Petty merasa dia sudah salah menilai Marchel, saat Bram sering asyik ngobrol dengan Petty, Marchel masuk mau menemui Bram,
"Selamat pagi pak, maaf mengganggu ... bisa minta waktunya sebentar pak?"
"Boleh Marchel ... silahkan," ujar Bram. "Pet, kamu keluar sebentar, Papa mau bicara sama Marchel," Bram suruh Petty keluar
Setelah Petty keluar ruangan, Marchel langsung membuka pembicaraan, "Dua minggu yang lalu, saat kita libur, Petty datang ke apartemen... " Belum selesai Marchel bicara, Bram langsung memotong pembicaraan,
"Kenapa dia? Ganggu kalian gak?" Tanya Bram
"Gak sih pak, hanya saja saya bingung, kok Petty dapat akses masuk?" Tanya Marchel
"Ooh gitu, itu salah saya
Marchel menatap kearah Petty dan bilang, "Gak masalah kalau kamu ke apartemen dalam konteks pekerjaan, di luar itu aku gak bisa terima kamu." Pungkas Marchel Petty menatap Marchel dengan wajah kesal, setelah itu dia keluar dari ruang Marchel. Marchel kembali sibuk dengan aktivitas rutinnya, dia teringat dengan Asha di rumah, yang sedang masak kesukaan Papi dan Maminya. ***Di rumah, Asha masih berkutat di dapur, memasak gudeg kesukaan Papi dan Mami Marchel. Ternyata Asha memang pandai memasak, bukan cuma bisa. Ilmu memasak itu disamping di peroleh dari bangku kuliah di perhotelan, juga dari Bibinya yang sehari-hari bisnis kuliner. Sambil melihat Asha memasak, Mami Marchel terus bertanya, "Kamu kenal Marchel dimana Asha? Soalnya Marchel itu sangat susah bergaul sama perempuan.
"Lho!! Mas kok bilang gitu sih? Kan aku jadi gak enak sama om Bram!!" "Kalau aku gak bilang gitu, kamu akan terus di ganggu sama Petty Sha." Jawaban Marchel sangat masuk di akal Asha, dan Asha memakluminya. Marchel juga cerita kalau Bram sudah menceritakan siapa sebenarnya dirinya pada Petty, hanya saja Marchel tidak bilang kalau Petty justeru semakin suka sama dia. "Kamu masih mau dengar cerita aku gak?" Tanya Marchel "Ya maulah, mas terus aja cerita, aku dengar kok," ucap Asha, sambil membenahi pakaian kerja Marchel yang berserakan di tempat tidur "Seperti yang mas bilang, biarkan Tuhan yang membuka semua siapa kita," Marchel menghentikan sejenak ucapannya, "Ternyata pak Bram bilang pada Petty bahwa aku calon Komisaris Utama di perusahaannya." "Kenapa pak Bram sampai buka semua itu mas?" "Biar Petty gak anggap remeh aku, itukan yang kamu inginkan kemarin?" "Ya mas, ternyata langsung di jawab Tuhan ya mas, Subhanallah.
Marchel menghampiri Papi dan Maminya yang lagi duduk di ruang tv, "Malam Pi, malam Mi, nih cucunya kepengen diajak ngobrol," ucap Marchel "Sini sama eyang Brama.." ujar Mami Marchel "Asha mana?" Tanya Papi Marchel "Tuh Asha Pi.." ucap Marchel, sambil menunjuk ke arah Asha yang sedang menghampiri mereka "Malam Pi, malam Mi.." sapa Asha "Ujian pertama buat Asha lulus cel, gudeg bikinannya enak, mami gak nyangka orang sumatera bisa bikin gudeg jogya yang enak." Ucap Mami Marchel "Ya karena dia memang punya ilmu soal itu Mi, keahliannya memang memasak, meramu masakan," jawab Marchel "Kamu sudah lihat paviliunnya Sha?" Tanya Papi Marchel "Udah Pi, cukup kok buat kami sekeluarga," jawab Asha "Terus kapan kalian mau menempatinya?" "Segera Pi, setelah Marchel rapikan urusan kantor, karena habis libur kemarin pada berantakan." Jawab Marchel "Satu permintaan Papi, kalau kalian tidak ingin nyampur,
Marchel mendengar ribut-ribut di ruang makan segera keluar, sambil menggendong Brama dia bertanya, "Ada apa Mi? Gak suka ya sama nasi goreng buatan Asha?" Tanya Marchel "Gak sih ... Mami cuma tanya, ini nasi goreng apa? Kok gak seperti nasi goreng yang biasanya?" Tanya Mami Marchel "Mami coba makan dulu ya, kalau Mami gak suka, nanti Asha akan bikinkan yang Mami suka deh." Ujar Marchel Asha mengambil Brama dari Marchel, "Kamu sarapan deh mas, biar Brama aku yang gendong." Ujar Asha, masih menunggu komentar Papi dan Mami Marchel "Enak kok mi, bahkan lebih enak dari yang biasanya." Ujar Papi Marchel Mami Marchel masih mencecap nasi goreng, belum kasih komentar, sehingga Asha yang menunggu komentarnya sangat cemas. "Kamu gak ikut sarapan sekalian Sha? Tanya Mami "Asha entar aja Mi, tunggu Narti dulu biar dia gendong Brama," jawab Asha "Ini kamu nemu menu nasi goreng dari mana?" Tanya Mami Marchel "Menu dari tante A
Bik tum kasih tahu Asha agar kalau mau masak untuk Papi dan Mami Marchel, harus tanya dulu dimasakin apa,"Non jangan sekali-kali masak sesuatu gak di tanya dulu, soalnya nyonya sangat cerewet soal makanan," ujar bik Tum"Iya bik, aku baru tahu soalnya, kalau soal kebersihan gimana bik?" Tanya Asha"Nanti kalau non tinggal di paviliun, barang-barang yang sudah di sana, jangan di pindahin ya, harus rapih setiap hari," nasehat bik Tum"Oo gitu ya bik? Suka di kontrol ya?""Setiap hari pasti di kontrol non, kalau berantakan bisa ngamuk nyonya, dan itu sepanjang hari akan terus ngoceh."Mendengar penuturan bik
"Yang paling saya cemaskan soal Brama, karena biar bagaimana pun Brama bukan darah daging kamu, jadi tidak ada ikatan batin sama Papi dan Mami kamu," jelas Bram"Saya selalu berusaha membuat Papi dan Mami dekat dengan Brama pak,""Gak bisa Cel, itu soal ikatan darah, hubungan darah, anak bayi itu sangat sensitif." Jelas Bram lagi"Saya sendiri sangat dilematis pak, kalau saya tidak tinggal di sana, Papi dan Mami ngambek, dan sedih.""Kamu tinggal di satu rumah atau terpisah di paviliun? Kan disana ada paviliunnya ya kalau gak salah?""Nantinya saya akan tinggal di paviliun, Papi kasih saran begitu."Bram b
Sekarang Asha baru terasa, kalau persoalan ini akan menjadi masalah besar di belakang hari. Sementara dia aendiri tidak tahu bagaimana menghadapinya, jika itu benar-benar terjadi.Asha melamunkan masa lalunya, saat dia berkenalan dengan Bram,FlashbackAsha sedang memilih-milih gaun di sebuah mall, tiba-tiba Bram mendatanginya dengan penuh percaya diri, karena Bram sudah kenal karakter anak-anak se usuia Asha,"Kamu suka ya gaunnya? Kalau suka ambil aja, kalau mau yang lain juga ambil aja, ntar yang bayar," ujar Bram"Maaf, om siapa? Kok baik banget?" Tanya Asha"Udah, kamu gak perlu tahu saya, nanti juga kamu akan tahu." Lanjut BramSaat itu Asha hanya mengambil yang dia suka, dia tidak manfaatkan Bram, untuk memenuhinya semua keinginannya. Bram jadi simpati sama Asha, karena Asha tidak porotin dia, Bram terus tempel Asha, dan menawarkan untuk membeli yang lainnya, namun Asha menolak.Sejak itu, Asha sering jalan
"Saat smester 6 mas, itu pertama kali, dan aku sampai ML sama dia, habis aku belum ngerti sih." Jawab Petty"Terus cowoknya kemana sekarang? Emang kamu di tinggal gitu aja setelah ML sama kamu?"Petty menjawab pertanyaan Marchel dengan tangisan, dia tidak bisa membendung airmatanya, karena pertanyaan Marchel itu mengingatkan dia pada peristiwa yang sangat menyakitkan."Udah mas ah!! mas bikin aku sakit hati lagi, padahal aku sudah lupakan peristiwa itu." Ucap Petty"Ok Pet, kita sudah sampai, airmatanya dihapus dulu deh, make up-nya juga di rapikan ya." Ujar Marchel.Marchel memperlihatkan pada Petty, bagaimana menghargai sekuriti, dan berhadapan dengan resepsionis. Sikap Marchel itu untuk mengajarkan Petty agar bisa memanusiakan manuisia, tidak mentang-menatang.Bahkan Marchel mengajarkan langsung pada Petty, bagaimana memposisikan diri di hadapan klien, di saat kita butuh pekerjaan darinya. Melihat semua yang di lakukan Marchel, Petty mera
"Papa sudah senang kita bisa berkumpul kembali seperti sekarang ini, Papa gak mau nanti, gara-gara pekerjaan itu kita kembali terpecah." Jawab Yanuar"Papa kamu benar Sha, kadang-kadang apa yang Papa kamu bilang itu bisa terjadi, karena Papa kamu itu sangat tahu karakter Mama." Ujar Melissa."Tapi kan udah pada tua pastinya sudah banyak berubah Ma, masak sih mau ribut melulu, Asha sih cuma ingin Papa dan akur." Ujar Asha.Asha mencoba untuk menengahi, dia merasa kalau Melissa dan Yanuar sama-sama keras, makanya dia jadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya."Kita tetap seperti sekarang ini saja, Papa sih tidak ada persoalan dengan pekerjaan, Papa sangat senang melihat kita bisa kumpul seperti ini, Papa sama Mama akan baik-baik saja Sha." Ucap Yanuar"Tapi kan sekarang ini Papa dari Nol lagi, mulai dari bawah lagi, Asha ingin Papa juga punya kedudukan yang cukup penting." Jelas Asha"Soal keinginan kamu itu gampang Sha, Papa akan pi
"Sebajingannya Papa, gak sampai hati lah Papa berperilaku seperti itu, Mama kamu itu sangat kenal Papa." Ujar Yanuar.Melissa yang mendengarkan penjelasan Yanuar, tidak bisa menahan diri untuk ikut menimpali, "Aku sih awalnya sempat percaya dengan isu itu Yan, aku tahu walau pun kamu tidak baik-baik amat, tapi tidak mungkin sampai melakukan itu, apa lagi kamu tahu kalau kamu punya anak perempuan." Timpal Melissa."Itu dia Mel, aku sangat tahu itu.. aku juga gak mau anak perempuan aku diperlakukan seperti itu." Jawab Yanuar.Marchel dan Asha saling pandang mendengar penjelasan Yanuar, yang sangat takut kalau anak perempuan satu-satunya, mengalami hal seperti itu. Pada kenyataannya, anaknya sudah menerima nasib seperti itu."Terus sekarang gimana Yan? setelah kamu terbebas dari fitnah itu? Kan harusnya kamu kembali rukun sama isteri dan anak-anak kamu?" Tanya Melissa."Biarlah.. aku lebih senang ada di antara kalian, aku ingin men
