Share

Terpaksa Setuju

last update Last Updated: 2022-05-21 10:31:12

"Me-menikah? Siapa yang a-kan meni-kah?" ucap Seruni dengan gugup yang menyergap.

"Kita. Kamu ... dan aku!"

"Tap-tapi ... saya masih kuliah!"

Seruni menoleh bergantian pada orang tuanya meminta penjelasan. Wajah Soleh dan Lastri terlihat tenang, walaupun masih terlihat kebimbangan di sana.

"Kamu masih bisa melanjutkan pendidikan kamu sampai tuntas. Pernikahan ini hanya akan diketahui oleh keluarga kita saja sementara waktu."

"Tap-tapi ... kenapa? Saya kuliah dengan mendapatkan beasiswa dan selama belum lulus tidak boleh menikah. Pak? Bu? Bagaimana ini?" Seruni mulai merasakan matanya memanas menahan tangis. Otaknya mendadak tidak bisa berpikir.

"Nanti Bapak sama Ibu jelaskan ya, Nak?" Lastri mencoba menenangkan Seruni yang terlihat kacau.

"Ya, sebaiknya memang Bapak dan Ibu yang menjelaskan pada Seruni mengenai semua ini dengan jelas, saya permisi."

Arya langsung bangkit dari duduknya, disusul Soleh dan Lastri yang kemudian berdiri di dekat Arya. Hanya seruni yang diam saja karena merasakan badannya seakan hilang tenaga. Air mata meluncur perlahan dari mata indahnya. Dan itu, tidak disukai Arya.

"Runi, bangun!" seru Soleh pada Seruni yang memantung.

"Biarkan saja, Pak," tegas Arya, dia mengulurkan tangan untuk bersalaman.

Menatap sebentar pada Seruni yang masih diam, Arya mengusap kepala Seruni sekilas, membuat Seruni mengerjapkan mata dan mengangkat kepala menatapnya.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Kamu tidak akan menyesal menikah denganku." Arya langsung melangkah keluar setelah mengatakan itu, diantar oleh kedua orang tua Seruni.

Arya terus berjalan keluar dari pekarangan rumah, yang menyebarkan wangi bunga mawar yang sedang mekar berwarna warni, diikuti oleh dua orang kepercayaannya.

Desa mereka memang belum terjamah pembangunan di semua sektor, jalan setapak pun masih banyak yang masih tanah, seperti jalan di depan rumah Seruni, hingga kalau hujan akan berlumpur dan becek. Arya yang memang sengaja berjalan kaki, tanpa merasa risih terus melangkah di jalanan yang tergenang air sisa hujan semalam, meninggalkan rumah gadis yang sudah mendapatkan tempat di hatinya tanpa seorang pun tahu.

Soleh dan Lastri kembali masuk ke dalam rumah, begitu sosok yang disegani itu semakin menjauh.

"Runi!" Soleh duduk di sebelah Seruni seperti tadi, sedang Lastri di tempat Arya tadi menyamankan diri.

"Bu ... kenapa-kenapa aku harus menikah dengan Raden Arya, Bu? Aku masih kuliah dan tidak boleh menikah sebelum lulus, Runi juga mengejar cita-cita, Bu," tanya Seruni dengan air mata yang berderai membasahi pipi.

"Bukankah kamu sudah mendengar apa yang dikatakan beliau tadi? Kamu tetap bisa melanjutkan kuliah. Bukankah dengan menikah dengan Den Arya kamu lebih mudah mewujudkan impian kamu menjadi seorang guru?" Soleh mencoba memberi pengertian. Walau wajah penuh rasa bersalah tak bisa dia tutupi. Merasa menjadikan anaknya sebagai alat pelunas hutang.

"Tapi, Pak .... bagaimana dengan beasiswa Runi?" Seruni menatap bingung.

Masih segar di ingatannya saat memperjuangkan beasiswa itu, kini baru beberapa bulan dia merasakan bangku perkuliahan, dia diminta menikah.

