Bima bersumpah dia tidak melakukan apapun selain berpelukan di atas ranjang bersama Dara. Dia memang sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri tapi dia tidak mungkin melakukannya di luar nikah. Dia masih bisa mengontrol keinginannya jangan sampai merusak kepercayaan orang.“Mama cek saja, apakah ada bekas kami melakukan hal yang tidak diinginkan,” jawab Bima.“Oke, mama percaya padamu. Tapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan lebih baik kalian segera menikah,” balas Nyonya Handoko.“Yee, Ayah dan Tante Dara akan segera menikah,” ucap Brian kegirangan.Padahal itu hanya peringatan untuk Bima dan Dara agar menjaga jarak kalau belum ingin meresmikan hubungan. Bisa terjadi hal yang memalukan kalau mereka mengundur dan terus mengundur pernikahan.***“Lekas bangun, mandi dan kita sarapan,” ajak Nyonya Handoko.“Baik,” jawab Bima dan Dara bersamaan.Dara menghela nafasnya lembut, jantungnya berdetak cepat karena terpergok tidur berdua bersama Bima di atas ranjang seperti ini.
Bima menatap Dara setelah muncul pertanyaan itu dari putranya, tentu saja dia ingin sekali menikahi Dara secepatnya biar nggak diambil orang, semenjak Sandi didatangi oleh Romi dia tidak muncul lagi di depan Dara tapi Bima tidak yakin dengan pria lain.“Ayah akan menikahi Tante Dara ketika dia siap,” jawab Bima.“Sebenarnya aku ingin sekarang juga menikahi Dara,” gumam Bima dalam hati. “Tante, Dara kapan siap jadi ibuku?” tanya Brian.“Kalau orang tua Tante merestui, pasti Tante akan menikah dengan ayahmu,” jawab Dara.Brian mengangguk, lalu dia meminta tambah makanan untuk makan siang kali ini. Entah kenapa membicarakan pernikahan Bima dan Dara membuat dia bahagia karena akan segera memiliki seorang ibu.“Makan lagi?” tanya Bima melirik Brian.“Dia sedang masa pertumbuhan, biarkan saja makan satu porsi lagi, lagipula ini bukan makanan junkfood,” jawab Dara.Brian merasa senang ada yang membelanya, aturan Bima selalu tidak membolehkan Brian makan lebih dari satu porsi lalu makanan ya
Dara mengingat sebentar apa yang masih tersisa di kulkas, dia rasanya tidak butuh belanja lagi karena bahan masakan masih ada di kulkas penuh.“Aku rasa tidak perlu,” jawab Dara.“Baiklah kalau begitu kita langsung pulang saja, ayah,” ajak Brian.“Oke, ayah juga sudah lapar dan ingin makan masakan Tante Dara,” balas Bima.Mereka bertiga keluar dari kantor Bima, semua karyawan yang belum pulang memandang mereka dengan perasaan bahagia. Para karyawan merasa mereka bertiga sangat kompak dan cocok sebagai keluarga yang harmonis.“Aku iri dengan mantan sekretaris Dara, dia bisa mendapatkan bos yang kaya raya seperti Pak Bima,” ucap salah satu karyawan.“Iya, dia sangat beruntung sekali,” ucap Salah satu karyawati.Dara dan Bima menggandeng tangan Brian kanan dan kiri, mereka sangat bahagia berjalan bertiga seperti ini. Rasanya seperti memiliki keluarga yang utuh.“Silahkan masuk, Nyonya dan tuan muda kecil,” ucap Bima sambil membuka pintu mobil.“Terima kasih,” balas Dara seraya masuk mobi
Dara menggelengkan kepalanya, dia belum bisa tinggal di sini saat ini. Ini untuk menjaga jarak dengan Bima agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dara tidak ingin kehormatannya tergadai karena kenikmatan sesaat. Dia ingin keperawanannya hanya untuk lelaki yang sah menjadi suaminya kelak.“Belum,” jawab Dara.“Padahal sudah berjanji mau jadi ibuku, kenapa tidak tinggal di rumah ini bersama kita?” tanya Brian sambil menitikkan air mata. Mungkin dia kecewa karena Dara belum bisa tinggal bersamanya saat ini.“Tunggu Ibu dan Ayahmu resmi menikah maka Ibu akan tinggal bersamamu,” jawab Dara.Brian merengek ke Bima untuk segera menikahi Dara agar bisa tinggal bersama dengan mereka. Bima hanya tersenyum, dia bingung harus menjawab apa kepada Brian, pernikahan itu tidak semudah bibir mengucap. Perlu persiapan dan persetujuan dari kedua belah pihak.“Begini, sekarang Brian tidur dulu ya, Ibu akan membacakan cerita untuk Brian,” bujuk Dara.“Tidak mau,” jawab Brian yang sudah terlanjur me
