Paul sibuk memperhatikan para tamu yang mendekati Nova.Di aula Imperial Residences.Toni sibuk menyapa para tamu undangan."Pak Alfonso, Jenderal Rivera Utara tiba. Pak Alfonso memberikan selusin arak dan rokok berkualitas tinggi."Setelah mendengarnya, para tamu undangan sontak terdiam dan melihat ke arah pintu.Dua orang pria yang mengenakan seragam militer tampak berjalan masuk."Datang, datang, pamanku datang!" Baim sangat bersemangat. Dia segera menghampiri Alfonso, lalu memberikan hormat. "Selamat datang, Paman.""Em." Alfonso menganggukkan kepala sambil menepuk pundak Baim. "Em, pintar juga kamu. Setelah mendapatkan hati Keluarga Kurniawan, masa depanmu pasti cerah."Baim agak kebingungan. Mendapatkan hati Keluarga Kurniawan? Apa maksudnya?Kemudian, Alfonso menghampiri Toni dan menjabat tangannya. "Pak Toni."Toni segera memberikan tongkatnya kepada Listya, lalu menjabat tangan Alfonso dengan menggunakan kedua tangan. Toni sangat terharu, dia hampir meneteskan air mata. "Jen,
Helen? Wanita yang berusaha menggoda Chandra?Helen datang bersama siapa? Bersama Mawar? Orang yang membeli Gedung New Era?Dalam sekejap, ruangan pun menjadi hening. Sejak membeli Kota New Era, nama Mawar telah tersebar ke seluruh penjuru kota. Belakangan ini, nama Mawar sangat sering dibicarakan. Melihat kehebatannya, semua orang penasaran dengan latar belakang yang dimilikinya.Di hadapan Mawar, para konglomerat Kota Rivera menjadi tidak ada nilainya."Kak, kok bisa?" bisik Hendro. "Itu Helen, 'kan? Kok dia bisa datang bersama Mawar? Bagaimana dia bisa mengenal CEO Perusahaan New Era?""Mana aku tahu," jawab Mawar sambil menggelengkan kepala.Kecantikan Mawar sontak membuat semua orang terpesona. Selain terpesona, beberapa orang sampai bertanya-tanya, bagaimana Keluarga Kurniawan bisa mengenal tokoh-tokoh yang berpengaruh?"Bagaimana Keluarga Kurniawan bisa mengenal Mawar?""Wah, mereka sampai bisa mengundang CEO Perusahaan New Era.""Wah, aku nggak nyangka, Mawar cantik banget, ya
Kemudian, Toni menatap ke arah Baim.Baim pun maju dan berkata, "Paman, kemarin aku sudah menelepon dan memberitahumu.""Oh ya? Em, baiklah." Alfonso menganggukkan kepala.Baim memang telah menelepon, tapi Alfonso terlalu sibuk dan hanya menjawab sebagai bentuk formalitas."Pak Doddy saja sampai datang meminta maaf, Beliau juga mengizinkan kita untuk mengadakan pesta di sini.""Hmm?" Mawar menatap Doddy.Doddy tidak tahu menahu, apa yang sedang terjadi? Ichsan meneleponnya dan mengatakan bahwa Jenderal marah. Saat melihat kedatangan Alfonso, Doddy mengira kalau Alfonso adalah jenderal yang dimaksud.Hah? Bukan Jenderal Alfonso?!Perlahan-lahan, wajah Mawar menjadi sangat masam. Dia mengamati dekorasi pesta, lalu memandang Toni dan berkata, "Pak Toni, anggap saja aku menyewakannya kepadamu. Total semuanya 600 miliar. Besok aku akan datang menagihnya."Setelah selesai bicara, Mawar berbalik dan pergi meninggalkan pesta. Helen tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia mengikuti Mawar dari b
