Dengan menyandarkan keningnya ke jendela ruang ICU, Marchel menumpahkan tangisnya yang tertahan. Begitu juga Asha yang masih memeluk Marchel dari belakang, tak kuasa lagi menahan tangisnya. Semua berduka, Philip meninggalkan mereka untuk selamanya.
Marchel membalikkan badannya, dipeluknya Asha, "sha.. kamu sudah maafin Papi ya?" Tanya Marchel. "Maafin Papi ya Sha, kalau ada ucapan Papi yang menyakiti kamu selama hidupnya.." lanjut Marchel. "Mas.. jauh-jauh hari aku sudah memaafkan Papi, aku tidak pernah menyimpan kebencian sedikit pun.." jawab Asha. "Ya udah Marchel.. kamu urus jenazah Papi dulu ya, biar Mama sama Asha tunggu di sini. takut ada tamu yang datang." Suruh Melissa. Marchel meninggalkan Melissa dan Asha di ruang tunggu ICU, dia mengurus jenazah Philip. Setelah disemayamkan di ruang jenazah, jenazah Philip segera dibawa ke rumah Pondok Indah. Para kerabat juga para sahabat almarhum Philip berdatangan ke rumah Pondok IMami Marchel terlihat masih sangat berduka, "Mami sendiri juga hanya tinggal menunggu waktu.. kamu satu-satunya pewaris tunggal Papi dan Mami Cel. Mami ikut sama kalian, kalian berdualah yang atur rumah ini." Ujar Mami Marchel.Di usia yang masih sangat muda, Marchel ditakdirkan menjadi anak muda yang sangat tajir. Namun, Marchel tetap tidak ingin mengubah sikapnya yang cenderung berpenampilan sederhana. Nasib Asha pun terangkat dengan keadaan dan situasi itu, namun Asha pun bukanlah tipikal wanita yang gelap mata terhadap kekayaan.Asha sendiri bukanlah dari kalangan orang yang susah, Mamanya seorang pengusaha hotel yang kekayaannya juga melimpah. Marchel dan Asha memiliki karakter yang sama, sama-sama tidak gila harta, terbiasa istiqomah dan menerima kenyataan hidup apa adanya.Marchel membesarkan hati Maminya, "Yang Mami perlu ketahui, bagi Marchel Mami adalah kekayaan Marchel satu-satunya, melebihi kekayaan yang diwariskan Papi. Inilah ujian terberat bagi Ma
Di rumah Pondok Indah masih berkumpul keluarga Asha dan keluarga Marchel. Asha berusaha untuk melayani ibu mertuanya, terutama dalam hal selera makannya. Dengan di bantu bik Tum dan bi Hana, Asha memasak masakan kesukaan Mertuanya.Bi Hana sangat cekatan membantu Asha, begitu juga bik Tum. Asha memasak Rawon Daging Sapi khas Jawa Timur. Apa pun makanan yang diinginkan Mami, Asha berusaha untuk memasaknya. Untungnya ada bi Hana yang mendampingi, sehingga Asha bisa menuntaskan masakannya.Setelah masakan selesai, Asha dan bik Tum menyajikannya di meja makan keluarga. Sebuah meja makan yang berukuran besar, khusus untuk menjamu keluarga makan bersama. Hadir dalam makan bersama itu Mami Marchel, Tante Michelle, juga Melissa, di samping juga ada dua orang keluarga dari pihak Papi Marchel.Puja dan puji pun mengalir dialamatkan pad Asha, di luar dugaan mereka Asha adalah wanita yang juga hebat di dapur. Mami memuji Asha di depan Melissa,"Saya i
Tinggal di Pondok Indah, mempunyai kendaraan mewah yang cukup mumpuni. Namun, sehari-hari Marchel tetap memakai mobil sejuta umat, dan merasa cukup menggunakan itu. Asha juga demikian, kalau dia mau menuntut lebih, Marchel mampu untuk memenuhinya, tapi itu tidak dilakukannya.Apa lagi sekarang ini, Marchel sudah sah menjadi pewaris tunggal kekayaan Philip. Sedikit pun tidak terlihat kejumawaan Marchel. Asha pun demikian, bisa menempatkan diri disisi Marchel, bersikap sederhana dan apa adanya.Selesai acara makan siang, Asha berusaha tampil sebagai tuan rumah yang melayani tanmu-tamunya. Sikapnya terhadap ibu mertua pun mendapat pujian, karena sangat tulus dalam memberikan perhatian. Melissa sangat bangga pada Asha, karena baginya Asha sangat mencerminkan dirinya saat seusia dengan Asha.Mami Marchel cerita pada tamunya, tentang Asha, "menantu saya ini sedang menjalankan program kehamilan anak kedua.. itu artinya kami akan punya cucu lagi." Terang Mami Marchel.
Melissa dan Asha masih mempersoalkan karir Asha, mereka masih ngobrol di taman belakang rumah Pondok Indah. Marchel juga ikut mendengarkan silang pendapat antara Asha dan Melissa. Namun, dia berusaha untuk melihat secara bijak apa yang dipersoalkan.Melissa seorang wanita karir sekali, sementara Asha dibesarkan dilingkungan yang sangat sederhana. Sehingga pola pikirnya pun sangat sederhana. Asha adalah tipikal wanita yang tidak banyak maunya. Sementara dalam pandangan Melissa, wanita juga harus mengambil peran bukan sekadar menerima keadaan.Apa yang dilakukan Asha di rumah mertuanya lebih kepada pengabdian. Sementara Melissa yang melihat kenyataan yang ada dihadapannya, seolah-olah Asha hanya menghabiskan waktunya hanya untuk mengurus rumah tangga. Melissa khawatir dengan masa depan Asha, karena dia ingin mempersiapkan Asha sebagai penggantinya."Mama sangat faham apa yang kamu lakukan itu adalah pengabdian seorang menantu, tapi tidak berarti dengan kesibukan kamu di
Hana jelaskan pada Melissa seperti apa karakter Asha yang dia ketahui sejak kecil, yang Melissa tidak pernah ketahui. Hana yang merasa mengasuh Asha sejak bayi lebih tahu tentang Asha, dia tidak rela kalau Melissa menekan Asha hanya untuk memenuhi keinginannya.Melissa baru sadar, dia memang yang melahirkan Asha, tapi dia bukan yang mendidik dan membesarkan Asha. Melissa tidak mengenal seperti apa karakter Asha, makanya ada pemberontakan dalam diri Asha saat Melissa terus menekannya."Mungkin saya terlalu egois ya Han, terlalu ingin menguasai Asha.. tapi saya lakukan semua itu karena saya sangat sayang dengan dia Han, dia cantik, tidak pantas cuma jadi ibu rumah tangga." Ucap Melissa dengan sedikit sedih."Harus pelan-pelan Mel bicara sama Asha, kamukan lama telantarkan dia, secara emosional ada kekecewaannya sama kamu, takutnya nanti dia durhaka sama kamu." Hana kembali ingatkan Melissa.Melissa tidak melanjutkan pembicaraannya, dia meren
Marchel sengaja menggunakan mobil mewah itu, supaya di hotel mendapatkan prioritas parkir di dekat lobby. Marchel sangat merasakan gengsi naik mobil tersebut, sebagai seorang direktur beberapa perusahaan, dia merasa pantas untuk menaikinya. Namun tetap saja tidak membuat Marchel pongah.Mobil yang dikendarai Marchel melintasi jalan Jenderal Sudirman dengan gagahnya. Penampilan Marchel dan Asha pun di sesuaikan. Dengan busana yang sporty keduanya terkesan sangat serasi dengan mobil yang dikendarai.Mobil Marchel memasuk halaman Mells Residents, sampai di lobby mereka langsung di sambut oleh sekuriti. Marchel memberikan kuncinya pada Valet Parking, mereka langsung masuk ke lobby. Asha pamit pada Marchel untuk menuju ke toilet, Marchel tunggu Asha di lobbi.Marchel melihat Yanuar dan Petty berpelukan menuju ke lift dari arah basement. Marchel sama sekali tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Petty seperti tidak menganggap Yanuar sebagai suami tantenya, dia terlihat b
