Share

Mood Yang Ambyar

Penulis: dtyas
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-06 01:01:07
Cukup lama sahabat-sahabat Sussana datang untuk melihat keadaan Sussana dan menghiburnya. Sussana baru saja masuk kamar mandi untuk membersihkan diri, saat Akbar tiba. Tidak menemukan istrinya di kamar namun mendengar suara gemericik air di kamar mandi, Akbar tersenyum simpul lalu menyusul ke kamar mandi.

Akbar memeluk dari belakang tubuh Sussana yang polos dan basah, membuat pemilik tubuh itu terkejut. Sussana menoleh, “Mas Akbar, mau ngapain?” tanya Sussana.

“Mau mandilah, sekaligus layanan spesial untuk kamu.” Akbar membenamkan wajahnya diceruk leher Sussana yang basah dan licin karena sabun. Menyapukan sabun pada tubuhnya lalu memperbesar aliran air yang keluar dari shower agar sabun ditubuh mereka cepat luruh.

Akbar membenamkan dan menyesap bahu, leher dan beberapa tempat di tubuh Sussana meninggalkan jejak cinta pada kulit putih tersebut. Akbar membalik tubuh Sussana, kini mereka berhadapan, menatap dua buah gundukan yang ukurannya terlihat semakin besar dan menantang.

Kedua
dtyas

Hai, jangan lupa jejaks. mampir juga ke 'IG ya dtyas_dtyas

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Zulaikah
kenapa langsung dibuka aja sih sorry, khawatir juga niiii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Lepas Semua

    Sussana berada di apartement Akbar, sebenarnya orangtua Akbar maupun Sussana tidak setuju jika anak dan menantu mereka kembali ke apartemen. Dengan alasan Sussana ingin fokus menyelesaikan skripsinya, akhirnya mereka menyetujui. Sedang fokus pada laptop dihadapannya, namun konsentrasi itu terpecah karena bunyi bel. Berjalan perlahan membukakan pintu, Sussana menghela nafas melihat siapa yang ada di depan pintu. “Hai, Sussana, apa kabar?” tanya Inggrid. “Sebelumnya baik, tapi lihat tante Inggrid mood aku langsung ambyar.” Inggrid tertawa, “Boleh aku masuk!” pinta Inggrid. Sussana menggelengkan kepalanya, “Aku sedang sibuk, ada urusan apa?” tanya Sussana pada Inggrid. “Makanya ijinkan aku masuk, masa kita bicara di pintu begini,” sahut Inggrid. Mau tidak mau Sussana mempersilahkan Inggrid masuk, keduanya duduk pada sofa bersebrangan. “Jangan harap aku akan sediakan minum apalagi camilan, kami di sini hanya sementara karena aku sedang fokus menyelesaikan skripsi.” Inggrid mengedikkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Keinginan Nola

    Akbar menciumi leher jenjang Sussana, tangannya meremas dada Sussana. Sedangkan tangan yang satunya lagi menelusup ke dalam baby doll yang Sussana kenakan. Kini bibir Akbar berpindah dari leher ke bahu, menyesap meninggalkan jejak cinta di sana. Lalu naik lagi ke bibir, menyesap bibir atas dan bawah bergantian bahkan lidah mereka saling membelit.Akbar melepaskan pagutannya karena Sussana yang sudah kehabisan nafas, bahkan wanita itu kini terengah meraup oksigen. “Lepas semuanya,” ujar Akbar sambil melepaskan satu persatu penutup tubuh Sussana.Akbar kembali melumat bibir Sussana yang membuatnya candu, membuat tubuh Sussana menegang. Bahkan tangan Akbar mulai mengarah ke bagian inti tubuh Sussana.“Mas Akbar,” ucap Sussana saat mereka melepaskan pagutannya, “Kenapa?” jawab Akbar.Tangan Akbar menyentuh pusat tubuh Sussana yang sudah basah dan titik-titik sensitif lainnya. Bahkan kini Akbar menggeser tubuhnya berada tepat di bawah perut Sussana, sedikit melebarkan kedua paha Sussana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Ke Rumah Sakit

    "Masalah itu harusnya dengan penanggung jawab proyek, kenapa harus bertemu aku." "Sebenarnya itu hanya alasan, intinya dia mau bertemu dengan Akbar Putra Mahesa," ujar Bowo.Akbar berdecak, "Jadwalkan tapi aku tidak mau bertemu dengan Nola sendiri, kamu harus ikut dalam pertemuan tersebut.""Kenapa sih? Kayaknya takut banget, padahal hanya bertemu Nola," ujar Bowo."Bukan masalah takut, tapi aku tau maksudnya bertemu untuk apa? Saat dia tau aku dan Inggrid ternyata sudah pisah, Nola agak agresif. Bahkan dia seperti mengabaikan Sussana, sedangkan aku tidak mungkin berpaling dari Sussana.""Pesona sang Casanova," ledek Bowo."Kamu makin ke sini makin berani ya, mau dimutasi kali," sahut Akbar."Jangan dong," ujar Bowo sambil terkekeh. Tidak lama interkom dimeja Akbar berbunyi. "Pak Akbar ada Ibu Nola ingin bertemu, tapi tidak ada janji sebelumnya." Akbar menghela nafasnya, "Suruh masuk," ujar Akbar. "Kamu tetap di sini," pinta Akbar pada Bowo.Pintu ruangan Akbar terbuka, "Hai, apa kab

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mau Ke Mana?

    "Bu, ini kita ke mana ya?" tanya Pak Cipto Supir Akbar. "Kita pu... aduhhhh. Shhhh," desis Sussana merasakan sakit dan perutnya yang mengencang. Bahkan kini nafasnya terasa sesak. "Kita ke rumah sakit aja pak." Pria paruh baya itu segera melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit sesuai perintah Sussana. Merasakan perutnya tidak nyaman, yang mungkin pengaruh dari emosinya tadi akhirnya Sussana langsung memutuskan ke Rumah Sakit. Sampainya di depan UGD, “Bu Sussana mau melahirkan? Saya hubungi Pak Akbar atau bagaimana?” tanya Pak Cipto terlihat khawatir. “Enggak usah, Pak Cipto langsung pulang aja. Nanti saya minta Pak Akbar yang jemput. Perut saya sakit tapi belum waktunya melahirkan.” “Kalau Pak Akbar hubungi saya, saya jawab apa Bu?” tanya Pak Cipto lagi karena dia melihat kedua majikannya tadi sempat berdebat. “Enggak akan, saya yang hubungi beliau. Kalau perlu ponsel Pak Cipto non aktifkan aja,” sahut Sussana sambil membuka pintu mobil. Seorang perawat UGD menyambut Sussana dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Jangan Menolak

    “Bohong, buktinya semalam Mas Akbar enggak cari aku?” “Aku pikir kamu di rumah Bunda, aku berulang kali telpon tapi enggak diangkat.” “Aku enggak mau pulang,” ujar Sussana. “Lalu, Mau kemana?” Sussana merubah posisinya, kini mereka berbaring berhadapan, “Aku mau liburan, minggu depan aku sidang skripsi setelah itu melahirkan. Pasti bakalan sibuk, enggak ada lagi waktu hanya berdua dengan Mas Akbar.” Akbar terkekeh, ia menyelipkan helaian rambut Sussana yang jatuh menutupi dahi wanita yang saat ini menjadi miliknya. “Bisa dong, kita masih bisa habiskan waktu berdua. Anak bisa kita titip ke Mamih, Bira juga biasa begitu. Paling yang enggak tega Ibunya, enggak mau jauh sama anak.” “Pokoknya aku mau liburan, yang jelas fokus Mas Akbar hanya untuk aku. Enggak ada urusan bisnis, perusahaan apa lagi para ulat bulu, ulat keket atau uget-uget.” Akbar mengernyitkan dahinya, “Alat bulu, ulat keket atau uget-uget?” tanya Akbar heran. “Mau enggak? Kalau enggak, ya udah sana pulang. Biarin aj

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Jangan Buat Aku Tersiksa

    “Mas Akbar sudah mandi, masa mau ...”“Nanti mandi lagi, bareng kamu.”“Tapi ...”“Stt, jangan menolak. Aku mau jenguk baby, masa enggak boleh,” ujar Akbar. Sussana tidak dapat berbuat apapun selain membiarkan Akbar melakukan apapun pada tubuhnya, karena memang Akbarlah yang berhak atas dirinya.Sussana kembali bergelung dengan selimutnya setelah pergulatannya dengan Akbar. Bahkan ia sudah kembali terlelap karena kelelahan. Akbar yang masih berbaring disisi Sussana memeluk wanita itu. “Sayang, kok tidur lagi, bangunlah kita harus sarapan,” ujar Akbar, tetapi Sussana bergeming, Bahkan saat Akbar mengecupi wajah Sussana dan menyesap leher berjenjang menggoda dan membuat jejak di sana, Sussana hanya merubah posisinya menjadi berbaring miring.“Sayang,” panggil Akbar lagi.“Hmm, aku ngantuk Mas.”Sudah lebih dari satu jam, Sussana tertidur. Bahkan kini Akbar sudah membersihkan dirinya lagi dan sedang duduk di sofa kamar ditemani secangkir kopi. Sesekali menoleh ke arah Sussana yang masih d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Menikah Dengan Bocah

    Memeluk dari belakang dan mengalungkan tangannya pada perut Sussana. "Sayang," panggil Akbar sambil menempelkan tubuhnya pada tubuh Sussana. Terasa bagian tubuh Akbar yang mengeras menempel pada bokong Sussana. "Ayolah, jangan buat aku tersiksa." Sussana berbalik, posisi mereka kini berhadapan. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Akbar, "Nanti malam aku mau keluar, kita jalan-jalan ya," ajak Sussana. Akbar hanya mengangguk mengiyakan. "Aku butuh amunisi untuk temani kamu nanti malam,” jawab Akbar lalu melumat rakus bibir yang tersaji dihadapannya. Suara decapan keluar dari aktifitas keduanya, Akbar menyesap bergantian bibir atas dan bawah membuat bibir wanita itu sedikit bengkak. “Mas Akbar,” ucap Sussana saat pagutan mereka terlepas. “Maaf, aku terbawa suasana dan udah enggak tahan,” sahut Akbar sedangkan Sussana masih terengah. “Tapi ini masih siang, kita ...” Akbar segera mengajak istrinya masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuh yang terlihat semakin berisi. Pakaian Sussana s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • Jerat Cinta Duda Bucin   Maaf, Aku Pulang

    “Akbar, sebaiknya kamu cepat ke Jakarta. Profesional dong, ini masalah serius. Istri kamu manja banget sih enggak paham kondisi perusahaan suaminya. Makanya jangan menikah dengan bocah yang ...” Sussana mengakhiri panggilan tersebut tanpa mengatakan bahwa ia yang menjawab telpon dan meninggalkan ruang kerja Akbar. "Sudah siap?" tanya Akbar setelah memasukan koper dan tas mereka ke dalam bagasi mobil. Sussana hanya mengangguk dan tersenyum. Akbar merengkuh tubuh Sussana dan mencium keningnya, "Lain kali aku akan berikan liburan yang lebih baik dari ini," ucapnya. Akbar yang semalam kurang tidur dan saat masih masih terus berkomunikasi dengan Bowo via telpon serta tablet yang terus menampilkan data-data entah apa yang Sussana sendiri tidak paham, jadi tidak memungkinkan dia mengemudi. Akhirnya mendapatkan pengemudi rekomendasi dari penjaga villanya. Selama perjalanan Sussana memandang ke luar jendela mobil, sementara Akbar sibuk dengan gadgetnya. Tidak ada rengkuhan atau rangkul

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sumpah Sussana (End)

    Sepulang dari Rumah Sakit, Akbar dan Sussana mengunjungi rumah yang akan mereka tempati. Sussana memeriksa kamar bayi dan kebutuhannya, sedangkan Akbar mengecek bagian-bagian yang sebelumnya direnovasi. “Bibi,” panggil Sussana dari ujung anak tangga. “Iya Non.” “Kesini dulu ya.” Salah satu asisten rumah tangga bergegas melangkah menghampiri Sussana. “Ada apa Non?” “Bantu saya menggeser ini, sepertinya lebih baik di sebelah sana,” ujar Sussana menunjuk sofa untuk menyusui. “Biar nanti saya saja, Non Sussana sedang hamil besar tidak boleh angkat yang berat-berat.” “Berdua sama Bibi, sepertinya nggak berat juga sih,” ucap Sussana. “Tapi Non.” “Sudah, ayo angkat.” “Sussana.” Suara Akbar mengejutkan Sussana dan Bibi. Melihat situasi tidak kondusif, Bibi pun keluar dari kamar. “Tinggalkan itu, biar nanti aku minta yang lain menggeser. Itu bahaya untuk kehamilan kamu, sayang.” Akbar merangkul bahu Sussana dan mengajaknya keluar. “Nanti dulu, masih ada yang harus aku cek. Khawatir

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Keselamatan Kalian Yang Utama

    Kehamilan Sussana sudah memasuki trimester ketiga, tepatnya tiga puluh tiga minggu. Akbar sangat menikmati perannya sebagai seorang suami dan Ayah untuk kedua anaknya. Melewatkan moment bersama keluarga saat mengalami amnesia benar-benar membuatnya menyesal. Bahkan dia tidak dapat menyaksikan kelahiran dan pertumbuhan Arka. Sangat sabar menghadapi Sussana yang manja dan selalu mengeluh juga menyalahkan Akbar karena kondisinya saat ini. Kehamilan kali ini terlalu banyak keluhan hingga Sussana berkali-kali mengatakan tidak ingin hamil lagi. Seperti malam ini, Akbar sudah terlelap tapi Sussana yang tidak bisa tidur merengek membuat Akbar terjaga. "Iya sayang, kenapa?" sahut Akbar sambil menguap. "Aku sesak, nggak bisa tidur." Akbar langsung terperanjat, "Sesak napas?" Sussana mengangguk. "Bangun dulu sayang, coba atur pernafasan kamu seperti waktu kemarin ikut senam hamil. Tarik nafas, lalu buang," ujar Akbar memberi contoh dan diikuti Akbar. Berkali-kali, sampai Sussana tidak m

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Kamu Memang Candu

    Akbar sudah kembali ke kantor seperti biasa dan mereka masih tinggal di kediaman orang tua Sussana. Ketika Akbar berada di rumah, Sussana akan sangat manja dengan Akbar. Namun, saat Akbar di kantor Sussana tidak akan mengganggu sedikitpun. Mengerti jika Akbar butuh privacy dan konsentrasi mengurus masa depan perusahaan. Sussana sudah mulai beraktivitas ringan, dia juga bosan jika harus terus berada di ranjang. Lama menjalankan bedrest, membuatnya menjadi pecinta drama. Yang dikerjakan saat di ranjang adalah menonton drama dan mendengarkan musik. Sussana duduk di taman rumahnya menyaksikan Yuna yang sedang bermain di kolam balon air. Arka duduk di baby chair dan disuapi oleh Sussana. Setelah selesai makan, Arka dibawa masuk oleh pengasuhnya untuk mengganti bajunya yang kotor karena tumpahan makanan. “Yuna, sudah yuk. Kamu sudah kedinginan, lain kali main lagi,” ajak Sussana. Yuna menggelengkan kepala, dia masih asyik dengan aktivitasnya. “Masuklah, biar Yuna Bunda yang jaga,” ujar Ha

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Tidak Ingin Hamil Lagi

    “Ada apa ini?” tanya Gerry yang baru saja tiba. Melihat kehadiran keluarga besannya, dia pun ikut bergabung. Yudha kembali menyampaikan permohonan maafnya pada keluarga Sussana. Jika menuruti emosi, rasanya Gerry ingin sekali meluapkan amarahnya. Tapi melihat Akbar yang sudah sembuh dan Sussana yang membutuhkan Akbar di sisinya, Gerry pun mengalah demi kebaikan sang putri. Setelah Yudha, Zudith dan Bira undur diri, Akbar menyempatkan bermain bersama Yuna sambil menggendong Arka. “Loh, Sussananya mana?” tanya Gerry baru menyadari sejak tadi tidak melihat Sussana. “Sedang istirahat, sudah biarkan saja. Biar Akbar yang menemani,” ujar Halimah. Halimah pun kembali menemani cucunya bersama baby sitter, Akbar diminta mengecek kondisi Sussana dan menemani di kamar. Khawatir jika Sussana membutuhkan sesuatu, sedangkan dia masih harus bedrest. Melihat Sussana yang masih terlelap, Akbar pun memilih membersihkan diri. Sussana mengerjapkan kedua matanya, perlahan beranjak duduk. Menatap sekeli

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Ada Apa Ini?

    “Sussana,” panggil Akbar. Sussana yang berdiri di balkon tidak menyahut atau menoleh. Menganggap suara yang baru saja dia dengar hanya halusinasi karena rasa rindu pada Akbar. Akbar tetap berdiri di tempatnya memandang punggung Sussana, wanita yang sudah setia dan sabar menghadapi Akbar.“Sayang,” panggil Akbar lagi. Sussana menghela nafas, “Mas Akbar, rinduku sudah tidak terbendung. Sampai suaramu terdengar begitu jelas,” lirih Sussana.“Sussana, aku di sini sayang.”Sussana perlahan menoleh, tangannya masih mencengkram pinggiran balkon. Sussana tertawa, “Bahkan sekarang aku bisa melihat Mas Akbar,” ucapnya.“Aku bukan halusinasimu, sayang.” Akbar merentangkan kedua tangannya, siap menerima Sussana dalam pelukannya. “Mas Akbar,” ucap Sussana. “I-ini bukan halusinasi aku,” ucapnya.Akbar menggelengkan kepalanya. “Kemarilah, sayang.”Sussana melangkah perlahan, raut wajahnya sudah terlihat seperti akan menangis. Kini keduanya berhadapan, “Mas Akbar,” ucap Sussana sambil terisak lalu me

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Mengingat Semua

    Zudith, Yudha dan Akbar berada di meja makan. Menikmati makan malam mereka dalam diam. Dalam benak Akbar, dia hanya memikirkan rencana untuk menemui Sussana esok hari. Zudith dan Yudha saling pandang sebelum memandang putra sulungnya. “Akbar,” panggil Yudha. Akbar menghela nafasnya sebelum menoleh. “Tidak usaha dibahas, aku yang akan selesaikan sendiri masalahku dengan Sussana,” tutur Akbar seakan tahu apa yang akan disampaikan oleh Yudha. “Maksud kamu menyelesaikan bagaimana?” tanya Zudith. Merasa bersalah pada Sussana dan khawatir jika Akbar akan memutuskan hal yang nanti akan disesali olehnya. “Mamih tenang saja, Sussana dan anak-anak adalah tanggung jawabku. Aku sudah selesai, permisi,” ujar Akbar lalu meninggalkan meja makan. “Pih, Mamih khawatir kalau ....” “Sudahlah Mih, Akbar sudah dewasa. Ingat umur Akbar sekarang berapa, kita sebagai orangtua hanya bisa mendoakan dan mendukung segala keputusannya.” Pagi itu, Akbar sudah tiba di kantor. Pagi ini dia harus memimpin rapat

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Harus Bertemu Sussana

    Seorang wanita berdiri tidak jauh dari tempat Sussana berada. “Mirip Sussana, tapi lebih kurus.” Wanita itu masih menatap ke arah Sussana berada. Terlihat Sussana yang beranjak bangun. “Benar itu Sussana. Tunggu, perutnya seperti ... Sussana sedang hamil,” ucapnya. Laras, istri dari Bira yang sedang berada di Rumah sakit melihat Sussana. Tanpa menyapa, wanita itu mengikuti Sussana dan yakin saat ini Sussana sedang hamil karena perutnya sudah terlihat buncit. Melihat Sussana menaiki taksi dan meninggalkan rumah sakit, Laras mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Bira. Panggilannya tidak dijawab, akhirnya Laras menyusul Bira ke kantor. "Loh, bukannya kamu ke Rumah sakit?" tanya Bira melihat Laras ada di ruang kerjanya setelah Bira menghadiri rapat. "Mas, sini dulu," pinta Laras pada Bira dengan menepuk sofa di sebelahnya.” Bira pun patuh dengan menghampiri dan duduk di samping Laras. “Bagaimana hubungan Mas Akbar dan Sussana?” tanya Laras. Bira menghela nafas mendengar pertany

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Sepertinya Sussana Sedang ....

    “Sussana, apa kamu sakit?” tanya Bira sejak tadi penasaran.Sussana hanya menggelengkan kepalanya. Bira menghela nafasnya, “Baiklah, jika itu sudah menjadi keputusanmu. Ponsel Mamih hilang jadi dia tidak bisa mengabari kamu dan ternyata aku juga tidak punya kontak kamu.”Sussana menyebutkan nomor ponselnya. Setelah cukup berbincang masalah kondisi Akbar, Sussana hanya bisa mendukung semua keputusan keluarga Akbar. Bira pamit undur diri, tapi sebelum pergi dia kembali menanyakan kondisi Sussana.“Aku nggak apa-apa, Mas,” jawab Sussana.“Baiklah, jaga kesehatan kamu. Pasti berat harus berjuang untuk anak-anak kalian,” ujar Bira. Sussana hanya menyunggingkan senyumnya. Setelah kepergian Bira, Sussana tak sadarkan diri. Halimah memanggil dokter karena khawatir dengan kondisi Sussana. “Bagaimana kondisi Sussana?” tanya Gerry yang baru saja datang.“Sedang diperiksa Dokter,” jawab Halimah. Kedua orang tua Sussana menanti penjelasan dokter dengan cemas. Terdengar suara tangisan Yuna, “Biar

  • Jerat Cinta Duda Bucin   Apa Kamu Sakit?

    Sussana sudah berada di kursi tunggu UGD rumah sakit bersama kedua orangtua Akbar. Menunggu Akbar di periksa dan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi dengan Akbar. Cukup lama, tapi belum ada dokter atau perawat yang datang untuk menyampaikan kondisi Akbar. Meskipun Sussana tau jika Akbar hanya pingsan tapi penyebab pingsannya yang membuat khawatir karena saat ini Akbar masih dinyatakan amnesia. Hari sudah semakin siang, karena sinar matahari sudah tinggi. Zudith menawarkan Sussana untuk bergantian sarapan di kantin. Sussana hanya menggelengkan kepalanya. “Keluarga pasien atas nama Akbar,” ucap seorang perawat. “Saya, Dok,” jawab Yudha. Zudith dan Sussana pun ikut menghampiri. “Ini silahkan diurus dulu untuk kamar rawat inapnya.” “Bagaimana kondisi Akbar? Kami boleh bertemu?” Zudith lebih dulu bertanya, walaupun isi pertanyaannya akan sama dengan Sussana. “Dokter yang akan menjelaskan di ruang rawat ya, silahkan diurus dulu.” Yudha yang tadi menerima dokumen untuk pemindahan A

DMCA.com Protection Status