Romi terkekeh mendengar pertanyaan Bima, masa begitu saja tidak tahu. Apa karena Bima sudah lama menjadi duda makanya lupa hal yang menyenangkan dilakukan suami istri.“Selain bunga dan uang, yaitu urusan ranjang,” ucap Romi.“Urusan ranjang, sepertinya menyenangkan,” balas Bima.“Benar, urusan ranjang memang sangat menyenangkan. Makanya kamu cepat menikah lagi,” bisik Romi.Bima baru sadar kalau urusan ranjang itu adalah hal wajib suami istri, sudah lama dia tidak menyentuh wanita apakah hal ini akan berguna. Tapi dia tidak ingin melakukan itu saat belum menikah dengan gadis pujaan hatinya itu.“Apa kamu sudah gila, memintaku untuk melakukan hal menyenangkan dengan Dara,” balas Bima.“Aku tidak menyarankan untukmu. Tapi kamu kalau ingin, ya, cepat saja menikah lagi,” ucap Romi.Bima merenung sebentar, dia juga ingin menikah lagi tapi apakah Dara bersedia menikah dengannya dalam waktu yang dekat ini. Dia masih bimbang karena statusnya saat ini duda beranak satu dan Dara adalah seorang
Jantung Dara berdetak kencang saat mendengar pertanyaan itu. Dia sangat belum siap untuk mempertemukan Bima dangan orang tuanya. Saat ini orang tuanya sedang bangkrut, dan tinggal jauh di desa, bahkan Dara yang sedang merindukan mereka belum bisa mengunjungi orang tuanya. “Emm, boleh saja tapi orang tuaku sekarang sedang berada di kampung halaman,” ucap Dara. “Tidak apa, memangnya kenapa kalau di kampung halaman, aku hanya ingin bertemu saja,” balas Bima. “Apa kamu serius mau bertemu orang tuaku?” tanya Dara. “Tentu saja aku serius,” jawab Bima. Dara mengangguk, tapi saat ini kepalanya sedang berpikir bagaimana nanti dia memperkenalkan Bima kepada orang tuanya. Bagaimana nanti kalau banyak pertanyaan yang orang tuanya lontarkan saat Dara membawa Bima ke rumah. Tapi banyak sekali rumor yang beredar di internet maupun televisi yang berkaitan dengan Dara dan Bima, tidak mungkin juga orang tuanya tidak mengetahui berita ini. “A-ku harus mengabari orang tuaku, dahulu kalau kamu mau d
"Tante, apakah nanti kakek dan nenek akan menyukai Brian?" tanya Brian."Kalau kamu jadi anak yang baik Kakek dan Nenek akan menyukaimu," jawab Dara.Brian ketakutan sendiri kalau orang tua Dara tidak menyukainya karena bukan cucu kandung mereka. Biasanya orang tak menyukai anak yang bukan lahir dari rahim keturunannya."Kenapa harus berpikir seperti itu?" tanya Dara."Kata temanku, tidak ada yang menyukai anak tiri," jawab Brian."Semua orang tidak seperti yang diceritakan temanmu," balas Bima.Mata Brian berkaca-kaca, dia hanya takut akan dipisahkan dengan Dara karena orang tuanya tak menyukainya yang bukan cucu kandung mereka."Jangan menangis, Tante akan berada di sisimu apapun yang terjadi," hibur Dara sambil menepuk pundak Brian."Janji, ya," balas Brian."Janji," jawab Dara.Kedua orang itu saling berpelukan, benar-benar seperti apa yang Brian inginkan. Mempunyai ibu yang bisa membimbingnya dengan baik."Terima kasih, Tante," ucap Brian."Sama-sama, sekarang tidurlah hari sudah
"Bima," ucap Dara.Bima melihat Dara ada dipojok kamar dia menunduk sambil menutup telinganya. "Apa kamu takut petir?" tanya Bima."Iya," jawab Dara singkat sambil memeluk Bima.Bima ingat kalau Dara sejak kecil memang takut petir. Bima membalas pelukan Dara agar dia tak takut lagi."Jangan menangis lagi, aku akan menemanimu malam ini," gumam Bima."Aku takut," balas Dara."Tidak usah takut," ucap Bima.Bima membopong Dara ke atas tempat tidur dan memeluknya. Ia juga menarik selimut karena hujan malam ini sangat dingin."Tidurlah, aku akan menjagamu," pinta Bima."Tapi jangan pergi," jawab Dara."Aku tidak akan pergi," balas Bima.Bima masih memeluk Dara sampai terlelap di atas ranjang. Sepertinya saat berpelukan mereka pulas tidur sampai pagi hingga ada kesalahpahaman bagi siapa yang melihat.***"Ayah," panggil Brian kaget.Brian mencoba untuk membangunkan ayahnya tapi sepertinya Bima tidur terlalu pulas sehinga tidak kunjung bangun begitu juga Dara."Ayah, Tante Dara!" teriak Bria
Bima bersumpah dia tidak melakukan apapun selain berpelukan di atas ranjang bersama Dara. Dia memang sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri tapi dia tidak mungkin melakukannya di luar nikah. Dia masih bisa mengontrol keinginannya jangan sampai merusak kepercayaan orang.“Mama cek saja, apakah ada bekas kami melakukan hal yang tidak diinginkan,” jawab Bima.“Oke, mama percaya padamu. Tapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan lebih baik kalian segera menikah,” balas Nyonya Handoko.“Yee, Ayah dan Tante Dara akan segera menikah,” ucap Brian kegirangan.Padahal itu hanya peringatan untuk Bima dan Dara agar menjaga jarak kalau belum ingin meresmikan hubungan. Bisa terjadi hal yang memalukan kalau mereka mengundur dan terus mengundur pernikahan.***“Lekas bangun, mandi dan kita sarapan,” ajak Nyonya Handoko.“Baik,” jawab Bima dan Dara bersamaan.Dara menghela nafasnya lembut, jantungnya berdetak cepat karena terpergok tidur berdua bersama Bima di atas ranjang seperti ini.