Usaha Asha untuk mempertemukan kedua orang tuanya tidak sia-sia. Melissa mau menerima kedatangan Yanuar, setelah di desak Asha. Yanuar mendatangi Melissa di Mells Residents, dalam pertemuan itu juga ada bi Hana.Seharusnya ini adalah sebuah pertemuan yang dramatis, antara Melissa dan Yanuar, setelah selama dua puluh tahun tidak pernah bertemu. Namun pertemuan itu di respon dengan dingin oleh Melissa, tangannya terbuka, tapi hatinya tetap tertutup.Asha menyambut Papanya dengan pelukan hangat, dan Yanuar pun membalas pelukan Asha dengan penuh kasih sayang,"Alhamdulillah.. akhirnya Papa datang juga." Ucap Asha sambil cium tangannya dan memeluk Yanuar."Kalau kamu yang minta, Papa pasti datang sayang.. Papa gak mau kamu kecewa." Ucap Yanuar penuh kehangatan.Asha mengajak Yanuar duduk di ruangan tamu, dan disambut oleh Marchel yang ada di ruang tamu dengan Brama. Marchel pun cium tangan Yanuar, dan mengajak Brama untuk cium tangan pada
Marchel menceritakan panjang lebar soal Yanuar, berdasarkan penjelasan Bram, yang merupakan kakak dari isteri Yanuar. Marchel menjelaskan juga, kalau Yanuar hanya kena fitnah. Yanuar sama sekali tidak terlihat hubungan asmara dengan Petty, semua hanya kesalah fahaman.Marchel menjelaskan apa yang dikatakan Bram padanya, "Pak Bram bilang, tidak terjadi apa-apa antara Petty sama Papa, menurutnya Papa tetap memperlakukan Petty sebagai keponakan, itu yang diceritakan Petty pada pak Bram dan pak Bram mempercayai cerita Petty." Ujar Marchel."Masih menurut pak Bram, beliau sudah kasih tahu tante Ratih.. dan Papa akan kembali ke keluarga Papa." lanjut Marchel.Mellisa mendengarkan apa yang dikatakan Marchel. Marchel terus cerita tentang apa yang diketahuinya tentang Yanuar, baik dari Bram atau pun dari Yanuar sendiri."Kalau penjelasan Papa juga sama Ma, Papa cuma kena fitnah, Papa menganggap Petty sebagai keponakan, sehingga Petty juga diperlakuka
Sampai di kamar Melissa, Marchel dan Asha menceritakan tentang kabar baik untuk Yanuar. Melissa tanggapannya biasa datar saja, tidak ada respon yang berarti. Melissa seakan-akan tidak peduli dengan masalah Yanuar, sehingga Asha bingung dengan sikap Melissa,"Ma.. kan Papa sudah dinyatakan pak Bram tidak bersalah, jadi gak usah negatif terus dong sama Papa." Ujar Asha."Mama tidak berpikiran negatif Sha sama Papa kamu, Mama cuma tidak terlalu peduli aja, karena Mama sudah sangat kenal karakter Papa kamu." Jelas Melissa."Tapi kan orang gak selamanya jelek Ma, coba deh Mama bisa lentur sedikit sama Papa, Asha cuma ingin Mama mau ketemu Papa.. pliiis deh Ma, untuk memperbaiki silaturahmi aja." Pinta Asha."Okey.. bisa saja Mama mau ketemu Papa kamu, tapi ingat! Jangan kamu paksa Mama untuk bersatu kembali sama Papa kamu!!" Tegas Melissa.Marchel dan Asha saling berpandangan,l mendengar jawaban Melissa, seakan-akan Mellisa sudah menutup p