Yvone adalah sekretaris Alfonso, dia turut ambil andil dalam masalah ini.Walaupun pingsan, Yvone tidak bisa menghindari hukuman yang harus diterimanya.Ratusan orang berkumpul di Imperial Residences, tetapi suasana terasa sangat sunyi. Tak ada seorang pun yang berani bersuara. Sayang, pesta yang meriah malah berakhir canggung."Tak, tak, tak." Dua tentara bersenjata lengkap maju dan membawa Yvone pergi.Sebagai jenderal bintang satu, Alfonso ketakutan sampai wajahnya memucat dan keningnya berkeringatan. Hingga saat ini, Alfonso masih tidak tahu apa yang terjadi.Begitu tiba di Kota Rivera, Alfonso langsung menghadap Arya. Ketika mengunjungi Arya, semua masih baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba Arya datang dan menangkap Yvone?Arya menatap Baim dengan sinis. Dalam sekejap, kedua kaki Baim langsung terasa lemas, seluruh tubuhnya bergetar dan jatuh ke lantai."Kamu ... Baim?" tanya Arya sambil berjalan ke depan.Baim tersungkur di lantai. Dia benar-benar ketakutan, keringat dingin mengalir
Toni pikir, hari ini akan menjadi hari yang terindah di dalam hidupnya. Siapa sangka, hari ini justru menjadi hari yang paling memalukan di hidupnya.Ditambah, Mawar selaku CEO Perusahaan New Era juga meminta uang sewa sebesar 600 miliar.Enam ratus miliar? Keluarga Kurniawan tidak memiliki uang sebanyak itu."Kenapa berakhir seperti ini?" Toni meraung sambil memecahkan beberapa porselen.Belasan orang berkumpul di ruang utama, tapi tidak ada seorang pun yang berani menjawab pertanyaan Toni. Menjawab Toni sama saja dengan cari mati.Setelah puas melampiaskan amarahnya, Toni duduk di sofa dan menenangkan diri. Kemudian, dia memandang Yani dengan ekspresi memohon. "Yani, hanya kamu yang bisa menyelamatkan Keluarga Kurniawan. Keponakanmu bekerja di New Era, 'kan? Dia dan Mawar terlihat akrab, kamu harus membujuknya ....""Aku ...." Yani merasa serba salah.Sebelum Yani menyelesaikan ucapannya, Nova bangkit berdiri dan berkata, "Kakek, dia berusaha menggoda Chandra.""Plak!" Toni memukul m
Chandra pergi ke vila Keluarga Kurniawan dengan mengendarai motornya.Sesampainya di vila, Chandra memarkir motornya, lalu beranjak masuk ke ruang utama. Begitu membuka pintu, Chandra melihat pecahan beling serta barang-barang berantakan."Wah, ada apa ini? Kok berantakan?" Chandra masuk dengan ekspresi terkejut. Kemudian, dia melihat Listya yang menangis tersedu-sedu, lalu bertanya, "Listya, kamu nangis? Kenapa? Di mana suamimu?"Chandra bertanya sambil melihat ke sekeliling, sedangkan raut wajah anggota Keluarga Kurniawan pun terlihat makin masam. Sikap Chandra sangat menyebalkan, tetapi Keluarga Kurniawan tidak berani marah, mereka membutuhkan bantuan pecundang ini."Chandra, kamu dan Helen akrab, 'kan? Sekarang, dia bekerja di Perusahaan New Era. Minta Helen untuk membujuk Mawar, Keluarga Kurniawan tidak sanggup membayarnya," ujar Leon."Hah?" Chandra duduk di samping Nova.Sesaat Chandra duduk, Nova langsung bergeser ke samping dan menjaga jarak."Ada apa?" tanya Chandra sambil me
Penjelasan Chandra membuat semua orang tercengang.Mana mungkin seorang menantu pecundang bisa membuat Arya turun tangan?Setelah beberapa saat, akhirnya Keluarga Kurniawan mengambil kesimpulan bahwa Chandra berpura-pura bodoh agar bisa terlihat hebat.Ah, tapi siapa yang mampu membuat Arya turun tangan? Konglomerat di Kota Rivera saja tidak berdaya."Chandra, kamu adalah bagian dari Keluarga Kurniawan. Apa kamu tega melihat keluargamu dalam kesusahan?" tanya Toni.Chandra meninggikan suaranya dan berkata, "Bukannya Kakek yang mengusirku? Kalian yang memaksaku bercerai.""Tidak, aku tidak akan mengusirmu lagi. Kalian tidak perlu bercerai, kamu adalah menantu Keluarga Kurniawan," Toni menjawab tergesa-gesa, lalu menoleh ke arah Nova. "Nova, katakan sesuatu."Nova berpikir sejenak dan menjawab, "Asalkan kamu bisa membereskan masalah ini, aku akan memberikanmu satu kesempatan terakhir."Chandra menatap Yani sambil bertanya, "Ma, bagaimana denganmu?"Yani langsung menjawab, "Jangan bercera