"Tolong mengerti kami, Runi. Hutang kita pada Den Arya sudah sangat banyak, Bapak bahkan sudah lelah untuk terus bekerja di sawahnya, gaji Bapak pun sudah tidak utuh setiap bulannya untuk mencicil membayar hutang. Bahkan untuk membayar uang pangkal kamu masuk SMA dulu pun, Bapak pinjam lagi pada Den Arya. Belum lagi--"

"Runi bersedia, Pak. Runi bersedia!" tegas Seruni yang tidak ingin mendengar penjelasan Soleh tentang banyak hutang harta dan juga budi keluarga mereka pada Arya. Dia cukup tahu diri dengan keadaan ekonomi keluarganya.

"Tapi Runi meminta Raden Arya memenuhi janjinya, kalau Runi tetap bisa kuliah sampai selesai, dan menyembunyikan sementara pernikahan kami sampai Runi lulus."

Seruni mengusap pelan lelehan air mata di pipinya, sekuat tenaga menahan agar air asin itu tidak lagi keluar.

Wajah penuh kelegaan jelas terlihat pada Soleh dan Lastri, mereka tersenyum menatap putri sulung mereka yang dulu begitu ditunggu kehadirannya. Sepuluh tahun menikah dan tidak kunjung diberikan keturunan, membuat Soleh dan Lastri hilang harapan akan hadirnya tangisan bayi di dalam rumah tangga mereka, hingga setahun kemudian, Lastri dinyatakan hamil. Dan di usia pernikahan ke dua belas tahun, Seruni hadir menambah kebahagiaan Soleh dan Lastri, disusul kehadiran dua adik seruni empat tahun kemudian. Ya, Seruni memiliki sepasang adik kembar yang kini duduk di bangku SMP, itulah kenapa Soleh hingga berhutang banyak pada Arya, untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Soleh tidak ingin anak-anaknya hanya menjadi buruh di sawah milik Arya seperti dirinya, namun ternyata tetap tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Seruni, karena kini masa depan Seruni sudah jelas terpampang di depan mata, menikah dengan seorang Arya Subrata.

"Terima kasih, Runi. Bapak yakin Juragan akan memenuhi janjinya untuk tetap mengizinkanmu kuliah, hingga cita-citamu untuk menjadi seorang guru bisa tercapai." Soleh memeluk Seruni yang kembali menangis begitu dia mendekapnya. "Jangan menangis, Nak, sungguh ini bukan ingin Bapak, tapi Bapak bingung bagaimana cara membayar hutang. Den Arya juga sebenarnya tidak menagih, namun Bapak sudah malu. Jadi pada saat beliau meminta pada Bapak untuk menikahimu dengan jaminan hutang kita lunas, Bapak tidak bisa menolak. Apalagi dengan janji yang beliau katakan. Bapak yakin beliau bisa dipercaya. Omongannya bisa dipegang. Kamu akan bahagia, Runi."

Mendengar perkataan Soleh kalau Raden Arya sendiri yang memintanya pada Soleh, Seruni menjauhkan badannya dan menatap Soleh, dengan tangan terus mengusap sisa air mata di pipi.

"Raden Arya meminta untuk menikah dengan Runi?"

"Iya, Runi ... jadi kalau kamu berpikir kalau Bapak menukar masa depan kamu sepenuhnya dengan lunasnya hutang-hutang kita, kamu salah! Juragan sendiri yang memang menginginkanmu."

"Tapi ... bukankah Raden Arya tidak pernah menginginkan sebuah pernikahan, Pak?"

"Kata siapa kamu?" Lastri menimpali pembicaraan mereka.

"Banyak yang berkata begitu."

"Jangan terlalu didengarkan kabar di luar, Runi. Yang pasti, Juragan adalah orang yang sangat baik. Dan buktinya sekarang beliau melamar kamu pada Bapak."

"Tapi usianya jauh di atas Runi, Pak."

"Apa itu jadi masalah buatmu?"