Bima menatap Dara setelah muncul pertanyaan itu dari putranya, tentu saja dia ingin sekali menikahi Dara secepatnya biar nggak diambil orang, semenjak Sandi didatangi oleh Romi dia tidak muncul lagi di depan Dara tapi Bima tidak yakin dengan pria lain.“Ayah akan menikahi Tante Dara ketika dia siap,” jawab Bima.“Sebenarnya aku ingin sekarang juga menikahi Dara,” gumam Bima dalam hati. “Tante, Dara kapan siap jadi ibuku?” tanya Brian.“Kalau orang tua Tante merestui, pasti Tante akan menikah dengan ayahmu,” jawab Dara.Brian mengangguk, lalu dia meminta tambah makanan untuk makan siang kali ini. Entah kenapa membicarakan pernikahan Bima dan Dara membuat dia bahagia karena akan segera memiliki seorang ibu.“Makan lagi?” tanya Bima melirik Brian.“Dia sedang masa pertumbuhan, biarkan saja makan satu porsi lagi, lagipula ini bukan makanan junkfood,” jawab Dara.Brian merasa senang ada yang membelanya, aturan Bima selalu tidak membolehkan Brian makan lebih dari satu porsi lalu makanan ya
Dara mengingat sebentar apa yang masih tersisa di kulkas, dia rasanya tidak butuh belanja lagi karena bahan masakan masih ada di kulkas penuh.“Aku rasa tidak perlu,” jawab Dara.“Baiklah kalau begitu kita langsung pulang saja, ayah,” ajak Brian.“Oke, ayah juga sudah lapar dan ingin makan masakan Tante Dara,” balas Bima.Mereka bertiga keluar dari kantor Bima, semua karyawan yang belum pulang memandang mereka dengan perasaan bahagia. Para karyawan merasa mereka bertiga sangat kompak dan cocok sebagai keluarga yang harmonis.“Aku iri dengan mantan sekretaris Dara, dia bisa mendapatkan bos yang kaya raya seperti Pak Bima,” ucap salah satu karyawan.“Iya, dia sangat beruntung sekali,” ucap Salah satu karyawati.Dara dan Bima menggandeng tangan Brian kanan dan kiri, mereka sangat bahagia berjalan bertiga seperti ini. Rasanya seperti memiliki keluarga yang utuh.“Silahkan masuk, Nyonya dan tuan muda kecil,” ucap Bima sambil membuka pintu mobil.“Terima kasih,” balas Dara seraya masuk mobi
Dara menggelengkan kepalanya, dia belum bisa tinggal di sini saat ini. Ini untuk menjaga jarak dengan Bima agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dara tidak ingin kehormatannya tergadai karena kenikmatan sesaat. Dia ingin keperawanannya hanya untuk lelaki yang sah menjadi suaminya kelak.“Belum,” jawab Dara.“Padahal sudah berjanji mau jadi ibuku, kenapa tidak tinggal di rumah ini bersama kita?” tanya Brian sambil menitikkan air mata. Mungkin dia kecewa karena Dara belum bisa tinggal bersamanya saat ini.“Tunggu Ibu dan Ayahmu resmi menikah maka Ibu akan tinggal bersamamu,” jawab Dara.Brian merengek ke Bima untuk segera menikahi Dara agar bisa tinggal bersama dengan mereka. Bima hanya tersenyum, dia bingung harus menjawab apa kepada Brian, pernikahan itu tidak semudah bibir mengucap. Perlu persiapan dan persetujuan dari kedua belah pihak.“Begini, sekarang Brian tidur dulu ya, Ibu akan membacakan cerita untuk Brian,” bujuk Dara.“Tidak mau,” jawab Brian yang sudah terlanjur me
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc