Leon terpana ketika melihat Sera menuruni undakan tangga dipandu oleh Bu Kinar dan Lydia yang tampak telaten membawa ekor gaun yang cukup berat itu.'Entah kenapa dia bisa secantik itu?' gumam Leon dalam hatinya. Sungguh, dia seperti tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok Leon. Kecantikan Sera pun cukup menyedot atensi hadirin yang hadir di sana. Mereka rata-rata melontarkan kalimat pujian terhadap penampilan Sera hari ini."Tuan, Nona Sera begitu … cantik." Alex sengaja memuji Sera demi menggoda sang atasan. Ia ingin tahu bagaimana reaksi Leon ketika dia melontarkan pujian sedemikian rupa."Halah, namanya juga pakai full riasan, jadi wajar aja. Aku sudah pesan MUA yang profesional dan mahal jadi wajar aja wanita itu tampil cantik saat ini," dumal Leon panjang lebar, yang enggan secara langsung mengakui jika Sera sungguh sangat cantik dan menawan dengan balutan gaun putih tulang dan riasan sederhana namun sungguh membuat Sera terlihat sangat cantik. Sangat jauh berbeda dari pena
"Brian! Brian! Tunggu!" seru suara seorang perempuan yang berlari menyusul langkah lebar pria itu.Brian mendengarnya, akan tetapi pria itu hanya bergeming dan tetap melanjutkan langkah. Emosinya kini tengah memuncak usai melihat jika Sera telah menikah dengan pria lain. "Bisa-bisanya dia menikah dengan pria lain, padahal sedang mengandung bayiku! Sialan! Apakah bayi itu bukan benihku!" Brian terus fokus pada prasangkanya tentang Sera. "Brian!" Langkah kaki Brian terhenti seketika saat tangan seseorang menahan langkahnya."Apa sih!" seru Brian ketus."Kamu mau ke mana? Kok aku malah ditinggal sih," protes gadis berpakaian seksi itu setengah merengek."Aku mau pulang!" Brian menyahut singkat."Terus aku gimana? Kamu gak nganterin aku pulang, gitu?" rengeknya lagi."Berhenti merengek! Memangnya kamu hidup di hutan, ya! Kamu kan bisa pulang naik taksi ataupun ojol!" pekik Brian menghardik wanita yang menjadi kekasihnya saat ini.Meskipun begitu, Brian nyatanya masih mencintai Sera. Pr
Sera sudah keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama lengan panjang dan celana panjang berwarna senada. Setelahnya, tanpa sepatah kata yang terucap, kini giliran Leon yang menggunakan kamar mandi. Sera memilih merebahkan tubuh lelahnya sembari berbaring dengan posisi miring. Entah mengapa, ia masih saja kepikiran tentang ucapan Leon yang mengatakan kalau dia sudah memiliki kekasih."Kalau memang dia punya pacar, kenapa dia harus menikahiku begini? Gimana kalau nanti … kekasihnya itu datang ke mari dan menanyakan tentang siapa aku karena aku tinggal di sini," gumam Sera. Bagaimanapun, pernikahan ini masih seperti mimpi baginya. Terlebih lagi, setelah Leon mengatakan jika dirinya sudah memiliki tambatan hati sehingga Sera yakin pernikahan ini adalah murni sebuah pernikahan kontrak untuk membalas dendam pada keluarga Brian."Entah bagaimana dan seperti apa balas dendam yang dia maksud. Aku gak ngerti," ucap Sera lagi. Ia lalu memutuskan untuk mencoba memejamkan matanya. Rasa kantuk
Leon sudah berangkat ke kantor. Kini di mansion itu hanya ada Sera dan beberapa pelayan yang bekerja di sana. Sera tampak sedang termenung di balkon kamarnya yang ada di lantai dua sembari melihat pemandangan taman di bawahnya."Kuliah? Aku gak pernah kepikiran buat kuliah lagi, tapi kenapa tiba-tiba Leon menyarankan untuk kuliah lagi," ucap Sera setengah menggumam. Tentu saja ini adalah pilihan yang sulit bagi Sera. Selain karena dia malu berhadapan dengan teman-temannya. Dia juga belum siap jika harus berpapasan dengan Brian lagi jika dirinya berkuliah lagi.Namun, kemudian Sera tersadar akan sesuatu."Apa mungkin ini adalah sebagian rencana balas dendam yang dia maksud? Dia menyuruhku kuliah lagi, agar Brian melihat kalau aku sudah gak terpuruk lagi?" gumamnya kembali menebak-nebak.Sera tampak menganggukan kepala beberapa kali, bagaimanapun itu adalah alasan yang logis."Ya, mungkin maksud Leon adalah begitu. Melanjutkan kuliah tanpa terpengaruh dengan hinaan yang didapat dari ke
Brian memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Sera. Tidak ada satu orang pun yang keluar atau masuk dari rumah itu, sehingga membuat Brian memilih untuk menunggu. Ia pun menunggu cukup lama, hingga seorang gadis muda berseragam putih biru datang, dan hendak masuk ke rumah. Tergesa, Brian pun bergerak cepat untuk memanggil gadis itu."Hei, tunggu!" seru Brian hingga membuat gadis itu menghentikan langkahnya."Siapa ya?" tanyanya dengan kening berkerut heran."Kamu pasti Reina, kan?" tebak Brian yang memang sempat diceritakan soal adik kandung Sera."Eh, kok tahu namaku?" Gadis bernama Reina itu menatap was-was ke arah Brian. "Kamu siapa sebenarnya?" "Sorry, kalau aku buat kamu bingung. Kenalin, aku Brian. Aku … teman kuliahnya kakak kamu, Sera," ucap Brian. Enggan mengakui jika dia pernah menjalin kasih dengan Sera di hadapan Reina."Oh, temannya Kak Sera ya?" beo Reina mengulangi penjelasan Brian.Pria yang memiliki tinggi 170 cm itu hanya mengangguk."Kak Sera udah gak tinggal di
"Kurang ajar, dasar perempuan j4lang! Beraninya kamu menamparku!" pekik Brian dengan sorot mata memerah menahan amarah. Bagaimana tidak, kini ia justru menjadi bahan tontonan beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat di sana.Brian melayangkan tangan ke udara, dan hendak membalas tamparan Sera tadi. Tetapi, dia merasa gengsi ketika beberapa orang membicarakannya di belakang."Yah … beraninya sama perempuan!""Cemen banget sih!" "Sumpah, aku gak respect sama cowok yang kasar sama cewek!" Begitulah selentingan sindiran yang didengar Brian, sehingga tangannya cukup lama mengambang di udara."Kenapa diam? Ayo tampar!" teriak Sera menantang. Ia tak peduli dengan rasa sakit yang akan diterima jika Brian berani melayangkan tamparan padanya. "Si4lan!" seru Brian frustrasi sembari mengempaskan tangannya. Ia tak mungkin menuruti tantangan Sera untuk menamparnya."Aku rasa kita udah gak ada urusan sama kamu lagi, Brian! Permisi!" Sera berniat untuk melenggang pergi dan meninggalkan Brian, tapi
Leon mengingat lagi bagaimana dirinya yang saat menghadiri rapat tadi terlihat gelisah. Pasalnya, orang suruhannya yang ditugaskan untuk mengawasi Sera di kampus memberikan laporan jika seorang pria tengah mengganggu Sera. Alex yang menyadari kegelisahan Leon pun lantas berinisiatif untuk mengawasi gerak-gerik Brian, dan berjaga jika pria itu berniat melakukan hal buruk. Namun, Leon yang kala itu tak mau mengecewakan klien pentingnya yang sudah jauh-jauh datang dari Singapura. Akhirnya, Leon tetap menunggu sampai meeting berakhir, walaupun beberapa kali Leon sempat tidak fokus.Saat meeting berakhir. Leon langsung saja meminta kunci mobil dari Alex dan segera mengendarai mobil menuju ke kampus Sera."Ternyata … dia lebih cepat bereaksi daripada dugaanku!" ucapnya. Leon juga sempat menyuruh seseorang mengawasi Brian, dan orang itu melaporkan jika Brian sempat datang dan cukup lama mengawasi sebuah rumah. Saat melihat foto rumah itu, Leon langsung paham jika Brian mengawasi rumah Ser
“Sera, kamu nggak apa-apa, kan?” Lydia yang baru saja merangsek masuk ke ruang rawat inap Sera itu mengalihkan atensi Leon dan Sera.“Lyd? Aku udah nggak apa-apa kok. Untungnya juga gak terjadi sesuatu yang buruk pada bayiku,” jawab Sera panjang lebar.Diam-diam, Leon menghela napas lega. Pasalnya, dia tak perlu repot menjawab pertanyaan Sera tadi tentang bagaimana dirinya ada di tempat kejadian.“Karena temanmu sudah di sini, saya permisi keluar dulu,” pamit Leon tiba-tiba demi menghindari jika Sera menanyakan pertanyaan yang sama pada dirinya.Tanpa menunggu jawaban dari Sera maupun Lydia, Leon pun segera melangkahkan kakinya keluar ruangan.“Kamu yakin baik-baik aja?” Lydia bertanya memastikan. Ya, saat dia mendapat kabar dari Alex, tanpa babibu lagi di langsung meluncur ke alamat rumah sakit yang diinfokan oleh tangan kanan Leon tersebut.“Iya, Lyd, beneran. Aku udah nggak apa-apa. Kamu tahu, kalau aja Leon gak datang tepat waktu. Entah gimana nasibku,” tutur Sera sembari mengingat