Seruni menggeleng, tak ada alasan lagi untuknya menolak pernikahan itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amin Fauzi
lumayan. aturan yg baik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Cinta Sang Juragan    Calon Suami

    "Apa itu jadi masalah buatmu?" Seruni menggeleng, "Syukurlah. Sekarang kamu mandi dan makan, sudah sholat?" tanya Soleh kemudian. "Sudah, Pak.""Ya sudah, mandi dulu terus makan. Tadi Den Arya bawa banyak makanan. Si Kembar sangat senang bisa makan ayam tepung yang sering mereka lihat di TV." Soleh tertawa, mengingat betapa senang anak kembarnya saat Arya membawakan makanan yang tidak biasa mereka makan. Seruni turut tersenyum membayangkan wajah kedua adiknya yang sangat dia sayangi. "Sekarang mereka kemana?""Mereka pergi mengaji. Sudah sana." Seruni yang sudah tidak merasakan sedih seperti diawal setelah mendengarkan penjelasan Soleh, bangkit berdiri setelah Lastri kembali meminta dia untuk segera mandi dan makan. Lastri dan Soleh saling pandang dengan wajah lega, mereka sudah tahu kalau Seruni tidak akan menolak dengan keras, apa yang sudah menjadi kesepakatan antara mereka dengan Arya.Sementara itu, Arya menatap layar ponselnya yang menampilkan sosok seorang gadis cantik yan

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Berkorban Demi Keluarga

    "Bu ...?!""Iya, Runi?""Ibu bahagia?" Lastri menghentikan aktivitasnya, menoleh pada Seruni, lalu berjalan mendekat. "Kenapa bertanya seperti itu?" Duduk di kursi samping Seruni, Lastri menatap Seruni lembut. "Runi akan melakukan apapun yang bisa membuat bapak sama Ibu bahagia. Runi akan mengorbankan apapun demi kalian. Demi keluarga kita. Meski Runi takut hal ini diketahui pihak kampus nanti." Seruni menunduk pasrah. "Nak, Runi ... dengarkan Ibu. Kami juga tidak akan menerima lamaran dari Raden Arya, kalau beliau bukan orang baik. Kami pasti lebih memilih mencicil hutang, kalau Raden Arya bukan orang yang bisa dipercaya. Kami lebih rela tidak makan. Tapi karena Ibu sama bapak tau bagaimana beliau dan keluarganya, jadi bapak menerima lamaran Raden Arya.""Lamaran? Berarti, Raden Arya meminta aku dengan cara yang baik pada bapak, Bu?""Tentu saja. Bahkan bukan sekali. Tapi tiga kali!""Apa?!" Lastri mengangguk tegas, "Kok, bisa?" "Maka dari itu, kamu jangan berpikir yang buruk te

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Hadiah Tanda Cinta?

    Selesai sholat magrib, Seruni memilih diam dalam kamar. Biasanya waktu itu Seruni gunakan untuk berkumpul menonton TV dengan anggota keluarga yang lain, namun karena penasaran dengan isi kado yang diberikan oleh Arya, Seruni mengurung diri dalam ruangan yang hanya berukuran 3x3 meter itu. Satu tempat tidur berukuran sedang, lemari satu pintu, dan meja serta kursi tempat Seruni mengulang pelajarannya, menjadi penghuni kamar Seruni. Membolak-balik kotak yang ada di tangannya, Seruni mencoba menebak isi dari kotak tersebut. Dan saat rasa penasaran semakin merajai hati, jemarinya mulai berusaha membuka tempelan perekat yang menempel. Perlahan kotak yang dibungkus rapi itu terbuka, sebuah kotak yang berbalut kain beludru warna senada dengan kertas kadonya terlihat, jantung Seruni berdebar. Dia tahu dari sinetron yang sering ditontonnya, apa isi kotak tersebut. "Apa Raden Arya memberikan cincin?" senandika Seruni. Dengan perasaan yang semakin penasaran, Seruni mulai membukanya. Satu bu

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Semakin Yakin

    Seruni memandangi dan menyentuh dua benda baru penghias tangannya, di bawah pengamatan Lastri dan Rara yang tak henti berdecak kagum. "Ih, cantik banget ... Rara juga mau punya gelang sama cincin. Walaupun nggak secantik punya Teteh," celetuk gadis kecil itu, membuat Lastri dan Seruni menatap Rara dengan iba. 'Seandainya Ibu bisa mewujudkan keinginan kamu, Rara. 'Hati Lastri berguman sedih. Walau bibirnya berkata lain pada Rara. "Insyaa Allah, nanti juga kamu bisa memiliki gelang yang cantik seperti punya si teteh, kok. Ibu yakin itu."Rara tersenyum pada Ibunya. "Rara cuma asal bicara kok, Bu ... Rara ngerti keadaan kita," kata Rara yang merasa bersalah pada Lastri dengan ucapannya. "Tidak, Rara ... kalau sudah kehendak Allah, tidak ada yang mustahil." Lastri terus membesarkan hati Rara. "Aamiin, Mudah-mudahan ya, Bu." Rara mengusapkan kedua belah telapak tangannya pada wajah, sebagai tanda permohonan doa. 'Teteh akan mewujudkan keinginan kamu nanti, Rara. Dan untuk mewujudkann

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Membuka Hari Baru

    Malam merangkak naik membawa semua orang menghentikan sejenak aktifitas, mengistirahatkan diri dari kesibukan seharian tadi. Memeluk mimpi, membawa damai untuk menghadapi hari esok yang belum tertebak alur cerita. Seruni merenggangkan ototnya, mengerjapkan kedua mata, saat suara adzan subuh terdengar dari surau yang terletak tak jauh dari rumahnya. Gadis bermata indah itu langsung bangun, dan mendudukkan diri mengumpulkan kesadaran, yang semalaman terseret ke alam mimpi. Menutup mulutnya yang terbuka lebar saat menguap, Seruni bersiap menghadapi hari. Ya, hari baru yang akan dilalui berbeda dengan sebelumnya pasti. Tok ... tok ... tok. "Runi ... kamu sudah bangun belum?" Suara Lastri disertai ketukan pintu membuat Seruni menoleh, lalu setengah berteriak menjawab panggilan sang ibu. "Sudah, Bu!" Seruni memang selalu bangun bertepatan dengan adzan berkumandang, kebiasaan yang sudah diterapkan kedua orang tuanya sejak dia kecil. Setelah mengikat asal rambutnya, Seruni menurunka

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Panggilan Baru

    Arya menatap Seruni yang berdiri di depannya dengan kepala tertunduk, penampilan sederhana gadis belia itu tidak mengurangi sedikit pun pesona kecantikan bagai bunga yang sedang mekar. Gamis warna biru navy dengan kerudung warna merah muda, menutup sempurna raga indah Seruni yang tak terlihat sembarang orang. Dan, Arya suka dengan cara Seruni menjaga dirinya, dari tatapan tidak senonoh pria di luar sana. "Sudah siap pergi?" tanya Arya setelah puas mengagumi keindahan raga dan paras calon istrinya. Tanpa mengangkat kepala, Seruni menjawab pertanyaan laki-laki yang akan menjadi sandaran hidupnya kemudian. "Sudah, Raden.""Panggil Aa, Dek Runi!" ralat Arya yang merasa tidak nyaman dengan panggilan gadis itu padanya. "Oh, i--iya, Aa ...!""Angkat kepalamu saat aku berbicara denganmu, Dek. Tatap mataku!" Suara tegas Arya, membuat Seruni perlahan mengangkat kepalanya. Tatapan mereka bertemu, dan Seruni kembali dibuat terpukau pada ketampanan calon suaminya itu. 'Eh, kok senang ya, men

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Perhatian Calon Suami

    Seruni lebih banyak diam selama duduk bersebelahan dalam mobil, dengan orang yang tak pernah dia bayangkan akan menjadi seseorang yang berarti dalam hidupnya. Setelah tadi keceriaan dari wajah kedua adiknya saat Arya mengajak mereka, keduanya kini duduk di kursi belakang mobil keluaran baru sang calon ipar. Setelah melewati perjalanan 30 menit, Arya membelokkan mobil yang dikendarainya memasuki sebuah klinik. Seruni menoleh pada Arya dengan wajah heran, dia ingin bertanya, namun rasa sungkan membuatnya memilih diam. Begitu pun dengan Rara dan Robi, si kembar tak identik itu saling melempar tatap tak mengerti, kenapa Arya malah membawa mereka ke klinik. 'Siapa yang sakit? 'Mobil berhenti sempurna di halaman parkir klinik yang tidak begitu luas, Arya pun mematikan mesin mobil, dan masih enggan membuka mulutnya menerangkan maksud tujuannya singgah di tempat itu. Seakan sengaja menunggu keberanian Seruni bertanya. "Emm, A ...!" Berhasil! Harapan Arya terkabul begitu Seruni membuka