Dara menatap tajam mata Bima, lalu dia melingkarkan tangan ke leher Bima dan menyunggingkan senyuman.“Maksudku adalah, apapun yang kita lakukan akan mendapatkan penilaian dari orang lain,” ucap Dara.“Jangan takut dengan penilaian orang lain,” balas Bima.“Aku tidak takut, tapi aku ingin membangun citra yang baik untuk menjadi ibunya Brian,” ucap Dara.Bima mencecep bibir Dara lembut. Suasana saat ini sangat pas untuk melakukan itu. Ada kesempatan kenapa tidak digunakan dengan baik, Bima memang tidak ingin melepaskan kesempatan yang ada untuk bermesraan dengan Dara.“Dasar orang mesum,” ucap Dara seraya mendorong tubuh Bima.“Ah kamu yang menciptakan kesempatan itu kok,” balas Bima tak mau disalahkan.“Dasar lelaki dimana-mana sama saja,” keluh Dara.“Jangan samakan aku dengan lelaki manapun karena tidak akan sama,” ucap Bima.Dara melengos pergi dari hadapan Bima, dia kesal dengan Bima yang berhasil mencuri kesempatan untuk mencecap bibirnya. Padalah Dara hanya ingin menjelaskan ap
Dara membatu sejenak, dia tidak habis pikir kalau sampai masuk ke kamar Bima. Bukannya dia menolak, tapi apakah pantas seorang gadis masuk ke kamar seorang pria dan menyiapkan barang-barangnya.“Dara,” panggil Bima sebanyak dua kali.“Eh, apa tadi aku tidak terlalu fokus mendengarkanmu,” ucap Dara.“Dara, sebenarnya kamu sedang memikirkan apa” tanya Bima.“Maaf, justru aku terlalu fokus memilih barang yang penting untuk dibawa Brian,” kilah Dara menyembunyikan kegugupannya.Bima meyunggingkan senyuman. Jadi itu yang dilakukan Dara saat ini sehingga tidak fokus mendengarkannya.“Kalau begitu lanjutkan saja,” ucap Bima.“Lalu keperluanmu?” tanya Dara.“Nanti aku akan pulang lebih awal,” jawab Bima.Bima mematikkan teleponnya, mendadak jantungnya berdebar sangat kuat. Dia sangat gugup karena sebentar lagi akan bertemu dengan orang tua Dara. Dia menjadi takut kalau kehadirannya dengan status duda beranak satu akan ditentang oleh orang tua Dara.***“Bos, apa yang kamu lakukan?” tanya Romi
Nama kampung halaman tempat Dara lahir dan tumbuh besar sama dengan ayahnya Brian."Tanya saja sama ayahmu," jawab Dara."Memangnya ayah tahu. Aku tidak mau ayah yang jawab," ucap Brian."Kok manggilnya Tante, sih," ucap Bima."Eh iya, Ibu," jawab Brian.Bima tersenyum kecil saat Brian bertanya na kampung halaman Dara. Dia jadi teringat semua masa lalu indah bersama Dara. Lebih tepatnya kenangan indah bukan masa lalu. "Ayah apa nama kamupung ayah dan ibu?" tanya Brian."Nama kampung halaman kita, kampung pekalongan," jawab Bima."Bima sepertinya kamu tidak pernah mengajak Brian pulang kampung," ucap Dara."A-ku terlalu stres dengan kehidupan jadi aku belum sempat mengajak Brian pulang kampung," balas Bima terbata.Selama lima tahun terakhir Bima mencoba untuk menata kembali kehidupannya yang hancur karena gagal berumah tangga dan membesarkan anak seorang diri. Walau orang tua Bima mendanpingi tapi hati Buna tetap rapuh. Dia selalu memikirkan Brian."Baiklah aku mengerti," ucap Dara.
Wanita separuh baya itu mendekat ke arah Bima, memandang wajahnya lekat-lekat karena memang penglihatannya sudah rabun."Kamu," ucap Wanita itu."Iya Bibi Nilam, aku adalah Bima yang dulu tinggal di gang sebelah," balas Bima."Bima," ucap Bibi Nilam."Anaknya Pak Handoko?" tanya Bibi Nilam.Bima mengangguk lalu Bibi Nilam memeluknya karena juga merindukan Bima. Pemuda kecil yang sering main ke rumah Dara dan mengajaknya untuk bermain."Kamu semakin tampan," ucap Bibi Nilam."Terima kasih," ucap Bima."Siapa pemuda kecil ini?" tanya Bibi Nilam lalu berlutut agar sama tinggi dengan Brian.Bima juga duduk di dekat Brian sembari merangkulnya. "Dia putraku, mirip tidak?" jawab Bima."Ah Bibi lupa kamu sudah menikah," ucap Bibi Nilam seperti orang yang kecewa.Brian menatap ayahnya. Lalu Bima menganggukkan kepala seolah tahu apa yang ingin Brian lakukan."Bibi namaku Brian, sejak kecil aku tak tahu wajah ibuku," ucap Brian."Apa ibumu meninggal?" tanya Bibi Nilam."Tidak," jawab Brian."Wa
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc