Share

Suara Itu

Author: dtyas
last update Last Updated: 2022-06-26 22:42:40
“Kamu melamunkan apa?” tanya Akbar karena sejak tadi Sussana hanya diam. Saat ini mobil yang dikendarai Akbar sudah terparkir di basement apartemen mereka, tapi Sussana masih diam di kursinya.

Sussana tersadar lalu menoleh, "Kita sudah sampai?"

"Sayang, jangan bilang kamu sejak tadi memikirkan masalah yang disampaikan Nola dan ejekan dari Ayah Nola? Jangan memikirkan hal yang belum terjadi, kita fokus pada hidup kita saat ini saja. Kamu sedang hamil, aku tidak ingin ada apa-apa dengan kalian."

Sussaana menunduk, "Aku hanya takut."

Akbar menggeser duduknya menghadap Sussana. "Takut? Takut apa, sayang?" tanya Akbar mengusap lembut puncak kepala Sussana.

Sussana menoleh pada suaminya, "Takut kalau Mas Akbar tinggalkan aku atau ...."

"Tidak akan sayang, kecuali kamu memperbolehkan aku menikah lagi ya ... aduh." Akbar mengusap pinggangnya yang dicubit Sussana. "Perih, sayang."

"Apa maksudnya menikah lagi? Mas Akbar berencana punya istri lebih dari satu?"

"Kalau kamu mengijinkan
dtyas

Yuhuu, jangan lupa jejaks ya dan tunggu kelanjutannya

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Kebebasan Aldi

    “Sussana, aku tau kamu Sussana. Sejak tadi aku sudah mengikuti kamu.” Sussana memberanikan diri untuk menoleh. “Kamu .... " Sussana menatap sekeliling berharap ada yang memperhatikannya, khawatir jika posisinya terancam dia masih bisa meminta pertolongan. "Kamu takut denganku?" Sussana memejamkan mata sejenak untuk menghilangkan rasa ketakutannya. "Kenapa Kak Aldi ada di sini?" tanya Sussana. Pria yang berada dihadapan Sussana adalah Aldi. Yang sebelumnya bekerja sama dengan Maya untuk mengancam Sussana yang berakhir pada kekerasan. "Kak Aldi seharusnya masih berada di ...." "Penjara," sahut Aldi. "Masa tahanan aku tidak seberat Maya, karena hanya bantu dia eksekusi. Bukti transfer pembayaran dari Maya membuat hukumanku tidak terlalu berat."Penampilan Aldi saat ini berbeda dengan Aldi yang dulu. Saat ini penampilannya tidak serapih sebelumnya yang terbiasa perawatan tubuh termasuk fitnes."Untuk apa Kak Aldi kemari?""Tentu saja untuk bertemu kamu. Sepertinya kamu semakin cantik

    Last Updated : 2022-06-27
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Cukup Diam dan Nikmati

    Tiba-tiba tubuh Sussana terhuyung karena dorongan dari pengunjung yang merangsek ke arah stage. “Aahhhh,” jerit Sussana saat tubuhnya akan terjatuh. Sussana sudah pasrah saat ini tidak ada pegangan untuknya menahan tubuh agar tidak terjerembab. Namun, merasakan tubuhnya menggantung dan menyadari ada tangan yang menahan tubuhnya. Setelah tubuhnya kembali berdiri, Sussana menoleh. “Kak Aldi,” ucap Sussana. Aldi sempat menoleh ke kiri dan kanan, lalu menarik tangan Sussana untuk berjalan mengikutinya. “Kak Aldi lepaskan tangan aku,” ucap Sussana. Menoleh ke belakang, berharap menemukan supir Akbar yang tadi mengikutinya tapi nihil. Kembali teringat saat Aldi membawanya paksa dari kampus. “Kak Aldi lepas, atau aku teriak,” ancam Sussana meskipun dia tetap berjalan mengikuti Aldi karena tangannya yang berada dalam cengkraman Aldi. Sussana di bawa ke parkiran basement lalu menuju ke salah satu mobil. “Kak Aldi, aku mau pulang.” “Tenanglah Sussana, aku hanya ingin mengajakmu bicara.” Su

    Last Updated : 2022-06-28
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Kamu Lebih Penting, Sayang

    Sussana bersandar pada head board ranjangnya, dengan tangan menahan selimut menutupi bagian depan tubuhnya. Akbar yang duduk pada sofa tidak jauh dari ranjang dengan tablet di tangannya. Tersenyum saat menoleh pada Sussana yang sedang cemberut. Hanya mengenakan boxer, fokus pada layar tabletnya. Bergegas dari bandara segera pulang mendapati Sussana yang terlelap. Padahal sejak tadi siang dia sudah siap menginterogasi Sussana mengenai Aldi. Penasaran dengan apa yang dikatakan Aldi kepada wanita yang sudah merajai hatinya. Tapi semua itu menguap saat dia Sussana bangun dan bangun jugalah gairahnya. “Enggak usah mancing-mancing,” ujar Akbar. “Mas Akbar, nyebelin,” sahut Sussana. Akbar terkekeh, “Istirahatlah. Hukuman kamu belum selesai,” tutur Akbar. Sussana berdecak. Meraih gelas berisi air minum yang ada di atas nakas. Selimut yang menempel pada tubuhnya bergeser saat Sussana bergerak, menampakkan punggung putih mulus milik Sussana. Akbar yang menyaksikan hal itu hanya bisa menelan

    Last Updated : 2022-06-30
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Jangan-jangan Ada Rahasia

    “Mas Akbar enggak balik ke kantor?” tanya Sussana dengan tatapan pada televisi dan tangannya sibuk dengan cemilan sehat yang dibuatkan oleh Bunda Halimah. Akbar yang duduk di samping Sussana pada sofa kamar Sussana hanya berdeham menjawab pertanyaan Sussana. “Aku enggak apa-apa kok, Bunda aja yang terlalu berlebihan bawa aku ke Rumah Sakit cuma karena kram perut.” “Itu bukan berlebihan tapi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Kita semua tidak mengerti masalah kedokteran jadi wajar kalau bertanya dengan yang ahlinya dengan membawa kamu ke Rumah Sakit,” sahut Akbar. Sussana menoleh pada Akbar yang sedang fokus pada tabletnya. “Kalau sibuk dan harus kembali ke kantor, aku enggak masalah loh.” Akbar berdecak, “Tidak ada hal yang urgent,” jawab Akbar lalu meletakan tabletnya pada meja sofa. “Kamu kenapa enggak istirahat sih?” tanya Akbar. Sussana bergeming, masih asyik dengan menyimak acara TV kabel dihadapannya. “Sussana!” panggil Akbar dengan nada yang agak tinggi. “Mas Akbar

    Last Updated : 2022-06-30
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Seksi dan Menggoda

    Sussana dan Akbar menjejakkan kakinya di kediaman Yudha Mahesa. Sesuai dengan perintah Mamih Zudith, agar Akbar datang karena ada hal yang harus dibicarakan. Sebenarnya Zudith tidak mengatakan melarang Sussana ikut, tapi Akbar hanya khawatir jika yang dibahas ada hubungannya dengan Nola akan membuat Sussana cemburu atau berpikiran yang tidak-tidak. “Kamu sehat, sayang?” tanya Zudith pada Sussana sambil memeluk menantunya. “Gimana kehamilan kamu, ada keluhan?” tanyanya lagi. “Aku sehat, Mih. Keluhan sih ada, kalau kata Bunda masih normal untuk ukuran wanita hamil,” jawab Sussana. Kini Sussana, Akbar dan kedua orang tuanya duduk pada sofa ruang tamu. Asisten rumah tangga Zudith mengantarkan minuman dan makanan untuk menemani diskusi keluarga tersebut. "Diminum sayang, ini teh madu. Baik untuk kesehatan kamu, ini juga cookiesnya di coba ya. Buatan Laras, resep baru katanya," tutur Zudith. Sussana langsung menikmati hidangan yang ditawarkan Ibu mertuanya, bahkan cangkirnya kini sudah

    Last Updated : 2022-07-01
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Berbagi Cinta : Menjadi Istri Kedua Akbar

    Sussana menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya yang berbaring miring. Sedangkan Akbar merebah di belakang punggung Sussana dengan nafas memburu. Hari ini sudah dua kali Akbar menyentuh Sussana. Tadi siang ketika mereka masih berada di kediaman orangtua Akbar dan baru saja Akbar kembali mengulangi sesuai dengan ucapannya tadi siang.Meskipun Akbar selalu memperlakukannya dengan lembut saat penyatuan diri, entah kenapa Sussana sedikit khawatir karena kondisi perutnya yang sudah membuncit. Tangan Akbar kini melewati pinggang dan mengelus pelan perut Sussana.“Kesayangan Daddy, baik-baik saja ‘kan?” tanya Akbar.“Mas, geseran. Tubuh kamu lengket,” ujar Sussana.“Ini bukan lengket, tapi peluh penuh cinta. Istirahat sayang, terima kasih sudah membuat aku mengerang nikmat,” ucap Akbar di telinga Sussana. Sussana tidak menampik jika dia pun menikmati kegiatannya barusan. Entah mengapa semenjak berpisah dengan Akbar dan bertemu kembali di Jogja dan memutuskan untuk bersama dengan Akbar

    Last Updated : 2022-07-02
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Berbagi Kenikmatan

    "Bagaimana Akbar? Aku tau kamu akan bersikap adil pada kami," ujar Nola. Kini semua tatapan beralih pada Akbar, menunggu jawaban yang dipilih oleh Akbar. Akbar berusaha menelan makanan yang sedang meluncur di tenggorokannya. Berada di situasi paling membahayakan. Dia tidak tau respon apa yang akan ditunjukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya saat ini. Menganggap Syamsul, Ayah Nola agak tidak waras karena merelakan putrinya menjadi istri kedua. Entah apa maksud dan rencana dari Nola dan Ayahnya. Tanpa menoleh pada Sussana yang ada di sampingnya, dimana saat ini Sussana menunduk dengan kedua tangan saling meremas di atas pangkuannya. Sangat memahami perasaan Sussana saat ini, tapi Akbar tidak ingin gegabah dalam bersikap agar tidak menyakiti hati Sussana, Nola juga Mamihnya. Entah neraka macam apa yang akan dia ciptakan jika dia harus hidup dengan dua istri. Akbar hanya bisa bergidik membayangkannya. “Akbar, kami menunggu,” ujar Ayah Nola. Akbar menghela nafas sebelum memulai

    Last Updated : 2022-07-03
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Perdebatan Karena Aldi

    Hari-hari berlalu. Sejak pertemuan di restoran dengan keluarga Nola dan penolakan dari pihak Akbar terhadap ide gila Syamsul, Nola dan Akbar tidak pernah bertemu lagi. Kalaupun masih ada kerja sama diantara mereka, Akbar selalu meminta Bowo untuk mengatur semuanya. Perut Sussana semakin besar karena kehamilan yang sudah memasuki trimester ketiga. Bahkan keluhan sering keluar dari mulut mungil Sussana yang semakin manja pada Akbar. Mereka masih tinggal di kediaman Gerry, demi keamanan dan kenyamanan Sussana. Akbar sedang mengusap punggung Sussana, yang sejak dia pulang dari kantor mengeluh sakit juga pegal. Sebenarnya hal yang dikeluhkan Sussana wajar mengingat umur kehamilannya. Tapi Akbar merasa keluhan Sussana menyusahkan Sussana. Apalagi semakin kesini, Sussana semakin sering berkemih bahkan sulit tidur karena posisi yang serba kurang nyaman. “Masih sakit?” tanya Akbar karena dia pun sudah ingin beristirahat. “Bukan sakit, tapi pegal,” jawab Sussana. “Hmm.” “Sebelah sini Mas,”

    Last Updated : 2022-07-04

Latest chapter

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sumpah Sussana (End)

    Sepulang dari Rumah Sakit, Akbar dan Sussana mengunjungi rumah yang akan mereka tempati. Sussana memeriksa kamar bayi dan kebutuhannya, sedangkan Akbar mengecek bagian-bagian yang sebelumnya direnovasi. “Bibi,” panggil Sussana dari ujung anak tangga. “Iya Non.” “Kesini dulu ya.” Salah satu asisten rumah tangga bergegas melangkah menghampiri Sussana. “Ada apa Non?” “Bantu saya menggeser ini, sepertinya lebih baik di sebelah sana,” ujar Sussana menunjuk sofa untuk menyusui. “Biar nanti saya saja, Non Sussana sedang hamil besar tidak boleh angkat yang berat-berat.” “Berdua sama Bibi, sepertinya nggak berat juga sih,” ucap Sussana. “Tapi Non.” “Sudah, ayo angkat.” “Sussana.” Suara Akbar mengejutkan Sussana dan Bibi. Melihat situasi tidak kondusif, Bibi pun keluar dari kamar. “Tinggalkan itu, biar nanti aku minta yang lain menggeser. Itu bahaya untuk kehamilan kamu, sayang.” Akbar merangkul bahu Sussana dan mengajaknya keluar. “Nanti dulu, masih ada yang harus aku cek. Khawatir

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Keselamatan Kalian Yang Utama

    Kehamilan Sussana sudah memasuki trimester ketiga, tepatnya tiga puluh tiga minggu. Akbar sangat menikmati perannya sebagai seorang suami dan Ayah untuk kedua anaknya. Melewatkan moment bersama keluarga saat mengalami amnesia benar-benar membuatnya menyesal. Bahkan dia tidak dapat menyaksikan kelahiran dan pertumbuhan Arka. Sangat sabar menghadapi Sussana yang manja dan selalu mengeluh juga menyalahkan Akbar karena kondisinya saat ini. Kehamilan kali ini terlalu banyak keluhan hingga Sussana berkali-kali mengatakan tidak ingin hamil lagi. Seperti malam ini, Akbar sudah terlelap tapi Sussana yang tidak bisa tidur merengek membuat Akbar terjaga. "Iya sayang, kenapa?" sahut Akbar sambil menguap. "Aku sesak, nggak bisa tidur." Akbar langsung terperanjat, "Sesak napas?" Sussana mengangguk. "Bangun dulu sayang, coba atur pernafasan kamu seperti waktu kemarin ikut senam hamil. Tarik nafas, lalu buang," ujar Akbar memberi contoh dan diikuti Akbar. Berkali-kali, sampai Sussana tidak m

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Kamu Memang Candu

    Akbar sudah kembali ke kantor seperti biasa dan mereka masih tinggal di kediaman orang tua Sussana. Ketika Akbar berada di rumah, Sussana akan sangat manja dengan Akbar. Namun, saat Akbar di kantor Sussana tidak akan mengganggu sedikitpun. Mengerti jika Akbar butuh privacy dan konsentrasi mengurus masa depan perusahaan. Sussana sudah mulai beraktivitas ringan, dia juga bosan jika harus terus berada di ranjang. Lama menjalankan bedrest, membuatnya menjadi pecinta drama. Yang dikerjakan saat di ranjang adalah menonton drama dan mendengarkan musik. Sussana duduk di taman rumahnya menyaksikan Yuna yang sedang bermain di kolam balon air. Arka duduk di baby chair dan disuapi oleh Sussana. Setelah selesai makan, Arka dibawa masuk oleh pengasuhnya untuk mengganti bajunya yang kotor karena tumpahan makanan. “Yuna, sudah yuk. Kamu sudah kedinginan, lain kali main lagi,” ajak Sussana. Yuna menggelengkan kepala, dia masih asyik dengan aktivitasnya. “Masuklah, biar Yuna Bunda yang jaga,” ujar Ha

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Tidak Ingin Hamil Lagi

    “Ada apa ini?” tanya Gerry yang baru saja tiba. Melihat kehadiran keluarga besannya, dia pun ikut bergabung. Yudha kembali menyampaikan permohonan maafnya pada keluarga Sussana. Jika menuruti emosi, rasanya Gerry ingin sekali meluapkan amarahnya. Tapi melihat Akbar yang sudah sembuh dan Sussana yang membutuhkan Akbar di sisinya, Gerry pun mengalah demi kebaikan sang putri. Setelah Yudha, Zudith dan Bira undur diri, Akbar menyempatkan bermain bersama Yuna sambil menggendong Arka. “Loh, Sussananya mana?” tanya Gerry baru menyadari sejak tadi tidak melihat Sussana. “Sedang istirahat, sudah biarkan saja. Biar Akbar yang menemani,” ujar Halimah. Halimah pun kembali menemani cucunya bersama baby sitter, Akbar diminta mengecek kondisi Sussana dan menemani di kamar. Khawatir jika Sussana membutuhkan sesuatu, sedangkan dia masih harus bedrest. Melihat Sussana yang masih terlelap, Akbar pun memilih membersihkan diri. Sussana mengerjapkan kedua matanya, perlahan beranjak duduk. Menatap sekeli

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Ada Apa Ini?

    “Sussana,” panggil Akbar. Sussana yang berdiri di balkon tidak menyahut atau menoleh. Menganggap suara yang baru saja dia dengar hanya halusinasi karena rasa rindu pada Akbar. Akbar tetap berdiri di tempatnya memandang punggung Sussana, wanita yang sudah setia dan sabar menghadapi Akbar.“Sayang,” panggil Akbar lagi. Sussana menghela nafas, “Mas Akbar, rinduku sudah tidak terbendung. Sampai suaramu terdengar begitu jelas,” lirih Sussana.“Sussana, aku di sini sayang.”Sussana perlahan menoleh, tangannya masih mencengkram pinggiran balkon. Sussana tertawa, “Bahkan sekarang aku bisa melihat Mas Akbar,” ucapnya.“Aku bukan halusinasimu, sayang.” Akbar merentangkan kedua tangannya, siap menerima Sussana dalam pelukannya. “Mas Akbar,” ucap Sussana. “I-ini bukan halusinasi aku,” ucapnya.Akbar menggelengkan kepalanya. “Kemarilah, sayang.”Sussana melangkah perlahan, raut wajahnya sudah terlihat seperti akan menangis. Kini keduanya berhadapan, “Mas Akbar,” ucap Sussana sambil terisak lalu me

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mengingat Semua

    Zudith, Yudha dan Akbar berada di meja makan. Menikmati makan malam mereka dalam diam. Dalam benak Akbar, dia hanya memikirkan rencana untuk menemui Sussana esok hari. Zudith dan Yudha saling pandang sebelum memandang putra sulungnya. “Akbar,” panggil Yudha. Akbar menghela nafasnya sebelum menoleh. “Tidak usaha dibahas, aku yang akan selesaikan sendiri masalahku dengan Sussana,” tutur Akbar seakan tahu apa yang akan disampaikan oleh Yudha. “Maksud kamu menyelesaikan bagaimana?” tanya Zudith. Merasa bersalah pada Sussana dan khawatir jika Akbar akan memutuskan hal yang nanti akan disesali olehnya. “Mamih tenang saja, Sussana dan anak-anak adalah tanggung jawabku. Aku sudah selesai, permisi,” ujar Akbar lalu meninggalkan meja makan. “Pih, Mamih khawatir kalau ....” “Sudahlah Mih, Akbar sudah dewasa. Ingat umur Akbar sekarang berapa, kita sebagai orangtua hanya bisa mendoakan dan mendukung segala keputusannya.” Pagi itu, Akbar sudah tiba di kantor. Pagi ini dia harus memimpin rapat