Asha menegur Marchel yang terlihat sedang melamun, "Kenapa sih mas melamun terus? Mikirin apa sih?" Tanya Asha."Gak apa-apa Sha, cuma mikirin naik mobil tadi aja, kan baru pertama kali naik mobil itu." Jawab Marchel."Aduh mas.. yang begituan aja dipikirin, nikmati aja mas, kan enak naik mobilnya serasa jadi selebriti ya mas.." Ucap Asha."Malam ini kalian nginap di sini atau pulang?" Tanya Melissa."Kita pulang Ma, karena gak tega ninggalin Mami sendiri," jawab Marchel"Habis nujuh hari kita ke Bali ya, sekalian bawa Mami kamu liburan Cel, kamu gak masalahkan tinggain kantor?""Aman sih ma, kan masing-masing sudah tahu tugas dan kewajibannya."Asha mengambil Brama dan menyusuinya. Bi Hana dan Narti asyik nonton tv, Marchel ngobrol dengan Melissa soal prospek usahanya. Melissa kasih tahu Marchel, bahwa Mells Residents itu ingin dia serahkan pada Asha nanti yang mengelola. Marchel dengan senang hati mendengar rencana tersebut.Marchel
Sebagai adik ipar Bram, Yanuar tidak bisa menempatkan dirinya. dia kencani keponakan isterinya sendiri tanpa memikirkan resikonya. Sementara Bram sendiri sedang menghadapi karma perbuatan yang dilakukannya terhadap Asha. Bram dan Yanuar akan sama-sama sakit akibat perbuatan mereka sendiri. Kalau saja suatu saat Yanuar tahu bahwa anak kandungnya dihamili Bram dan Bram tidak bertanggung jawab. Betapa sakitnya Bram bila suatu saat tahu ternyata Petty hamil karena Yanuar. Di luar kantor, Yanuar dan Petty terus melakukan kencan. Yanuar seakan-akan mendapatkan amunisi baru untuk melampiaskan hasratnya. Begitu juga dengan Petty yang merasa mendapatkan lawan tanding yang sangat berpengalaman. Sehingga dia hanyut dalam asmara terlarang. Marchel masih belum masuk kantor karena masih dalam suasana berduka. Di rumah, Marchel dan Asha hanya berusaha untuk menghibur Mami. Mereka berusaha untuk membuat Mami senang, memenuhi apa pun yang diiginkannya. Asha menghampiri Mami
"Papa sudah senang kita bisa berkumpul kembali seperti sekarang ini, Papa gak mau nanti, gara-gara pekerjaan itu kita kembali terpecah." Jawab Yanuar"Papa kamu benar Sha, kadang-kadang apa yang Papa kamu bilang itu bisa terjadi, karena Papa kamu itu sangat tahu karakter Mama." Ujar Melissa."Tapi kan udah pada tua pastinya sudah banyak berubah Ma, masak sih mau ribut melulu, Asha sih cuma ingin Papa dan akur." Ujar Asha.Asha mencoba untuk menengahi, dia merasa kalau Melissa dan Yanuar sama-sama keras, makanya dia jadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya."Kita tetap seperti sekarang ini saja, Papa sih tidak ada persoalan dengan pekerjaan, Papa sangat senang melihat kita bisa kumpul seperti ini, Papa sama Mama akan baik-baik saja Sha." Ucap Yanuar"Tapi kan sekarang ini Papa dari Nol lagi, mulai dari bawah lagi, Asha ingin Papa juga punya kedudukan yang cukup penting." Jelas Asha"Soal keinginan kamu itu gampang Sha, Papa akan pi
"Sebajingannya Papa, gak sampai hati lah Papa berperilaku seperti itu, Mama kamu itu sangat kenal Papa." Ujar Yanuar.Melissa yang mendengarkan penjelasan Yanuar, tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Aku sih awalnya sempat percaya dengan isu itu Yan, aku tahu walau pun kamu tidak baik-baik amat, tapi tidak mungkin sampai melakukan itu, apa lagi kamu tahu kalau kamu punya anak perempuan." Timpal Melissa."Itu dia Mel, aku sangat tahu itu.. aku juga gak mau anak perempuan aku diperlakukan seperti itu." Jawab Yanuar.Marchel dan Asha saling pandang mendengar penjelasan Yanuar, yang sangat takut kalau anak perempuan satu-satunya, mengalami hal seperti itu. Pada kenyataannya, anaknya sudah menerima nasib seperti itu."Terus sekarang gimana Yan? setelah kamu terbebas dari fitnah itu? Kan harusnya kamu kembali rukun sama isteri dan anak-anak kamu?" Tanya Melissa."Biarlah.. aku lebih senang ada di antara kalian, aku ingin men