    Last Updated : 2022-05-21
  • Jerat Cinta Sang Juragan    Semakin Dekat

    "Terima kasih sudah membawa Rara berobat dulu, A," ucap Seruni tulus setelah keduanya selesai memeriksakan keadaan Rara. Saat ini sepasang calon pengantin -- yang awalnya ditangisi Seruni -- tengah mengantre di depan apotek. Sedang Rara dan Robi sudah diminta Arya untuk menunggu di dalam mobil atau di depan klinik saja. "Iya, Sayang. Tidak masalah," jawaban ringan dari Arya membuat Seruni enggan untuk melanjutkan pembicaraan, apalagi dengan adanya mereka di depan antrian. Panggilan sayang yang diberikan Arya untuknya, mulai terbiasa diterima rungunya. Bahkan dia senang dengan panggilan itu sekarang. Hingga nama Rara dipanggil, dan Arya dengan sigap menghampiri loket pengambilan obat, dengan menarik lembut tangan calon istri belianya untuk mengikutinya. Seruni menatap tangannya yang ada dalam genggaman lembut nan melindungi Arya, laki-laki itu hanya memegang tangannya saat keadaan mendesak, bukan ajang aji mumpung memanfaatkan keadaan. Semua yang dilakukan Arya hanya untuk melindun

    Last Updated : 2022-05-21

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Juragan    Tamat

    Menuju meja yang kosong, Oppa lalu menarik kursi untuk aku duduk. Sungguh sejak bersama dia, aku serasa jadi pemeran drama korea atau sinetron yang pernah aku tonton! Segala keromantisan dalam tayangan televisi, aku rasakan dari perlakuan Oppa. Iya, suamiku seromantis itu. Kalian bisa bayangin kan gimana? "Mau pesan apa?" tanyanya tanpa duduk di kursi kosong di depanku. "Apa aja, Rara ikut," sahutku cepat. Sekilas aku lihat menunya sama saja. Kalau tidak burger, ya ayam goreng. Jadi aku pasrahkan saja pilihan padanya. "Ayam goreng sama kentang saja, ya?" usulnya. Aku mengangguk. "Emm, burger juga," tambahnya, sambil menunjuk pada menu yang ada dibawah kaca meja. Lagi-lagi kepalaku bergerak ke bawah. "Ini, mau juga nggak?" tanyanya menunjuk pada satu menu. "Apa ini?" "Hotdog," jelasnya. Matanya kini menatapku lekat, menunggu jawaban atas tawarannya. "Oppa mau? Rara itu aja cukup. Takut nggak habis nanti," tolakku yakin. "Ya sudah, itu nggak perlu. Minumnya cola saja, ya?"

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 525

    Menatap ke luar jendela dari lantai tiga kamar Lee, Rara menikmati suasana malam negeri asal suaminya. Belum terlalu larut, tapi keheningan sudah menyelimuti tempat tinggal yang kini ditempatinya. Dari daun yang bergoyang dihempas angin, Rara bisa menebak kalau di luar sana sang bayu sedang bertiup cukup kencang. Lambaian helaian daun yang berguncang, meliuk indah dari bias terang lampu yang terpasang di setiap sudut di bawah sana. Satu dekapan hangat terasa, disusul dengan kecupan di belakang kepalanya. "Lihat apa?" tanya Lee, setelah perlakuan romantis yang dia berikan. "Lihat luar, sepertinya di sana sangat dingin. Angin juga kayaknya bertiup kencang," sahut Rara, dengan bersandar nyaman pada tubuh kekar suaminya. "Memang dingin. Tertarik untuk pergi keluar malam?" tanya Lee, dia pun turut melihat ke bawah sana. "Boleh?" tanya Rara dengan harapan bisa keluar menikmati tempat barunya. "Kenapa tidak? Baru jam delapan. Kalau mau kita bisa pergi." "Kemana?" Rara menoleh, hingga

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 524

    Arya keluar dari kamar setelah bertukar kabar dengan Lee, sudah dipastikan mereka harus berangkat ke Korea besok lusa, menggunakan pesawat sewaan bersama ketiga teman Lee. "Zahra, Aruna sudah bangun?" tanya Arya saat melihat Zahra datang dari arah dapur. "Eh, tadi sih belum, A. Ini baru mau Zahra lihat," sahut Zahra dengan sungkan, meski Arya sudah menganggapnya seperti saudara, tak serta merta gadis itu bisa bersikap lebih akrab. "Nanti siapkan keperluan Aruna, terus bantuin teh Runi untuk mengepak keperluan Arash dan Aisha. Kita akan berangkat ke Korea besok lusa. Jangan lupa, siapkan keperluan kamu juga," titah Arya membuat Zahra terdiam untuk beberapa saat. Pikiran Zahra sontak teringat pada Ji Hun, sejak kepulangan lelaki baik itu, Ji Hun seakan telah melupakan Zahra. Tak sekalipun seseorang yang sudah mengatakan kalau dia adalah calon suaminya, mengirim pesan alih-alih menelpon. Dia seolah dilupakan, sedang untuk menghubungi lebih dulu Zahra juga malu. Bisa saja semua yang

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 523

    Rara[Assalamua'aikum, apa kabar semuanya?] Sapa Rara di grup percakapan keluarga. Seruni [Wa'alaikumussalam. Cieee, pengantin baru baru nongol di grup? Gimana, Ra?] Balas Seruni yang kebetulan sedang memegang ponsel jadi langsung membalas. Rara[Apanya, Teh? Dingin di sini.] Rara menambahkan emot menggigil di akhir kata. Seruni [Kan ada penghangat, Ra. Tinggal peluk!] Rara terkekeh sendiri, dia menoleh ke arah Lee yang masih terlelap imbas pertempuran mereka tadi. Rara [Idih, Teteh ….] Robi [Wa'alaikumussalam. Duh, emak-emak lagi bahas apaan, sih? Pake ngobrolin penghangat segala. Kompor bukan, sih? Salju udah turun belum, Ra?] Seruni [Jomblo masih polos @Robi.] Robi tertawa membaca balasan kakaknya, belum tahu saja Seruni kalau adiknya baru bertemu dengan seseorang. Rara[Dia pura-pura polos, Teh. Hihihi!] Robi [@Rara aku beneran polos loh, belum ternodai apapun otakku, jadi nggak paham yang dibahas sama emak-emak seperti kalian.] Seruni [Iya, deh @Robi biar cepe

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 522

    Rapat sudah selesai, besok Rara dan Lee akan meninjau gedung yang akan dipakai untuk pesta nanti. Awalnya keluarga pihak ibu Lee heran, mengapa pesta dirayakan saat musim dingin. Namun setelah mendengar penjelasan nenek Han, mereka pun langsung paham. "Besoknya kita akan latihan dansa, Sayang," kata Lee begitu mereka sudah kembali ke kamar, Rara melepas penutup kepalanya, dan menyimpannya di pinggir tempat tidur. "Latihan dansa? Untuk apa?" tanya Rara, "Rara nggak bisa," lanjutnya. "Ya makanya latihan dulu, belajar." Lee mencolek ujung hidung Rara. "Harus, ya? Nggak bisa tidak? Apa Rara tidak akan membuat malu nanti?" tanya Rara sudah ketakutan, merasa dirinya memang bukan dari kelas yang sama dengan Lee. "Ngomong apa sih istriku ini? Mana ada bikin malu? Kan nanti belajar dulu," balas Lee sambilan mendekap Rara, mengecup pipinya. "Takut nggak bisa," elak Rara. "Kan belajar, Sayang. Apa mau coba sekarang?" tanya Lee melepas pelukannya, menatap Rara yang terlihat kembali tak per

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 521

    Lee terus mengejar Ji Hun, keduanya seperti mengulang masa kecil mereka, saling mengejar tanpa peduli kelakuan itu membuat kursi dan meja bergeser. Suara tawa memenuhi ruangan, para pelayan yang melihat, apalagi yang mengabdi sejak kedua pangeran itu masih kecil, merasa terharu. Mereka tersenyum sambil menggelengkan kepala, turut bahagia kehangatan juga keceriaaan di keluarga majikannya akhirnya kembali setelah sekian tahun tidak terasa.Rara yang menunggu Lee kembali tapi tidak mendapatkan sang suaminya menampakkan diri, dengan ragu melangkah menuju pintu, tangannya terulur menekan pegangan pintu. Dia pasti masih asing di sana, tapi tentunya harus membiasakan diri juga, bukankah ini adalah rumahnya juga sekarang?Sungguh Rara tidak akan menyangka, akan menjadi salah satu penghuni rumah seperti layaknya istana tersebut.Seorang pelayan yang Lee tugaskan untuk menemani Rara, segera bangun dari duduknya begitu mendengar suara pintu yang dibuka. Dengan membungkukan badan, dia menyapa nyo