"Iya Sha.. syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, setidaknya mengurangi rasa bersalah saya terhadap kamu." Ujar Bram"Pak Bram sudah cukup bijak dalam hal ini, saya dan Asha sangat memaklumi posisi bapak, tapi ya.. seperti inilah jalan yang Tuhan berikan." Tambah Marchel"Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian, saya hampir frustasi menghadapi masalah Petty, saya memang harus selesaikan masalahnya.""Pak Bram sudah amanahkan pada saya untuk menjaga Brama, In Sha Allah saya akan jaga amanah itu pak.""Terima kasih cel.., terima kasih Asha, atas pengertian kalian, kalau gitu saya moon pamit ya." Ucap BramSetelah Bram pulang, Marchel dan Asha tidak buru-buru naik ke kamar, mereka masih ngobrol soal deposito untuk Brama."Deposito itu biarkan saja utuh seperti itu, tidak usaha dicairkan." Saran Marchel"Kenapa mas? Kan bisa dimanfaatkan untuk Brama?" Tanya Asha"Gak usaha.. biarlah kebutuhan Brama tanggungan aku Sha, itu bisa dia
Ada perasaan bersalah dalam diri Bram terhadap status Brama. Dia merasa perlu untuk menegaskan tanggung jawabnya terhadap Brama, yang selama ini tidak terlalu dipersoalkan Asha dan Marchel. Namun, semakin besar Brama, maka akan semakin besar kebutuhan hidupnya.Bram mengajak Asha dan Marchel untuk bertemu, Marchel mengatur pertemuan tersebut di Mells Residents, karena kebetulan Marchel dan Asha sedang berada disana. Asha yang selama ini sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan, akhirnya menghargai niat baik Bram.Seperti biasanya, mereka bertemu di Lounge yang ada di Mells Residents. Bram membuka pembicaraan lebih dulu, "Asha.. sebetulnya ini sudah saya siapkan sejak lama, cuma baru hari ini saya sampaikan pada kalian." Ujar Bram"Tentang apa ini Om? kalau boleh saya tahu?" Tanya Asha"Ini soal tanggung jawab saya pada Brama, yang selama ini menjadi tanggung jawab kalian." Ujar Bram. "Saya mempersiapkan deposito untuk Brama, senilai 3 milliar." Lanjut Bram
"Justeru karena aku percaya kamu mas, makanya aku minta kamu jujur sama aku."Marchel mendekati Asha dan memeluknya dari belakang, "Terima kasih ya sayang.. kamu sangat mengerti aku, aku cuma ada kamu Sha, tidak ingin ada yang lain." Rayu MarchelMarchel merasa lega menceritakan semua masalahnya dengan Alexa pada Asha, dan sudah tahu seperti apa Asha akan menyikapi masalah tersebut."Kalau ada masalah apa pun mas, segera kasih tahu aku mas.. aku tidak ingin ada yang disembunyikan." Ujar AshaMarchel mengajak Asha ke dalam, karena hari sudah menjelang maghrib. Marchel memeluk pingga Asha sambil berjalan menuju kedalam rumah. Marchel mengatakan pada Asha kalau dia sangat bahagia dengan sikap yang diperlihatkan Asha."Aku tuh udah gak mau meributkan hal yang gak penting mas.. aku mau bahagia bersama kamu." Ucap Asha"Aku juga gitu Sha, masa depan kita masih panjang, gak mau dirusak oleh masalah sepele."Marchel dan Asha nimbrung deng
Naluri seorang isteri kadang begitu tajam, bisa merasakan apa yang sedang di derita suaminya. Asha mengajak Marchel bicara berdua di taman belakang rumah Pondok Indah.Asha bisa melihat dari raut wajah Marchel yang menyimpan persoalan, dia membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan, "Sejak kemarin aku merasakan ada yang mas sembunyikan.. bisa gak mas cerita?" Pinta Asha dengan lembut.Marchel yang duduk di sebelah Asha mencoba merangkul Asha, "Gak ada yang aku tutupi Sha, aku gak ada persoalan kok." Rayu Marchel"Mas.. aku ini sudah banyak berubah lho, aku ingin tidak ada yang kamu sembunyikan, dan aku tidak akan marah kalau kamu ceritakan, sekalipun pahit ceritanya." Pancing AshaLama Marchel terdiam mendengar kebesaran jiwa Asha, yang ingin Marchel terbiasa dengan keterus terangan, " Memang tadinya ada masalah Sha, tapi hari ini sudah aku selesaikan.. semoga saja tidak ada lagi masalah baru." Jawab Marchel."Kan lebih bagus mas ceritaka