Boni sekeluarga berkumpul di ruang tamu."Kak, bagaimana ini? Surat pengadilan sudah sampai, persidangan akan diadakan besok pagi. Keluarga Kosasih ingin meminta uangnya lewat jalur hukum." Hendro sangat cemas.Hari ini Nova keluar seharian, tetapi Hendro juga tidak tahu apakah Nova sudah mendapatkan uang untuk membayar utang-utangnya?Wajah Nova sangat masam, wajahnya yang cantik terlihat datar."Dang!" Tiba-tiba pintu rumah Nova ditendang. Margot datang membawa puluhan anak buahnya yang tampak sangar.Boni dan yang lainnya terkejut, mereka pun bangkit berdiri dan menyingkir.Margot duduk di tengah sofa, sedangkan anggota Keluarga Kurniawan berdiri di samping dengan ketakutan dan cemas.Margot melirik Hendro sambil tersenyum sinis. "Uangnya sudah disiapkan?""Bugh!" Hendro berlutut dan memohon, "Kak Margot, kasih beberapa hari lagi. Kakakku lagi cari uangnya, setelah menemani bos-bos besar tidur, dia akan segera dibayar."Raut wajah Nova terlihat datar, dia merasa sangat putus asa."B
Nova ingin berpamitan dengan Chandra, tetapi dia tidak sanggup mengutarakannya.Saat ini Nova tidak mempunyai pilihan lain, dia harus menerima tawaran Christian. Setelah Nova mempertimbangkan, dia akan menjelaskan semuanya begitu Chandra kembali ke Rivera.Nova tidak tahu harus meminta bantuan siapa lagi. Jika menolak ajakan Christian untuk menikah, Hendro akan mati dan Keluarga Kurniawan pasti terpecah belah.Chandra menggelengkan kepala, dia tidak terlalu memusingkan sikap Nova yang aneh.Lagi pula, sekarang Chandra belum bisa meninggalkan Gurun Selatan. Dia masih harus memeriksa kondisi Paul selama 10 hari ke depan.Di sisi lain, Nova menelepon Christian.Kediaman Keluarga Winata.Demi bertemu dengan Christian, Nova sengaja berdandan secantik mungkin. Nova mengenakan gaun putih seksi yang memperlihatkan leher dan punggungnya.Christian mengamati Nova yang duduk di sofa, dia terlihat sangat puas. Sempurna, wanita ini sangat memesona!"Nova, pikirkan baik-baik, ya! Bukan aku yang mema
"Baik." Beberapa anak buahnya Margot bergegas membawa Hendro."Kamu ambil sendiri uangnya di rumahku. Nggak masalah, 'kan?" tanya Christian."Nggak, nggak masalah. Tuan Christian bisa dipercaya," jawab Margot."Surat bukti pelunasan?" tanya Christian.Margot bergegas mengambil surat bukti pelunasan dan memberikannya kepada Nova."Terima kasih, terima kasih." Nova langsung merasa lega.Christian melambaikan tangan. "Kita akan segera menjadi satu keluarga, nggak usah sungkan-sungkan. Cepat, bawa Hendro ke rumah sakit! Aku mau pulang untuk mempersiapkan pernikahan kita.""Hah? Secepat ini?" Nova tertegun. "Aku masih belum cerai."Christian tersenyum dan berkata, "Nggak apa-apa. Kita nikah dulu saja, nanti baru cerai sama Chandra."Awalnya Christian ingin mengatakan bahwa Chandra, sang Naga Hitam sudah tewas di Gunung Langit. Namun setelah dipikir-pikir, Christian mengurungkan niatnya karena tidak ingin membuat Nova sedih.Nova terdiam selama beberapa saat. Dia mengangguk pelan dan berkata
Melihat begitu banyak telepon yang masuk, Chandra yakin pasti telah terjadi sesuatu di Rivera."Awasi Paul," Chandra memerintahkan Gili, lalu beranjak ke lorong untuk merokok.Chandra menyalakan sebatang rokok sambil menelepon Nova.Meskipun baru pukul 7 pagi, Nova sudah pergi ke kediaman Keluarga Winata. Nova mengenakan gaun berwarna putih, dia terlihat sangat cantik."Kring, kring, kring." Ponsel Nova berdering.Begitu mengeluarkan ponselnya, Nova tertegun melihat telepon dari Chandra. Nova ragu apakah dia harus menjawab panggilan Chandra?Jika menjawab panggilan Chandra, Nova juga tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Setelah merenung, akhirnya Nova tetap menjawab telepon Chandra."Nova? Ada apa? Kemarin aku sibuk banget, habis pulang langsung ketiduran. Maaf aku nggak tahu kamu telepon," kata Chandra menjelaskan."Nggak apa-apa. Kamu fokus kerja saja." Nova menarik napas panjang dan bergegas mematikan telepon Chandra.Chandra terlihat kebingungan. Ada apa ini? Suara Nova terde
Arya terkejut melihat kepulangan Chandra, dia juga kaget melihat Paul yang tak sadarkan diri dan terluka parah.Kemudian, Arya memeluk Chandra dan berkata, "Aku tahu kamu pasti nggak apa-apa. Aku pikir kamu benar-benar sudah mati di Gurun Selatan, membuatku takut saja."Chandra menjawab sambil tersenyum, "Aku masih muda, mana mungkin mati secepat ini? Ditambah, istriku yang cantik masih menungguku. Aku nggak rela mati secepat ini.""Bocah tengil, masih bisa bercanda, ya? Tapi aku dengar-dengar istrimu mau menikah sama orang lain?" tanya Arya.Begitu mendengar pertanyaan Arya, wajah Chandra langsung berubah menjadi muram.Arya menyadari perubahan raut wajah Chandra. Dia pun bergegas mengalihkan topik. "Oh iya, Paul kenapa?"Chandra menjawab, "Nanti aku ceritain. Segera bawa dia ke rumah sakit, utus orang untuk mengawasinya 24 jam, nggak boleh lengah! Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.""Baik." Arya menganggukkan kepala. "Segera bawa Jenderal Paul ke rumah sakit militer."Setelah Pau
Vila kediaman Keluarga Winata sangat ramai.Keluarga Winata merupakan perwakilan Fiveprov Group. Selama ini Keluarga Winata selalu bersikap rendah hati, tetapi begitu menunjukkan kekuatannya, semua orang di Rivera pasti akan tercengang.Mobil-mobil mewah muncul di vila Keluarga Winata secara silih berganti. Para pebisnis berbagai kalangan datang untuk merayakan pernikahan Christian dan Nova.Vila Keluarga Winata memiliki luas lebih dari 2000 hektar. Sebuah panggung besar dibangun di tengah ruang tamu. Di bawah panggung, terdapat banyak pebisnis terkenal dan bahkan petinggi politik yang berkumpul.Dengan disaksikan para tamu undangan, Christian dan Nova muncul sambil bergandengan tangan.Nova mengenakan gaun putih bercorak berlian yang dirancang secara khusus untuknya. Harga gaun yang dikenakan senilai 7,8 miliar, gaun itu dirancang oleh desainer terkemuka di Rivera."Wah ...." Para hadirin bersorak."Cantik banget ....""Christian beruntung banget."Nova yang beruntung bisa mendapatkan
Ternyata Chandra ....Setelah memastikan keadaan Paul, Chandra mencari tahu alasan di balik pernikahan Nova dan Christian, lalu bergegas datang ke vila Keluarga Winata. Vila Keluarga Winata sangat ramai, banyak tokoh penting yang menghadiri pernikahan Christian dan Nova.Kedatangan Chandra sontak menarik perhatian semua orang ...."Bukannya itu Chandra? Suaminya Nova?""Ngapain dia datang?""Dia dan Nova sudah bercerai, 'kan?""Mungkin dia mau memeras Christian?"Orang-orang mulai berasumsi ....Ketika Chandra memasuki vila, beberapa satpam datang mengadangnya. Kemudian, salah seorang satpam menunjuk Chandra dengan menggunakan tongkat yang dipegang dan berkata, "Kamu nggak tahu ini tempat apa? Orang kayak kamu nggak pantas ada di sini. Pergi sana!"Chandra melirik satpam dengan tatapan yang sangat tajam. Seketika, satpam pun merinding dan mundur beberapa langkah, dia merasa seperti ditatap oleh seekor binatang buas."Minggir!" kata Chandra.Satpam tercengang melihat sikap Chandra. "Eh,
