada yang cocok organnya untuk didonorkan pada Zee?" Kali ini Luciano yang menjawab pertanyaan Gerardo, "Bukan tak ada yang cocok. Tapi kita juga harus memikirkan psikologi serta kebiasaan pola pikir dan gaya hidup pendonor apakah benar-benar cocok untuk Zee. Karena, organ tubuh turut mewarisi karakter bawaan dari pendonor." Gerardo mendesah, membuang napas besarnya ke samping. "Selalu ada keajaiban bagi orang yang mempercayainya. Kita bukan orang yang akan mudah menyerah mempasrahkan tanpa berusaha. Anne akan membuat serum, Zetha bersama Simon, Michele dan Veronica juga Bonnie akan terus mengusahakan pengobatan guna membuat kita bisa terus melihat senyum ceria Zee." Jonathan berkata seraya tersenyum dianggukkan Gerardo pelan. Gerardo menatap Marcio lalu ke Anne,
Sudah dua hari keluarga Salvatore tiba di kediaman Palermo. Kesibukan pekerjaan kembali menyapa kehidupan masing-masing, namun mereka akan bertemu berkumpul bersama pada saat makan malam. Massimo tidak bisa libur dalam waktu dekat tetapi berjanji sebelum pertengahan tahun akan mengajak Megan pergi berbulan madu. Sementara Megan tetap mendampingi Michele yang kehamilannya semakin besar, merawat tanaman beracun juga herbal di samping kediaman serta membuat sampel-sampel racikan racun bersama Bonnie dan Zetha untuk dikonsumsi Zeze. Racun untuk mengobati racun.Jonathan sedang membuat penganan di pantry ketika ponselnya tiba-tiba berdering, panggilan video dari Lucy. "Hai, Young Lady. Bagaimana keadaanmu? Apakah Lula menyusu dengan baik? ASI-mu lancar?" sapa Jonathan sembari menyusun roti yang baru ia keluarkan dari oven dan menghiasinya dengan selai buah segar, juga buatannya. "Aku rindu papa." Lucy hanya menjawab pendek menyuarakan perasaan terdalamnya yang akhir-akhir ini sedikit ti
Ibrahim mengundang Felix dan Veronica datang ke istana karena Lucy terlihat sedikit uring-uringan setelah melakukan panggilan video dengan Jonathan yang jika menurut Rayya mereka berbincang hangat. "Ada apa? Apakah perasaanmu terganggu oleh gosip lagi? Singkirkan ponselmu, tak perlu melihat berita apapun di luar, Ibrahim sudah bersumpah padaku jika ia tak akan pernah menikah ataupun menyentuh wanita lain selain dirimu." Felix duduk di sandaran tangan tempat Lucy sedang menyusui Lula. Lucy memang menyusui sendiri semua bayinya, menolak menggunakan ibu susu. Ibrahim juga rela berjaga di tengah malam, bergantian mengurus bayi ketika Lucy terlelap kelelahan menyusui anaknya. Lula sudah melepaskan hisapannya pada puncak buah dada Lucy, sehingga istrinya Ibrahim tersebut memberikan bayinya ke tangan Veronica yang menerima dengan tatapan mata berbinar. "Perasaanku tak tenang. Bagaimana sebenarnya keadaan Zee? Aku juga kuatir serta rindu dengan Papa." Lucy berkata sambl menatap lekat wajah
Luca sudah meluncur turun menggunakan tali bersama pasukan khusus yang datang bersamanya ke bawah jurang. "Hubungi ambulance cepat, turunkan alat bantuan!" titah Luca tegas melalui sambungan radio di telinganya, begitu ia tiba di jurang dan telah menaik paksa pintu mobil yang macet sulit dibuka dari luar. "Papa ...please ...ini tidak lucu, aku tidak suka! Bertahanlah!" jerit Luca tertahan melihat Jonathan yang terjepit dasbor mobil sedang memeluk melindungi kepala Zeze. Samping kepala Jonathan tertusuk pecahan kaca juga lengannya yang melindungi kepala Zeze, pun punggungnya tertancap pecahan kaca tebal sedikit lebih besar, sedangkan dasbor mobil menghimpit hingga melewati lutut Jonathan dan Zeze. Di pelukan Jonathan, keadaan Zeze juga tidak lebih baik, ada batang besi menghunjam sisi samping perutnya sehingga gadis itu kehilangan kesadaran. Darah kental hangat masih merembas keluar dari tubuh Jonathan dan Zeze. "Lu-ca ..." Jonathan yang ternyata masih sadar, berbisik sangat
Lutut Effren lemas dan jatuh terduduk pada lantai di ujung lorong ke arah ruangan operasi setelah melihat Zetha di pelukan Gerardo, Luca membingkai Freyaa depan dada dan Michele melabuhkan wajah ke pundaknya, Aghna bersandar pada pundak Susie yang kedua orang itu dipeluk oleh Sandi serta Simon berbaring depan dada Luciano, memeluk putranya itu erat-erat.Pintu ruangan operasi di depan mereka masih tertutup rapat dengan lampu menyala merah menandakan operasi masih berlangsung di dalam sana dan sudah dua jam waktu berlalu. "Ayah ..." Massimo dan Megan memapah Effren yang telapak kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Gerardo menoleh pada Dominic yang juga datang bersama Effren, Deristi dan tiga M, "Beritahu Felix, Mike dan Ibrahim. Papa kalian sudah tiada, ditunggu kedatangan mereka secepatnya juga perhatikan keselamatan."Dominic menganggukkan kepala, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, segera mundur untuk menghubungi Felix dan Mike juga Ibrahim, seraya ia menekan dalam-dalam pe
Mike yang baru tiba, meskipun tahu jika Jonathan telah pergi untuk selamanya, melihat Lucy yang histeris, tak bisa mengendalikan diri untuk ikut menangis pilu berpelukan bersama Mawar.Fernando bangkit menyambut dan memeluk Mike juga Mawar, menangis bersama. Kedua anak Mike dan Mawar juga anak-anak Lucy dan Ibrahim tidak satupun yang bisa menahan diri dari tangisan sedih.Semuanya mencintai dan menyayangi Jonathan yang memang selalu berusaha 'hadir' membersamai semua anak cucu keturunan Salvatore tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.Rayya masuk ke pelukan Ibrahim, memberikan kecupan ke kening Jonathan, "Papa, aku janji akan jadi anak baik, tidak marah-marah lagi pada adik-adik. tolong ...adakah keajaiban, please hidup kembali, Papa Jona ..."Ibrahim merengkuh putrinya dan memeluk erat-erat, "Ikhlaskan, Papa pergi, Sayang." bisiknya serak.Ariana muncul di belakang punggung Felix yang masih terisak di sisi Jonatha
Telah dua hari Jonathan pergi ...Semua anggota keluarga Salvatore masih berkumpul di kediaman, termasuk Anne, Marcio beserta pasukan ninja mereka membaur bersama pasukan khusus keluarga Salvatore. Ibrahim juga menyerahkan pekerjaan dan tugas-tugas istana pada Zaid, Salim, Solahuddin serta Babanya yang telah pensiun, kembali aktif menghadiri meeting bersama anggota dewan kerajaan. Ibrahim memilih menemani Lucy juga anak-anaknya yang masih ingin di Palermo. Pun Fajri dan istrinya serta Mike sekeluarga. Luca sedang duduk dalam ruangan kerja dalam kamar tidurnya, ia memutar rekaman dari dasbor mobil sport yang dikemudikan oleh Zeze, berakhir kecelakaan terjun ke jurang. "Kau belum makan siang, aku bawain camilan, cicipi sedikit ya." Michele datang membawa meja beroda terdapat makanan dan berbagai camilan kesukaan Luca ke kamar tidur mereka. Luca mendongakkan wajahnya, tersenyum sangat tipis dan Michele segera memberikan kecupan ke bibir seksi suaminya itu, "Kau harus sehat demi Demon
"Hai, tadi kau tak ada di makan malam. Kau baik-baik aja?" Luca membawa nampan berisi makanan ke dalam kamar Jonathan dimana Zeze sedang duduk sendiri pada sofa. Luca menjentikkan jemarinya dan ruangan kamar Jonathan yang sebelumnya gelap, hanya mendapat terang dari lampu teras, kini menyala dengan cahaya redup. Zeze bergeming dari pandangannya menatap keluar jendela, duduk dengan menumpu memeluk kedua lututnya di sofa. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Luca menghenyakkan tubuhnya duduk pada samping Zeze. Lalu meraih samping kepala keponakannya itu untuk ia sandarkan ke depan dada. "Apakah ada masalah dengan Pierre? Kau ingin berubah pikiran? Belum terlambat jika kau ingin membatalkannya meskipun esok Marcio dan Anne secara resmi datang melamarmu untuk Pierre." "Aku rindu Papa juga Mommy Cella dan Daddy Michael." lirih Zeze hampir seperti desahan. "Paman juga rindu. Kita semua rindu Papa dan Mommy juga Daddy." Luca melingkarkan lengannya ke depan dada Zeze, memeluk keponaka
Senyum di bibir Pierre semakin merekah lebar, kepalanya mengangguk beberapa kali, lalu seutas tali bening sangat tipis terentang diantara jemari kedua tangannya. "Aku bekerja untuk mereka? Yayasan sosial penderita ODHA, hem?" cetus Pierre sembari menaikkan kedua alis tebalnya dan menatap lekat ke netra pria di depannya yang balas menyeringaikan senyuman sinis. Tanpa jawaban dari Mister Walikota, Pierre sudah bisa menduga siapa 'mereka' yang pria tua itu maksud. "Jika Anda memang benar mengenalku, Anda pastinya tahu apa yang bisa ku lakukan dengan tali ini bukan?" Dari tempat tersembunyi, Zeze bisa mendengarkan pembicaraan Pierre dengan Mister Walikota di dalam ruangan. Pengaruh hipnotis Zeze pada kedua orang penjaga yang ada depan pintu ruangan private Mister Walikota masih belum hilang. "Kau tak akan membunuhku, aku tau itu." ucap Mister Walikota sangat percaya diri. Pierre mendengkuskan tawa rendah, "Jika begitu, Anda tidak akan tetap berada di sini bukan?" Pierre bangkit berd
Pelayan baru saja keluar dari ruangan private tempat Mister Walikota, ketika Zeze mengintip dari kejauhan. Di depan pintu ruangan private Mister Walikota berdiri tegak dua orang penjaga bertubuh besar seperti tukang pukul dan Zeze menduga jika sang Walikota sedang ada janji temu dengan seseorang di dalam ruangannya. Zeze mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memeriksa titik-titik kamera CCTV terpasang dalam ruangan restoran dan ia menemukan jika ruangan tempat Mister Walikota berada, terhalang pilar besar. "Menarik!" gumam Zeze menyunggingkan senyuman tipis sangat sinis. Tepat ketika Zeze hendak bergerak pergi menuju ruangan sang Walikota, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat. "Libatkan aku." bisik Pierre lembut, sudah menarik pinggang ramping Zeze dengan lengannya yang lain. "Aku sudah lama tidak olah tubuh, sedikit peregangan sepertinya menyenangkan." lanjut Pierre, kini berkata di depan wajah Zeze yang sedikit terdongak dengan bibir merekah menggoda dan sinar matany
Bertahun-tahun Pierre menutup diri serta menjaga jarak dari para wanita yang mendekatinya, tetapi kini benteng pertahanannya benar-benar hancur di hadapan Zeze yang blak-blakan, sangat ekspresif juga membuat jantungnya menggelepar riang hendak meloncat keluar. "Wajah Daddy Pierre memerah, apakah Daddy juga terangsang sama sepertiku?" Zeze membelai rahang berbulu maskulin Pierre, lalu mengecup sangat lembut daun telinga tunangannya itu yang bisa ia rasakan sedikit tersentak dan pelukan lengan Pierre semakin posesif menahan pinggangnya. "Jangan menggoda lagi. Aku benar-benar bisa membawamu ke hotel, Baby." Pierre berkata seakan seperti desahan ke depan wajah Zeze, lalu mengecup serta menggigit gemas bibir gadis mudanya itu. "Aku tak keberatan ..." Pierre langsung melumat gemas bibir Zeze yang akhirnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Pasangan itu saling memagut, meluahkan semua rasa yang mengganjal di dalam hati dengan ciuman hingga akhirnya terlepas karena pernapasan semakin
"Kau baik-baik aja?" Felix menghampiri Zeze yang berdiri di teras, melihat pemandangan lautan luas dari jauh, terlihat berkilau seperti karpet berlian terkena sinar terik matahari menjelang siang. "Paman ..." Zeze menoleh dan memberikan senyuman tipis pada Felix. "Mari duduk, kau baru siuman. Kakimu pasti lelah." Felix meraih pundak Zeze, mengajaknya duduk pada sofa di belakang mereka. "Mungkin karena di tubuhku mengalir darah serigala, jadi pemulihannya sangat cepat. Kakiku tidak apa-apa, tidak ada kaku atau stress syaraf."Dimitri sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Zeze dan tak menemukan satu pun keluhan pada tubuh gadis muda yang baru siuman setelah sepuluh hari tertidur tersebut. Zeze bangun dan beraktifitas layaknya orang normal yang tak pernah tertidur berhari-hari. Hal yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan racun dalam darah Zeze seolah terhenti begitu saja.Anne memang tak menyebutkan jenis campuran pada ramuan yang dibantu Dimitri suntikkan ke pembuluh dar
Sekarang giliran tubuh Zetha yang berguncang hebat mendengar cerita Zeze di alam kabut mimpi. "A-apakah mereka semua baik-baik aja? A-apakah mereka bahagia?" cicit Zetha berurai airmata yang kini Zeze balas memeluk pundak Mumma cantiknya itu dan mengecup kelopak matanya sangat lembut. Seperti tindakan Jonathan sewaktu Zetha kecil jika menenangkan putrinya itu ketika menangis sedih. Pun Michael melakukan hal yang sama dahulunya pada Zetha. Dua orang kesayangan yang jiwa mereka telah melebur menjadi satu di alam kabut mimpi Zeze."Mereka semuanya baik dan bahagia." jawab Zeze pelan dan ia teringat kelembutan juga sikap Michael dan Marcella yang sangat memanjakannya. Zeze tak menceritakan pada Mummanya jika jiwa Jonathan dan Michael menyatu di alam keabadian. "Apakah Papa dan Daddy sudah menyatu?" Zetha malah bertanya hal yang disembunyikan oleh Zeze. Zeze merenggangkan pelukannya, menatap lekat ke netra Zetha, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Aku melihat Papa dan Daddy menjadi satu.
Tubuh Zeze semakin gemetar menangis terisak-isak di pelukan Zetha, ia teringat saat terjun ke dalam laut beberapa menit lalu, merasakan ada kekuatan sangat besar mendorong tubuhnya naik ke permukaan yang kemudian ombak menghempaskannya tapi tubuhnya mendarat dengan sangat lembut di batuan karang. "A-aku membunuh Papa ...a-aku bukan manusia lagi, please Mum, bunuh aku." cicit Zeze pilu di pelukan Zetha. Zetha semakin mengeratkan pelukannya ke Zeze dan serigala di sebelahnya. Zetha kedinginan, tetapi ada kehangatan yang mengaliri dirinya dari tubuh Zeze dan Blacky-serigala hitam. "Kau tak membunuh Papa, Sayang. Mari pulang dulu, Mumma akan jelaskan semuanya ...tubuh Mumma dingin di sini ..." gigi Zetha bahkan bergemelatukan saat ia berbicara karena suhu udara memang sangat dingin, apalagi masih di musim dingin hendak memasuki awal musim semi. Menyadari Mummanya kedinginan, Zeze segera memeluk pinggang Zetha, lalu dengan tangkas ia membawa wanita yang telah melahirkannya itu berusaha
Tanpa menunggu Zetha dan Sarah menjawab, Zeze telah menghilang seperti kelebatan angin pergi keluar dari ruangan menuju kamar tidur Jonathan. "Papa ..." Zeze merasakan jantungnya berhenti berdebar, tenggorokan tercekat dan udara di sekitarnya seolah tak bertiup, dimana ia hanya bisa mencium samar aroma dari tubuh Jonathan di seantero kamar tidur kakeknya tersebut. Di kamar Zeze, Zetha turut berlari mengejar, sehingga Sarah hanya mampu menggelengkan kepala pada para lelaki di ruangan tamu kamar yang sebelumnya sama-sama merasakan hembusan angin lembut melewati mereka saat Zeze pergi keluar secepat kilat. "Zeze ...mencari Jonathan." ucap Sarah yang bahunya segera di peluk Dimitri, mengajaknya duduk pada sofa. Freyaa semakin menyusupkan wajah ke ceruk leher Luciano yang juga semakin memeluk tubuh bergetar putrinya tersebut karena kembali terisak menangis. Simon dan Pierre gegas menyusul Zetha yang gagal menemukan Zeze dalam ruangan tidur Jonathan. "Mum, biarkan kami yang mencari Ze
Malam begitu sangat hening, hanya terdengar suara deburan ombak yang bagaikan musik alami dari kejauhan.Biasanya akan selalu ada orang berjaga dalam kamar Zeze dan malam ini Simon bersama Pierre di sana sementara Freyaa tidur di sebelah Zeze di atas ranjang. Namun entah kenapa, semakin malam, Pierre dan Simon tak bisa menahan kantuk yang datang tiba-tiba seiring malam semakin bertambah sunyi. Bukan hanya Simon dan Pierre yang terlelap pulas, Zetha dan Luciano yang terbiasa bangun di sepertiga malam untuk berdoa pun nyenyak dalam tidur. Bahkan bayi Lula sama sekali tidak terbangun untuk menyusu atau rewel karena pampersnya penuh. Begitu juga dua ekor serigala di kandang samping kediaman Salvatore, ikut merasakan angin kedamaian, membuat mereka sangat tenang. **Bahu Freyaa berguncang, menahan isak tangis tapi airmatanya mengalir turun ke wajah Zeze yang ia peluk erat di pangkuan. "Freyaa ..." Zeze bergumam, membuka kelopak mata, menatap Freyaa yang memeluk kepalanya sambil menangi