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 520

    Ji Hun tersenyum tipis, jelas sudah tak ada sisa cinta untuk Eun Sook di hati Lee, perlakuan lembut Lee pada Rara menyiratkan begitu banyak cinta di sana. Semoga saja hal itu tetap akan berlaku, saat Lee bertemu dengan wanita di masa lalu mereka nantinya. Nenek Han berdiri, memeluk Rara yang sudah mencium punggung tangannya penuh hormat. "Nenek apa kabar?" ujar Rara meski hatinya masih belum tenang. Terdengar Min Ra mengartikan perkataan Rara. "Nenek sehat, baik, sangat baik. Kamu baik-baik saja, kan? Anak nakal itu tidak membuat kamu kelelahan kan, Sayang?" nenek Han melirik pada Lee yang sedang bersalaman dengan kerabatnya yang lain, saling menanyakan kabar dengan air mata haru yang keluar. Si anak hilang sudah kembali ke pelukan keluarga. Bahkan datang tak sendiri, ada wanita yang sudah dia ikat dalam ikatan suci. Rara tertawa pelan, menggeleng dengan rona merah yang menjalari pipi. "Tidak, Nenek. Rara baik. Oppa memperlakukan Rara dengan sangat baik juga," jelas Rara dengan

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 519

    Mobil yang saat ini sedang ditungganginya, jelas bukan mobil biasa. Mobil ini sangat mewah, tempat duduknya sangat nyaman, hawa hangat sangat terasa, berbeda dengan cuaca di luar sana yang menggigit tulang. "Sayang, Khumaira Nisa. Aku suamimu, lelaki yang memintamu menjadi istriku pada keluargamu, pada Tuhanmu. Ini aku Ali. Lee Seung Hoo. Kenyataan tentang siapa aku di negaraku, tak merubah apapun tentang cintaku padamu. Ini lah aku di sini. Kamu akan mengetahui semuanya sebentar lagi. Kumohon jangan bersikap seperti ini. Maaf kalau aku tidak jujur sepenuhnya, karena aku pikir tak perlu mengatakan semuanya tanpa ada bukti nyata. Jangan berubah, Sayang. Aku tidak nyaman," lirih Lee, dia menghadapkan dirinya pada Rara, menatap lekat wajah yang sudah dengan mudah membuatnya melupakan luka cinta. Dia sedih saat melihat sorot tak semangat di binar mata Rara, mata indah itu tak bersinar seperti sebelumnya. "Allah, Rara seperti sedang bermimpi. Rara belum mengenalmu ternyata." Rara menggel

  • Jerat Cinta Sang Juragan    bab 518

    "Kamu sudah pergi meninggalkan kakakku, kamu bahkan mengabaikan perasaan aku demi kakakku. Kamu tolak aku, karena lebih memilih Seung Hoo. Kamu tidak peduli dengan kedekatan kita selama dua tahun lamanya. Kamu berpaling. Kamu abai dengan hatiku. Lalu setelah kamu dapatkan kakakku, kamu pun mencampakkan dia. Kamu pergi dengan lelaki lain. Lalu tiba-tiba kamu bilang hamil anak kakakku? Kamu tidak mabuk kan? Siapa yang akan percaya?" bentak Ji Hun setelah empat bulan kepergian Eun Sook dan wanita itu lalu kembali. Sedang saat itu Lee sudah menetap di Indonesia, melupakan semua kepedihan dengan memilih mengabdikan diri di perusahaan cabang keluarga yang baru dibangun di sana. "Tapi ini anak Seung Hoo, Oppa. Anak sepupumu!" "Aku tidak percaya. Sekali jal*ng, kamu akan tetap jal*ng! Semudah itu kamu lemparkan dirimu padaku, lalu kamu pun melemparkan diri pada kakakku. Siapa yang akan percaya kalau anak dalam kandunganmu adalah anak Seung Hoo, kalau kamu pergi dengan lelaki lain akhirnya?"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status