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Harus Bertemu Sussana

    Seorang wanita berdiri tidak jauh dari tempat Sussana berada. “Mirip Sussana, tapi lebih kurus.” Wanita itu masih menatap ke arah Sussana berada. Terlihat Sussana yang beranjak bangun. “Benar itu Sussana. Tunggu, perutnya seperti ... Sussana sedang hamil,” ucapnya. Laras, istri dari Bira yang sedang berada di Rumah sakit melihat Sussana. Tanpa menyapa, wanita itu mengikuti Sussana dan yakin saat ini Sussana sedang hamil karena perutnya sudah terlihat buncit. Melihat Sussana menaiki taksi dan meninggalkan rumah sakit, Laras mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Bira. Panggilannya tidak dijawab, akhirnya Laras menyusul Bira ke kantor. "Loh, bukannya kamu ke Rumah sakit?" tanya Bira melihat Laras ada di ruang kerjanya setelah Bira menghadiri rapat. "Mas, sini dulu," pinta Laras pada Bira dengan menepuk sofa di sebelahnya.” Bira pun patuh dengan menghampiri dan duduk di samping Laras. “Bagaimana hubungan Mas Akbar dan Sussana?” tanya Laras. Bira menghela nafas mendengar pertany

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sepertinya Sussana Sedang ....

    “Sussana, apa kamu sakit?” tanya Bira sejak tadi penasaran.Sussana hanya menggelengkan kepalanya. Bira menghela nafasnya, “Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu. Ponsel Mamih hilang jadi dia tidak bisa mengabari kamu dan ternyata aku juga tidak punya kontak kamu.”Sussana menyebutkan nomor ponselnya. Setelah cukup berbincang masalah kondisi Akbar, Sussana hanya bisa mendukung semua keputusan keluarga Akbar. Bira pamit undur diri, tapi sebelum pergi dia kembali menanyakan kondisi Sussana.“Aku nggak apa-apa, Mas,” jawab Sussana.“Baiklah, jaga kesehatan kamu. Pasti berat harus berjuang untuk anak-anak kalian,” ujar Bira. Sussana hanya menyunggingkan senyumnya. Setelah kepergian Bira, Sussana tak sadarkan diri. Halimah memanggil dokter karena khawatir dengan kondisi Sussana. “Bagaimana kondisi Sussana?” tanya Gerry yang baru saja datang.“Sedang diperiksa Dokter,” jawab Halimah. Kedua orang tua Sussana menanti penjelasan dokter dengan cemas. Terdengar suara tangisan Yuna, “Biar

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Apa Kamu Sakit?

    Sussana sudah berada di kursi tunggu UGD rumah sakit bersama kedua orangtua Akbar. Menunggu Akbar di periksa dan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dengan Akbar. Cukup lama, tapi belum ada dokter atau perawat yang datang untuk menyampaikan kondisi Akbar. Meskipun Sussana tau jika Akbar hanya pingsan tapi penyebab pingsannya yang membuat khawatir karena saat ini Akbar masih dinyatakan amnesia. Hari sudah semakin siang, karena sinar matahari sudah tinggi. Zudith menawarkan Sussana untuk bergantian sarapan di kantin. Sussana hanya menggelengkan kepalanya. “Keluarga pasien atas nama Akbar,” ucap seorang perawat. “Saya, Dok,” jawab Yudha. Zudith dan Sussana pun ikut menghampiri. “Ini silahkan diurus dulu untuk kamar rawat inapnya.” “Bagaimana kondisi Akbar? Kami boleh bertemu?” Zudith lebih dulu bertanya, walaupun isi pertanyaannya akan sama dengan Sussana. “Dokter yang akan menjelaskan di ruang rawat ya, silahkan diurus dulu.” Yudha yang tadi menerima dokumen untuk pemindahan A

DMCA.com Protection Status