"Iya." Chandra tidak mau menutupinya. "Aku yang merekomendasi Helen untuk bekerja di New Era. Mawar tidak mungkin berani membantahku."Nova memutar bola matanya. "Omong kosong macam apa ini?"Semua anggota Keluarga Kurniawan menatap Chandra dengan sinis. "Kamu sudah gila, ya? Eh, sadar! Jangan banyak bermimpi!"Leon mencibir, "Cih! Jadi, maksudmu, kamu yang memerintahkan Arya datang?""Menurutmu?" jawab Chandra."Omong besar." Leon mendengus dingin.Tidak ada yang memercayai ucapan Chandra. Lagi pula, bukan Chandra yang turun tangan dan membereskan masalah Mawar. Helen adalah keponakan Yani, tidak ada hubungannya dengan Chandra.Chandra sudah mengatakan yang sejujurnya, tapi apa daya kalau tidak ada yang memercayainya?Bukannya tidak mau percaya, tapi memang tidak masuk akal. Chandra adalah pensiunan militer yang tidak berguna, dari mana dia mendapatkan kekuasaan sebesar itu?Kalau Chandra memang sehebat itu, Keluarga Kurniawan sudah kaya raya."Nova, Kakek sangat berterima kasih kepad
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal
Chandra yakin dirinya bisa membunuh Anak Dewa. Oleh karena itu, Basita tidak berusaha menghentikannya. “Chandra, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu sudah bertekad untuk membunuh Anak Dewa. Tapi, Anak Dewa bukanlah makhluk terkuat dari dunia lain. Sosok yang terkuat adalah Dusky yang sudah mencapai tingkat enam Alam Trasenden. Ada enam tingkatan di Alam Trasenden dan orang yang sudah melampaui tingkat enam akan masuk ke dalam Alam Suci.”“Kamu tidak boleh bertindak gegabah ketika kamu pergi ke Kota Dusky lagi. Kamu harus berbicara dengan baik agar Dusky mengizinkanmu untuk menghadapi Anak Dewa. Kamu juga harus membuat Dusky berjanji, masalah ini selesai jika Anak Dewa berhasil kamu bunuh.”“Apa kamu mengerti?”Chandra berkata dengan santai, “Ya, aku mengerti. Lagi pula, aku punya caraku sendiri.”Chandra pergi setelah selesai berdiskusi dengan Basita tentang niatnya untuk menantang Anak Dewa. Setengah hari kemudian, Chandra sudah muncul kembali di Gunung Bushu lalu bergegas pergi
Bagaimana mungkin Chandra bisa menanggapi dengan santai apa yang terjadi di Kota Dusky? Chandra menatap prajurit yang menghadangnya dengan tenang. Kemudian dia berkata, “Kedatanganku ke sini karena ingin menemui Basita. Aku akan pergi ke Kota Dusky setelah bertemu dengan Basita.”“Oke, kamu tunggu di sini. Aku akan melapor dulu.”Salah satu dari beberapa prajurit itu berbalik dan pergi, sedangkan prajurit lainnya menatap Chandra dengan waspada. Namun, Chandra tidak terlalu memikirkan sikap dingin para prajurit ini. Lagi pula, prajurit dari dunia lain memang sangat kuat, jadi wajar saja kalau prajurit bumi takut untuk menyinggung mereka. Chandra pasti akan melakukan hal yang sama kalau saja dia berada di posisi para prajurit bumi. Bagaimanapun juga, para prajurit dunia lain sudah banyak memakan korban manusia bumi. Tidak lama kemudian, prajurit yang melapor kembali lalu berkata, “Ketua bersedia bertemu denganmu. Ketua ada di gunung belakang.”Chandra melangkah maju dan mulai menaiki