Usaha Asha untuk mempertemukan kedua orang tuanya tidak sia-sia. Melissa mau menerima kedatangan Yanuar, setelah di desak Asha. Yanuar mendatangi Melissa di Mells Residents, dalam pertemuan itu juga ada bi Hana.Seharusnya ini adalah sebuah pertemuan yang dramatis, antara Melissa dan Yanuar, setelah selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu. Namun pertemuan itu di respon dengan dingin oleh Melissa, tangannya terbuka, tapi hatinya tetap tertutup.Asha menyambut Papanya dengan pelukan hangat, dan Yanuar pun membalas pelukan Asha dengan penuh kasih sayang,"Alhamdulillah.. akhirnya Papa datang juga." Ucap Asha sambil cium tangannya dan memeluk Yanuar."Kalau kamu yang minta, Papa pasti datang sayang.. Papa gak mau kamu kecewa." Ucap Yanuar penuh kehangatan.Asha mengajak Yanuar duduk di ruangan tamu, dan disambut oleh Marchel yang ada di ruang tamu dengan Brama. Marchel pun cium tangan Yanuar, dan mengajak Brama untuk cium tangan pada
Marchel menceritakan panjang lebar soal Yanuar, berdasarkan penjelasan Bram, yang merupakan kakak dari isteri Yanuar. Marchel menjelaskan juga, kalau Yanuar hanya kena fitnah. Yanuar sama sekali tidak terlihat hubungan asmara dengan Petty, semua hanya kesalah fahaman.Marchel menjelaskan apa yang dikatakan Bram padanya, "Pak Bram bilang, tidak terjadi apa-apa antara Petty sama Papa, menurutnya Papa tetap memperlakukan Petty sebagai keponakan, itu yang diceritakan Petty pada pak Bram dan pak Bram mempercayai cerita Petty." Ujar Marchel."Masih menurut pak Bram, beliau sudah kasih tahu tante Ratih.. dan Papa akan kembali ke keluarga Papa." lanjut Marchel.Mellisa mendengarkan apa yang dikatakan Marchel. Marchel terus cerita tentang apa yang diketahuinya tentang Yanuar, baik dari Bram atau pun dari Yanuar sendiri."Kalau penjelasan Papa juga sama Ma, Papa cuma kena fitnah, Papa menganggap Petty sebagai keponakan, sehingga Petty juga diperlakuka
Sampai di kamar Melissa, Marchel dan Asha menceritakan tentang kabar baik untuk Yanuar. Melissa tanggapannya biasa datar saja, tidak ada respon yang berarti. Melissa seakan-akan tidak peduli dengan masalah Yanuar, sehingga Asha bingung dengan sikap Melissa,"Ma.. kan Papa sudah dinyatakan pak Bram tidak bersalah, jadi gak usah negatif terus dong sama Papa." Ujar Asha."Mama tidak berpikiran negatif Sha sama Papa kamu, Mama cuma tidak terlalu peduli aja, karena Mama sudah sangat kenal karakter Papa kamu." Jelas Melissa."Tapi kan orang gak selamanya jelek Ma, coba deh Mama bisa lentur sedikit sama Papa, Asha cuma ingin Mama mau ketemu Papa.. pliiis deh Ma, untuk memperbaiki silaturahmi aja." Pinta Asha."Okey.. bisa saja Mama mau ketemu Papa kamu, tapi ingat! Jangan kamu paksa Mama untuk bersatu kembali sama Papa kamu!!" Tegas Melissa.Marchel dan Asha saling berpandangan,l mendengar jawaban Melissa, seakan-akan Mellisa sudah menutup p
"Iya Sha.. syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, setidaknya mengurangi rasa bersalah saya terhadap kamu." Ujar Bram"Pak Bram sudah cukup bijak dalam hal ini, saya dan Asha sangat memaklumi posisi bapak, tapi ya.. seperti inilah jalan yang Tuhan berikan." Tambah Marchel"Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian, saya hampir frustasi menghadapi masalah Petty, saya memang harus selesaikan masalahnya.""Pak Bram sudah amanahkan pada saya untuk menjaga Brama, In Sha Allah saya akan jaga amanah itu pak.""Terima kasih cel.., terima kasih Asha, atas pengertian kalian, kalau gitu saya moon pamit ya." Ucap BramSetelah Bram pulang, Marchel dan Asha tidak buru-buru naik ke kamar, mereka masih ngobrol soal deposito untuk Brama."Deposito itu biarkan saja utuh seperti itu, tidak usaha dicairkan." Saran Marchel"Kenapa mas? Kan bisa dimanfaatkan untuk Brama?" Tanya Asha"Gak usaha.. biarlah kebutuhan Brama tanggungan aku Sha, itu bisa dia
Ada perasaan bersalah dalam diri Bram terhadap status Brama. Dia merasa perlu untuk menegaskan tanggung jawabnya terhadap Brama, yang selama ini tidak terlalu dipersoalkan Asha dan Marchel. Namun, semakin besar Brama, maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya.Bram mengajak Asha dan Marchel untuk bertemu, Marchel mengatur pertemuan tersebut di Mells Residents, karena kebetulan Marchel dan Asha sedang berada disana. Asha yang selama ini sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan, akhirnya menghargai niat baik Bram.Seperti biasanya, mereka bertemu di Lounge yang ada di Mells Residents. Bram membuka pembicaraan lebih dulu, "Asha.. sebetulnya ini sudah saya siapkan sejak lama, cuma baru hari ini saya sampaikan pada kalian." Ujar Bram"Tentang apa ini Om? kalau boleh saya tahu?" Tanya Asha"Ini soal tanggung jawab saya pada Brama, yang selama ini menjadi tanggung jawab kalian." Ujar Bram. "Saya mempersiapkan deposito untuk Brama, senilai 3 milliar." Lanjut Bram
"Justeru karena aku percaya kamu mas, makanya aku minta kamu jujur sama aku."Marchel mendekati Asha dan memeluknya dari belakang, "Terima kasih ya sayang.. kamu sangat mengerti aku, aku cuma ada kamu Sha, tidak ingin ada yang lain." Rayu MarchelMarchel merasa lega menceritakan semua masalahnya dengan Alexa pada Asha, dan sudah tahu seperti apa Asha akan menyikapi masalah tersebut."Kalau ada masalah apa pun mas, segera kasih tahu aku mas.. aku tidak ingin ada yang disembunyikan." Ujar AshaMarchel mengajak Asha ke dalam, karena hari sudah menjelang maghrib. Marchel memeluk pingga Asha sambil berjalan menuju kedalam rumah. Marchel mengatakan pada Asha kalau dia sangat bahagia dengan sikap yang diperlihatkan Asha."Aku tuh udah gak mau meributkan hal yang gak penting mas.. aku mau bahagia bersama kamu." Ucap Asha"Aku juga gitu Sha, masa depan kita masih panjang, gak mau dirusak oleh masalah sepele."Marchel dan Asha nimbrung deng
Naluri seorang isteri kadang begitu tajam, bisa merasakan apa yang sedang di derita suaminya. Asha mengajak Marchel bicara berdua di taman belakang rumah Pondok Indah.Asha bisa melihat dari raut wajah Marchel yang menyimpan persoalan, dia membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Sejak kemarin aku merasakan ada yang mas sembunyikan.. bisa gak mas cerita?" Pinta Asha dengan lembut.Marchel yang duduk di sebelah Asha mencoba merangkul Asha, "Gak ada yang aku tutupi Sha, aku gak ada persoalan kok." Rayu Marchel"Mas.. aku ini sudah banyak berubah lho, aku ingin tidak ada yang kamu sembunyikan, dan aku tidak akan marah kalau kamu ceritakan, sekalipun pahit ceritanya." Pancing AshaLama Marchel terdiam mendengar kebesaran jiwa Asha, yang ingin Marchel terbiasa dengan keterus terangan, " Memang tadinya ada masalah Sha, tapi hari ini sudah aku selesaikan.. semoga saja tidak ada lagi masalah baru." Jawab Marchel."Kan lebih bagus mas ceritaka