Nova tidak bisa berkata-kata, dia tidak menyangka bahwa Chandra akan pulang secepat ini.Kenapa jadi seperti ini? Wajah Nova terasa panas, dia sangat malu.Nova dan Chandra belum bercerai, tetapi Nova sudah menikah lagi dengan pria lain. Memalukan, sangat memalukan!Akhirnya, Nova menatap Christian dan memohon, "Tu-Tuan Christian, apakah pernikahannya boleh ditunda dulu? Kita langsungkan acaranya setelah aku dan Chandra bercerai?""Nova, apa maksudmu?" Ekspresi Christian terlihat muram."Aku ...." Nova tidak sanggup berkata-kata."Nova, aku nggak pernah memaksamu apa-apa. Tapi bagaimana kamu bisa menikah dengan orang lain, sedangkan kita masih berstatus suami istri? Kamu anggap apa aku?" Chandra bertanya dengan lantang.Chandra tahu bahwa Nova juga terpaksa, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa Chandra kecewa melihat pilihan Nova.Selama ini Chandra tidak pernah marah maupun mengeluh, dia menutup mata atas semua perlakuan Keluarga Kurniawan. Namun, tidak disangka, bisa-bisanya Nova menika
Chandra mulai merangkai kebohongan, dan Xena mempercayainya tanpa ragu. Melihat Chandra yang kini begitu kuat hingga mampu mengalahkan seorang ahli dengan tujuh segel terbuka, hati Xena dipenuhi rasa bangga dan lega.“Oh ya,” ucap Xena tiba-tiba, tersenyum jahil kepada Chandra. “Aku datang ke tempat ini sebenarnya untuk mencari sebuah benda suci yang bisa menyembuhkan ayahmu. Saat aku tiba di Gunung Naga, aku bertemu dengan orang-orang Suku Tujuh Bintang. Aku melihat mereka sedang menjaga sebuah pohon. Saat mereka lengah, aku mencurinya dan menyembunyikannya. Aku akan menunjukkan tempatnya padamu.”Mendengar hal itu, Chandra pun tertarik pada pohon tersebut. Benda yang bahkan membuat ahli tujuh segel menginginkannya pasti bukan benda biasa.“Baik,” jawabnya sambil mengangguk.Keduanya lalu berdiri dan mulai berjalan. Di bawah panduan Xena, Chandra melintasi Gunung Naga. Setelah berjalan sekitar dua jam, mereka akhirnya sampai di bagian dalam hutan Gunung Naga.Xena menghentikan langkah
Menghadapi teratai hitam itu, Wira bahkan tidak mampu berbicara dengan lancar. Chandra sendiri tidak menyangka bahwa Wira akan ketakutan seperti ini. Padahal, kekuatan ini hanyalah kemampuan Alam Mahasaktinya yang baru saja terbangkitkan.“Ini adalah kekuatan Mahasaktiku,” kata Chandra dengan suara tenang.“Kau… kau bukan manusia. Kau… kau iblis?” Suara Wira bergetar, giginya gemeretak karena rasa takut. “Kau adalah iblis asing, iblis yang dulu ditinggalkan di Bumi!”Chandra mengerutkan kening. Iblis? Ditinggalkan di Bumi? Namun, ia tidak ingin memikirkan hal itu sekarang. Raut wajahnya berubah, memancarkan niat membunuh yang dingin.Wira kembali jatuh berlutut, kali ini ia menundukkan kepalanya dan mulai membenturkan dahinya ke tanah. “Yang Mulia Raja Iblis, tolong jangan bunuh aku! Aku bersedia menjadi budakmu seumur hidup!”Ketakutan Wira semakin memuncak. Iblis—makhluk itu terlalu menakutkan. Dahulu kala, seluruh dunia pernah bersatu untuk melawan para iblis. Namun, meskipun para a
Wira melarikan diri dengan kecepatan luar biasa. Dalam satu langkah, ia sudah berada ratusan meter jauhnya. Namun, Chandra tidak kalah cepat. Tubuhnya, yang diperkuat oleh kekuatan Teratai Iblis, memberinya tenaga yang luar biasa. Dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, ia berhasil mengejar Wira, hingga akhirnya memotong jalannya di tengah hutan belantara.Wira terhenti, terengah-engah. Tenaganya habis, terutama di lengan yang terus mengalirkan darah dari luka parah. Dengan tatapan dingin, Chandra berdiri menghadangnya. Wira hanya bisa menatap tanpa daya.Dengan suara rendah, Wira mencoba berbicara, “Chandra, jangan keterlaluan. Aku berasal dari Alam Niskala. Tidak lama lagi, alam kami akan menyatu dengan Bumi. Saat itu, para ahli dari tempatku akan datang ke sini. Jika kamu membunuhku sekarang, hidupmu tidak akan aman. Mereka akan mencarimu sampai ke ujung dunia!”Wira tahu ia tidak mampu menandingi Chandra. Ancaman ini adalah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan dirinya. Namun,
"Datang dari Alam Niskala?" Dengan nada dingin dan tegas, Chandra berkata, "Makhluk dari Alam Niskala tidak pernah menganggap manusia Bumi sebagai sesama manusia. Kalian memperlakukan kami seperti budak, membantai sesuka hati. Semua dendam ini harus diselesaikan, dan aku akan memulainya dari Paviliun Tujuh Bintang."Chandra mengepalkan tinjunya, dan aura kegelapan yang begitu kuat memancar dari tubuhnya. Atmosfer di sekitar mereka berubah, terasa lebih berat dan penuh ancaman.“Serang!” perintah Wira dengan tegas.Beberapa muridnya langsung mencabut pedang, dan bilah-bilah cahaya pedang melesat tajam menuju Chandra. Namun, Chandra tidak bergerak. Ia berdiri kokoh seperti gunung, tak bergeming sedikit pun.Saat serangan itu hampir menyentuhnya, tubuh Chandra melesat dengan kecepatan luar biasa, menghindari setiap serangan seperti bayangan yang sulit ditangkap. Dalam hitungan detik, ia melancarkan serangan balasan. Satu pukulan menghantam salah seorang murid, dan tubuhnya hancur seketik
Menghadapi Chandra, Wira merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke dasar jiwa. Ini bukan rasa takut biasa—melainkan ketakutan yang muncul dari lubuk hati terdalam, seolah-olah di hadapannya berdiri makhluk yang bukan manusia.Chandra menatapnya dengan santai, seolah-olah semua yang ada di depannya tidak berarti apa-apa, lalu berkata dengan nada tenang, “Namamu Wira, bukan?”“Ya, aku Wira, Wakil Kepala Suku Tujuh Bintang Alam Niskala,” jawab Wira sambil menatap Chandra dengan penuh kewaspadaan.Aura yang dipancarkan Chandra begitu menekan, membuat Wira sulit bernapas. Setiap gerakan Chandra seperti mengandung ancaman yang tak terlihat.“Level kekuatanmu ada di mana?” tanya Chandra sambil melirik dokumen di tangannya. Dokumen itu berisi informasi tentang tokoh-tokoh kuat dari Alam Niskala, namun ia belum sempat membacanya.Wira sebenarnya enggan menjawab, tapi tekanan dari Chandra begitu besar hingga ia tidak berani melawan. Dengan suara pelan, ia menjawab, “Aku berada di tingkat Alam M
“Tidak perlu terburu-buru,” Seorang pria yang mengenakan jubah biru duduk santai di atas sebuah batu besar. Rambut panjangnya terurai seperti gaya orang zaman kuno. Dengan sikap santai, dia berkata, “Pohon Dewa ini telah kami jaga selama lebih dari setengah tahun, tetapi dicuri oleh wanita ini. Jika kita tidak mendapatkannya kembali, aku tidak akan puas. Kalau tidak ada yang membawanya kembali, barulah kita menyerbu Negara Januar.”“Wanita ini bilang bahwa Pohon Dewa telah dibawa kabur oleh rekannya. Dia adalah putri Raja Januar, jadi yang membawa Pohon Dewa itu pasti orang dari Negara Januar. Bukankah lebih baik kita langsung menyerbu ke sana?” saran salah satu anggota kelompok itu.Namun, pria berjubah biru itu, yang dikenal sebagai Tuan Muda Wira, mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tenang. “Tidak perlu terburu-buru. Kita tunggu beberapa hari lagi.”“Baik,” jawab yang lain tanpa berani membantah.Kelompok ini merupakan makhluk dari Alam Niskala yang muncul di bumi seta
“Chandra, jangan gegabah.” Jamal segera mengingatkan.“Lebih baik aku sendiri yang pergi,” ujar Raja Januar. “Xena itu pasti ditangkap oleh seorang pesilat dari Alam Niskala. Saat ini, para pesilat bumi terlalu lemah. Mereka sama sekali bukan tandingan pesilat dari Alam Niskala. Kita tidak bisa melawan mereka secara frontal. Lebih baik kita berkompromi.”Raja Januar sangat memahami betapa kuatnya makhluk dari Alam Niskala. Selama bertahun-tahun, banyak yang datang untuk menantangnya. Setiap kali, dia selalu kalah telak dan hampir kehilangan nyawa. Dia tidak ingin Chandra pergi ke Gunung Naga Suci dan mengalami hal buruk.Namun, Chandra menatap Jamal dan Raja Januar dengan tatapan serius dan berkata, “Paman, Kakek, biar aku yang pergi. Aku sekarang sudah lebih dari cukup kuat untuk menghadapi mereka. Kalau mereka berani menyakiti ibuku, aku akan menghancurkan mereka semua!”Tatapan Chandra dingin dan penuh keyakinan.“Kamu?” Raja Januar memandang Chandra dengan ragu.Chandra tersenyum t
Chandra menekan bagian atas Jarum 81 Langit. Dalam sekejap, jarum-jarum halus itu terlepas dari rangkaiannya, berubah menjadi delapan puluh satu jarum terpisah. Dengan cepat, ia menyalurkan energi sejatinya ke dalam jarum-jarum tersebut. Seketika, jarum-jarum itu memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Tanpa membuang waktu, Chandra mulai melakukan pengobatan. Dalam waktu singkat, delapan puluh satu jarum itu sudah tertancap di titik-titik vital tubuh Raja Januar. Sensasi nyaman menyelimuti Raja Januar. Tubuhnya terasa dipenuhi energi hangat yang menyegarkan. Luka-luka parah di tubuhnya sembuh dengan kecepatan luar biasa. Kurang dari sepuluh menit, Raja Januar sudah pulih sepenuhnya. Setelah selesai, Chandra mencabut semua jarum. Raja Januar bangkit, menggerakkan tubuhnya, dan dengan takjub berkata, “Luar biasa! Aku tadi hampir mati, tapi sekarang tubuhku sembuh total. Ini lebih hebat dari obat mana pun!” Chandra memandang Jarum 81 Langit di tangannya. Benda ini ditemukan
Jamal sangat bersemangat. Tiga tahun yang lalu, dia mendapat kabar bahwa Chandra gugur dalam pertempuran di Istana Bunga. Dia langsung bergegas ke sana. Namun, saat dia tiba, Istana Bunga sudah hancur menjadi puing-puing.Dia mengerahkan orang-orang untuk menggali di antara reruntuhan, tetapi yang mereka temukan hanyalah Pedang Naga Pertama milik Chandra dan Jarum 81 Langit yang ditinggalkan setelah kematian Chandra. Tidak ada jejak tubuh Chandra.Karena itu, dia mengira Chandra telah tiada. Bukan hanya dia, bahkan seluruh dunia persilatan juga menganggap Chandra sudah meninggal. Siapa sangka, setelah tiga tahun, Chandra kembali muncul di hadapannya, hidup-hidup.“Paman, bagaimana dengan Chaca? Kali ini aku datang untuk menemuinya,” tanya Chandra.Jamal menjawab, “Chaca sekarang sedang sekolah. Dia sudah masuk taman kanak-kanak dan belajar di TK Kerajaan Negara Januar. Masih ada dua jam lagi sebelum jam pulang.”Mendengar itu, Chandra merasa lega. “Oh iya, aku dengar kakek mengalami lu